Fadli Zon Mengaku Punya Dokumen Bukti Status Soekarno di Muhammadiyah

Fakta tersebut diungkapkannya dalam rangka peringatan HUT atau Milad Muhammadiyah ke 107 yang jatuh pada tanggal 18 November 2019,

|
twitter @fadlizon
Fadli Zon Mengaku Punya Dokumen Bukti Status Soekarno di Muhammadiyah. Ia pun menunjukkan dokumen tersebut. 

“Cuma anehnya, sejak saya menjadi Presiden Republik Indonesia, saya belum pernah ditagih kontribusi. Jadi saja minta agar supaya sejak sekarang ditagihlah kontribusi saya ini,” terangnya di hadapan peserta muktamar.

Cerita Bung Karno masuk resmi ke Muhammadiyah terjadi pada tahun 1938, ketika diasingkan oleh penjajah Belanda ke Bengkulu.

Bung Karno menjejakkan kaki di Bengkulu pada 14 Februari 1938.

Rumah Pengasingannya berada di Kelurahan Anggut, Kecamatan Ratu Samban, dan ditempati selama empat tahun.

Rumah pengasingan yang ditempati Bung Karno sekeluarga adalah milik pedagang keturunan Tionghoa, Tjang Tjeng Kwat.

Begitu mengetahui kalau Soekarno yang merupakan seorang pemimpin pergerakan nasional dibuang ke Bengkulu, tokoh Muhammadiyah setempat Hassan Din, langsung mencari kediaman Soekarno.

Kedatangan Hassan Din yang juga tokoh pergerakan ini punya maksud mengajak Soekarno yang berpendidikan tinggi ini supaya mau mengajar di sekolah Muhammadiyah di Bengkulu.

Singkat cerita, Hassan Din akhirnya dapat bertandang ke rumah Bung Karno di Bengkulu.

“Ketua Muhammadiyah setempat, Pak Hasan Din, datang di suatu pagi tanpa memberi tahu lebih dulu, suatu hal yang biasa di kalangan kami. ‘Di sini,’ ia memulai, ‘Muhammadiyah menyelenggarakan sekolah rendah agama dan kami sedang kekurangan guru.

Ketika di Ende, Bung memiliki hubungan yang akrab dengan salah satu organisasi Islam di Bandung, Persatuan Islam, dan kami dengar Bung sepaham dengan pandangan Ahmad Hassan, guru yang terpelajar itu.

Apakah Bung bersedia membantu kami menjadi guru?’.‘Kuanggap permintaan ini sebagai satu kehormatan,’ jawabku,” tutur Bung Karno kepada Cindy Adam yang ditulis dalam buku ‘Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’.

Sebelum mulai mengajar, Hasan Din juga berpesan kepada Bung Karno untuk tak memasukkan materi politik dalam pelajaran.

“Pasti tidak, kecuali hanya akan kusebut bahwa Nabi Muhammad selalu mengajarkan kecintaan kepada Tanah Air,” jawab Bung Karno saat itu.

Tawaran Hassan Din untuk menduduki posisi Ketua Majelis Pendidikan dan Pengajaran diterimanya dengan senang hati.

Ia pun dengan senang hati menaiki sepeda onthelnya memberikan pengajaran pada siswa dan siswi Madrasah Muhammadiyah di Kebun Roos.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved