BATAM HOTNEWS
VIDEO - Sejarah HIV/Aids di Batam Bermula dari Mat Belanda
Hari Aids Sedunia 1 Desember 2019, ada baiknya kita mengetahui sejarah penyebaran virus HIV/AIDS di Batam bermula di Pulau Mat Belanda
TRIBUNBATAM.id - Momen peringatan Hari Aids Sedunia 1 Desember 2019, ada baiknya kita mengetahui sejarah penyebaran virus HIV/AIDS di Batam.
Batam merupakan kota yang angka penyebaran Aids cukup tinggi.
Penyebaran Virus HIV/AIDS di Kota Batam ternyata bermula dari sebuah pulau lokalisasi bernama Pulau Babi yang ada di kota Batam.
Saat ini, pulau tersebut berubah nama menjadi Pulau Mat Belanda.
Pulau ini mempunyai sejarah yang panjang.
Sebelum berubah nama menjadi Pulau Mat Belanda, ternyata pulau ini sering disinggahi oleh para bajak laut baru saja melakukan aksi kejahatan.
• Berikut Data HIV/AIDS di Batam Sejak 2014
• Mengenal Didi Mirhard, Aktor Indonesia Era 90-an yang Tak Malu Mengakui Idap HIV/AIDS
Lama-kelamaan pulau tersebut ramai dan menjadi tempat Lokalisasi.
Dari sanalah bermulanya penularan Virus HIV/AIDS di Kota Batam.
“Ditemukan di Mat Belanda, salah satu lokalisasi di Batam. Masa itu, virus ini dari sana. Jika mengacu di dunia, penyakit ini diketahui sejak tahun 1983 setelah ditemukan di Gunung Sahara,” ujar Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Batam, Pieter P. Pureklolong
Ia mengatakan jika lokalisasi Mat Belanda itu masih aktif sejak saat ini walau populasinya semakin sedikit.
Sedangkan untuk di Indonesia, menurutnya diketahui pertama kali perkembangannya saat seorang warga negara asal Belanda positif mengidap penyakit ini setelah dibawa ke salah satu rumah sakit di Bali.
Berkembang sejak tahun 1992 di Batam, Piter mengungkapkan virus ini baru mendapat perhatian serius setiap pihak terkait pada awal tahun 2000-an.
“Jadi, seluruh kita memang harus aware terhadap gejala serta dampaknya. Namun, kesadaran itu ditanamkan tidaklah mudah.
Perlu pendekatan yang benar-benar maksimal agar seluruh masyarakat tahu betul,” ujarnya.
Sebabkan kematian
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Batam, tercatat sebanyak 6.727 warga Batam terjangkit Human Immunodeficiency Viruses (HIV). dan sebanyak 816 orang diantaranya harus kehilangan nyawa akibat virus berbahaya ini.
Bahkan, hampir tahun ke tahun, virus atau penyakit ini terus berkembang di Kota Batam.
Seperti penuturan Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Batam, Piter P. Pureklolong, Jumat (29/11/2019) sore.
“Kami mencatat perkembangan virus ini paling tinggi di Batam pada tahun 2012, 2013, 2014 dan 2015. Masing-masing tahun sekitar 500 orang yang terjangkit. Tidak hanya di Batam, penyakit atau virus ini di Indonesia bahkan di dunia pun juga terus naik,” ungkapnya saat ditemui Tribun Batam.
Dia pun mencatat, sebanyak 2.501 orang di Batam pun juga positif virus Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
“Jadi ODHA (Orang Dalam HIV/AIDS) ini memang terus ada di Batam. Semakin secara sukarela mereka ikut tes untuk mengecek, maka akan ada pula kasus baru. Di Batam sendiri, virus ini telah berkembang di tahun 1992,” sambungnya.
Cerita ODHA
Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Batam, Pieter P. Pureklolong mendapat banyak cerita dan pengalaman berharga dari Orang Dalam HIV/AIDS (ODHA).
Cerita ini dia dapat setelah Pieter berkecimpung di bidang penanggulangan virus berbahaya ini di Kota Batam.
Pieter memang menaruh perhatian besar, agar jumlah penyebaran HIV/AIDS bisa ditekan, khususnya di Batam.
Mulai terjun sejak tahun 2009, Pieter telah banyak bertemu dengan Orang Dalam HIV/AIDS (ODHA) di Kota Batam. Tak terhitung jumlahnya.
Pieter sendiri mengibaratkan para ODHA dalam istilah ‘The Lonely People’.
“Mereka ini merasa kesepian akibat penyakit yang dideritanya. Mereka takut terhadap persepsi masyarakat yang rata-rata menghakimi penyakit ini,” kata Pieter kepada Tribunbatam.id saat dijumpai, Jumat (29/11/2019).
Pieter mengatakan, jika para ODHA seolah ingin mengakhiri kehidupannya akibat penghakiman ini.
Katanya lagi, ketika ada orang lain perhatian dan peduli terhadap penyakit yang dideritanya, para ODHA ini merasa itu sebagai obat untuk memperpanjang asa hidupnya.
“Karena mereka akan merasa jika diri mereka tidak benar karena penyakit ini. Bahkan ada yang tidak dapat dimotivasi sehingga mereka pasrah dan tidak ingin berjuang terhadap penyakitnya lalu meninggal,” sambungnya.
Menurutnya, penyebaran virus HIV/AIDS banyak cara. Selain karena hubungan seksual sesama jenis ataupun lawan jenis, virus ini juga dapat menyebar karena jarum suntik atau perantara dari seorang ibu ke anaknya.
Bahkan, pada beberapa kesempatan, Pieter mengakui jika beberapa orang merasa sangat tertekan.
“Sejatinya, semakin sukarela seseorang untuk memeriksa virus HIV/AIDS pada dirinya, maka akan ditemukan kasus baru.
Rata-rata kaget berat, dan akhirnya mengurung diri. Jika ini terjadi, pihak keluarga adalah pintu pertama untuk dapat menerimanya,” katanya lagi.
Baginya, manusia itu tidak ditentukan oleh penyakit dan tidak pula ditentukan oleh harta. Seluruh orang memiliki kesamaan di hadapan Tuhan.
“Jadi, kita harus menghargai setiap orang walau kondisinya terpuruk sekali pun,” ujarnya.
Darinya juga diketahui, jika penyakit atau virus ini memang tidak mudah untuk masuk ke dalam aliran darah manusia.
Ada beberapa tahapan hingga akhirnya virus dapat berkembang dalam sel darah manusia.
Exit (keluar) atau virus HIV harus keluar terlebih dahulu dari orang yang terjangkit, lalu virus juga harus keluar dengan keadaan cukup Sufficient (cukup).
Tak hanya sampai di situ, virus ini masih mengalami proses lain, yaitu Survive (bertahan) dalam kondisi setelah keluar dari tubuh orang yang terjangkit.
Terakhir, virus harus masuk ke sel darah atau tubuh orang lain sebelum akhirnya berkembang.
(tribunbatam.id/ichwannurfadillah)