Polemik Keraton Agung Sejagat
Makna Mataram di Batu Tulis Prasasti Kerajaan Keraton Agung Sejagat, Konsep dari Totok Santoso
Bongkahan batu besar menyerupai prasasti berada di area Keraton Agung Sejahat di Purworejo.
"Maknanya alam jagad bumi ini adalah mata rantai manusia yang bisa ditanami apapun.
Intinya segala macam hasil bumi adalah mata rantai manusia atau Mataram," ungkapnya.
Wijoyo menjelaskan jika pada batu terukir gambar Cakra yang menggambarkan waktu dan kehidupan manusia.
Sedangkan di dalam cakra itu terdapat 9 dewa. Ada pula ukiran Trisula yang menurutnya memiliki makna keilmuan.
Kemudian ada gambar Telapak kaki yang bermakna sebagai tetenger.
"Telapak kaki ini artinya adalah jejak atau petilasan. Kaki itu adalah tetenger kaisar," jelasnya.
Wijoyo mengaku mengukir batu prasasti milik kerajaan Keraton Agung Sejagat (KAS) hanya dalam waktu 2 minggu.
Batu tersebut diukir sekitar 3 bulan yang lalu.
Fungsinya batu adalah sebagai penanda atau prasasti.
Menurut Mpu Wijoyo tulisan jawa yang tertera pada batu memiliki arti sebuah pertanda bahwa ini suku atau kaki atau tanda peradaban dimulai.
"Kerajaan ini adalah kerajaan dengan sistem damai. Artinya tanpa perang, berkuasa, oleh karena itu ditandai dengan deklarasi perdamaian dunia," katanya.
Seperti halnya punggawa-punggawa lainnya, Wijoyo menjelaskan jika kekuasaan seluruh dunia berada dibawah naungan KAS.
"Negara-negara di dunia adalah fasal-fasal atau menjadi bagian dari kami.
Mataram itu di semua negara ada. Mataram maksudnya adalah adalah nama 'Mata Rantai Manusia'.
Dimana ada kehidupan disitu ada bumi," ujarnya.
Konteks yang dijelaskan oleh Wijoyo sama sekali tidak ada hubungannya dengan kerajaan Mataram.
Dia sendiri hanyalah sebatas empu atau tukang, sehingga konsep itu sendiri berasal dari Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat. (jti)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Inilah Makna dan Arti Ukiran Watu Bumi Keraton Agung Sejagad Menurut Pembuatnya Mpu Wijoyo Guna