BATAM TERKINI
Kebutuhan Wisman Dihitung, Sudirman: Luar Biasa Batam, Lebih Banyak Wisman Dibanding Penduduknya
BP Batam mmenyiapkan kuota untuk kebutuhan wisatawan, sebelum ditentukan kuota induk terkait penyusunan kuota impor.
Ada Kuota Impor Untuk Wisatawan, Sudirman Saad: Luar Biasa Batam, Lebih Banyak Wisman Dibanding Penduduknya
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Dalam penyusunan kuota impor, Badan Pengusahaan (BP) Batam, juga memperhatikan Batam sebagai kota pariwisata.
Pihaknya menyiapkan kuota untuk kebutuhan wisatawan, sebelum ditentukan kuota induk.
Sehingga dalam penyusunan kuota impor kebutuhan masyarakat, diperhatikan juga kebutuhan wisatawan.
Baik konsumsi di Batam hingga untuk oleh-oleh.
Deputi Bidang Pengelolaan Kawasan dan Investasi BP Batam, Sudirman Saad menegaskan untuk menghitung kebutuhan impor, tidak bisa hanya menghitung jumlah penduduk 1,3 juta jiwa.
Namun, harus memperhatikan wisatawan yang masuk Batam, lebih dari 2 juta.
• BP Batam Terbitkan Perka Lalu Lintas Barang Konsumsi, Ajak Pengusaha Online Pahami Importasi
Baik wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara.
Belum termaksud wisatawan mancanegara yang masuk Batam.
"Kebutuhan wisatawan ini juga kita hitung. Sehingga kebutuhan pemasukkan barang harus menghitungkan wisatawan," ujar Sudirman, Selasa (28/1/2020).
Ia menilai kebutuhan masyarakat Kota Batam itu, tidak asli semua untuk penduduk kota Batam.
Tapi harus memikirkan wisatawan.
"Luar biasa juga Batam ini. Lebih banyak wisatawan asingnya daripada penduduknya," katanya.
Diakuinya BP Batam juga sedang menyusun kuota impor untuk pelaku usaha kecil menengah (UKM).
Kuota impor itu termaksud untuk reseler dari Batam.
Pihaknya, sudah meminta petugas dan pejabat BP Batam di bidang lalu lintas barang.
Untuk mengecek kembali kuota induk yang sudah ditetapkan.
"Jangan sampai barang itu berlebihan dan tidak dibutuhkan," tuturnya.
Sementara itu terkait barang impor di Indonesia, yang 77 persen transit lewat Batam.
Menurutnya kondisi itu tidak ditampik, ada pengaruh status kota wisata selain industri.
"Perkiraan saya tak mungkin mereka setiap tahun melakukan pengiriman barang sampai 45 juta kali. Tetapi data statistik nasional kita dari 57,9 juta pengiriman barang dari luar negeri ke Indonesia 2019 77,7 persen transit di Batam. Ada 45 juta pengiriman dari luar negeri via Batam. Ini artinya Batam dirancang kota industri dan pariwisata," paparnya.
Status Batam sebagai wilayah Free Trade Zone, sebenarnya berkaitan dengan barang konsumsi, dimaksudkan hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Batam.
Kemudian impor untuk mensupport industri.
"Jadi tidak dirancang sebagai tempat atau lalu lintas perdagangan barang dari luar negeri transit di Batam lalu masukkan di Indonesia," ujar dia.
Sudirman menambahkan BP Batam akan mengecek kembali kuota barang-barang impor dari Batam yang jumlahnya, 45 juta pengiriman.
Atas dasar itu juga, BP Batam mendorong para pelaku UKM online di Batam, membentuk asosiasi.
"Hal ini untuk memastikan berapa orang yang terlibat dan omset pengirimannya," kata Sudirman.
Di tempat yang sama, Kasubdit Perdagangan, Direktorat Lalu Lintas Barang, BP Batam, Yani Alkindi mengatakan, pihaknya akan melakukan, evaluasi kuota impor. Reseler secara teknis dievaluasi dari sisi kuota.
"Permohonan para importir untuk beberapa hari juga dievaluasi. Terutama untuk impor yang jenis HS Code. Seperti sepatu, tas, kaos kaki, dan tekstil," ujar Yani yang berada di samping Sudirman. (tribunbatam.id / Roma Uly Sianturi)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/batam/foto/bank/originals/28012020bp-batam-perka-baru.jpg)