TANJUNGPINANG TERKINI
Satu Keluarga Tertekan Isu Corona, Begini Kondisi 7 Warga Tanjungpinang
Tujuh warga Tanjungpinang yang sudah 11 hari diobservasi, sepulang dari Malaysia dan Singapura, dalam kondisi sehat.
Keluarga itu pulang dari Singapura pada 30 Januari.
Namun, pada 6 Februari, kemenkes mendapat notifikasi dari pemerintah Singapura. Notifikasi itu langsung disampaikan kepada pihak terkait di Kepri dan Tanjungpinang.
Rustam mengatakan, setelah pihaknya mendapat notifikasi tersebut melalui Kementerian Kesehatan (bukan dari keluarga tersebut seperti diberitakan sebelumnya), tim kesehatan langsung mendatangi rumah mereka pada 9 Februari lalu, sekitar pukul 09.00 sampai 10.30 WIB untuk pengecekan.
Ternyata, pemerintah Indonesia sampai saat ini belum mengetahui apa dasar pemerintah Singapura memberikan notifikasi kepada tujuh orang tersebut.
"Kalau apa dasarnya kami belum mengetahui. Bisa tanyakan kepada pemerintah Singapura," katanya dan menambahkan Dinkes hanya mendapat perintah dari kemenkes untuk melakukan observasi kepada 7 WNI tersebut.
Pemberian notice itu diduga karena Singapura sudah meningkatkan status kewaspadaan ke level oranye atau satu tingkat di bawah level paling tinggi, merah.
Peningkatan status itu karena selain terus bertambahnya jumlah suspek, juga karena ditemukan penularan antarmanusia di tingkat lokal, baik di Singapura, maupun di Malaysia.
Sejumlah suspek terakhir di kedua negara, suspek tidak hanya warga China atau orang yang punya riwayat berkunjung ke daerah epidemi di China.
Beberapa suspek tertular di tingkat lokal, dari pertemuan bisnis hingga sebuah pertemuan di Grand Hyatt Singapura.
Peserta pertemuan yang tertular dari suspek WN Singapura, Malaysia dan Korea Selatan.
Jumlah suspek di Singapura saat ini yang ketiga setelah China dan Jepang, yakni 48 kasus.
Sedangkan Malaysia, Senin, mengumumkan enam kasus baru, termasuk seorang warga mereka berusia 31 tahun, laki-laki, bekerja di Macau.
Total suspek di Malaysia saat ini juga naik tajam menjadi 18 kasus.
Tertekan oleh Isu
Kapolres Iqbal mengatakan bahwa keluarga tersebut mengaku tertekan oleh isu yang mereka terima. Saat ini, satu keluarga tersebut bukan takut pada virusnya, namun efek lingkungan sosial dari isu tersebut.