VIRUS CORONA

WNI dari Wuhan Dipulangkan dari Natuna, Kepri Ada 2, Jawa Timur Paling Banyak

Masa observasi Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan China di Natuna berakhir Sabtu (15/2/2020).

(Istimewa)
Prajurit TNI pimpin WNI dari Wuhan senam pagi di Lanud Raden Sajad. Sabtu (15/2/2020), masa observasi WNI dari Wuhan di Natuna berakhir. Mereka akan dipulangkan ke daerahnya masing-masing. 

"Kami sudah membicarakan hal itu dengan komisi 9, sementara untuk Pemda melalui Mendagri sudah mengintruksikannya.

Untuk teknis bagaimana para WNI sampai di kampung halaman masing dan bertemu orang tuanya, itu kita serahkan ke Pemerintah daerah (Pemda) masing-masing," ucapnya.

Tidak hanya mahasiswa, namun juga kru pesawat Batik Air yang mengangkut mereka dari Wuhan, para kru ini nantinya akan dijemput oleh manajemen perusahaannya.

"Hampir menyeluruh iya, setiap daerah ada. Namun yang paling banyak dari Jawa Timur 68 mahasiswa, Jakarta 12 mahasiswa bahkan Papua ada 8 orang dan Papua Barat ada 6 orang serta yang lenih sedikit ada dari Lampung 1 orang," ujarnya.

"Intinya ada semua dari 30 provinsi di Indonesia," katanya.

62 Spesimen Negatif, 2 Dalam Pemeriksaan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kementerian Kesehatan memeriksa 64 spesimen terkait virus corona (nCoV).

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Vivi Setiawaty mengatakan, 64 spesimen dari 16 provinsi, pihaknya menemukan 62 spesimen negatif terpapar virus corona. Sementara 2 spesimen sedang dalam pemeriksan.

Adapin 16 provinsi yang mengirim spesimem ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes tersebut di antaranya Provinsi DKI 14 spesimen, Bali 11 spesimen, Jawa Tengah 7 spesimen, Jawa Barat 6 spesimen.

Kemudian Provinsi Jawa Timur sebanyak 6 spesimen, Banten 4 spesimen, Sulawesi Utara 4 spesimen, DIY 3 spesimen, Kalimantan Barat 2 spesimen, Jambi 1 spesimen, Papua Barat 1 spesimen, NTB 1 spesimen, Kepulauan Riau 1 spesimen, Bengkulu 1 spesimen, Kalimantan Barat 1 spesimen, dan Sulawesi Tenggara 1 spesimen.

Prosedur pemeriksaan specimen yang dilakukan di Lab Badan Litbangkes, Kemenkes ini sudah sesuai dengan standar Badan Kesehatan Duni (WHO) dan dikerjakan di Lab Biosafety Level (BSL) 2.

“Itu sudah ada pedomannya dan semua negara menggunakan BSL 2. Kami tidak keluar dari alur minimal yang ditetapkan WHO,” ujarnya, Kamis (13/2/2020).

Vivi mengungkapkan, terdapat fasilitas BSL 2, BSL 3 dan Lab Biorepository untuk penyimpanan materi genetic juga spesimen klinis dari pasien.

Alat dan kemampuan di laboratorium Litbangkes tersebut sudah berstandar WHO.

“Setiap tahun WHO melakukan quality assurance atau akreditasi ke lab kami, dan tiap tahun memang ada orang dari WHO datang untuk akreditasi Lab,” ucap dr Vivi.

Vivi mengungkapkan, spesimen diambil dari pasien di rumah sakit rujukan yang dikirim ke laboratorium Badan Litbangkes.

Spesimen yang diterima Badan Litbangkes minimal 3 spesimen dari 1 pasien.

Spesimen yang diterima kemudian masuk pada tahap pemeriksaan. Pada tahap ini, spesimen yang diterima Laboratorium Badan Litbangkes diekstraksi untuk diambil RNA nya.

Setelah RNA didapat lalu dicampurkan dengan Reagen untuk pemeriksaan dengan metode Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (PCR).

PCR merupakan pemeriksaan dengan menggunakan teknologi amplifikasi asam nukleat virus, untuk mengetahui ada tidaknya virus / DNA virus, dan untuk mengetahui genotipe virus yang menginfeksi bisa dilakukan sekuensing.

Setelah itu dimasukan ke mesin yang gunanya untuk memperbanyak RNA supaya bisa dibaca oleh spektrofotometer.

Hasilnya, akan didapat positive control dengan gambaran kurva sigmoid, sedangkan negative control tidak terbentuk kurva (mendatar saja).

Ini adalah satu quality assurance untuk memastikan apa yang diperiksa itu benar atau tidak, kemudian ada kontrol lainnya. Jadi untuk mengerjakan ini (pemeriksaan spesimen) banyak hal yang harus terpenuhi sebelum menyatakan bahwa sampel yang diperiksa positif atau negatif.

“Jadi kalau positif, dia (sampel) harus menyerupai dengan positive controlnya. Jadi selama ini spesimen yang diperiksa negatif karena semua datar menyerupai negatif kontrolnya,” jelas dr Vivi.

Setelah itu masuk pada tahap pelaporan, dr. Vivi mengatakan memang ada alur yang harus dilakukan untuk sampai pada palaporan hasil.

“Kami semua bekerja sesuai pedoman WHO bahwa pengambilan spesimen tidak dilakukan sekali tapi beberapa spesimen pada satu orang pasien,” katanya.(TribunBatam.id/Bereslumbantobing)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved