Dampak Virus Corona Singapura Terancam Resesi, Pengusaha di Batam Khawatir
Dampak virus Corona menghantam perekonomian Singapura hingga terancam resesi. Pengusaha Batam pun waswas
Terkait hal itu, Bloomberg melaporkan, Singapura akan menggelontorkan anggaran besar pada minggu ini untuk mengimbangi kerusakan pada ekonomi akibat dari virus corona, di mana para analis memperkirakan defisit terbesar dalam hampir dua dekade.
Menurut estimasi bilai tengah (median) dalam survei ekonom Bloomberg, kesenjangan fiskal Singapura dapat melebar menjadi 1,5% dari produk domestik bruto pada tahun fiskal yang dimulai 1 April. Ini merupakan level tertinggi sejak defisit sebesar 1,7% yang dicatat pada tahun keuangan 2001.
Defisit tahun ini mungkin akan berada pada 0,3%, dibandingkan dengan proyeksi pemerintah sebelumnya sebesar 0,7%.
Selain itu, lanjut Bloomberg, Singapura juga sudah merencanakan dukungan untuk bisnis yang terkena perang dagang ketika virus corona pecah pada awal tahun ini.
Negara kota, yang memiliki lebih dari 60 kasus infeksi virus, kehilangan sebanyak 20.000 wisatawan per hari di tengah pembatasan perjalanan.
Menurut Selena Ling, kepala penelitian dan strategi di Oversea-Chinese Banking Corporation Ltd. di Singapura, virus corona dapat memangkas 0,5-1% dari pertumbuhan PDB tahun ini tergantung pada seberapa parah epidemi itu.
Pemerintah - yang akan mempublikasikan estimasi PDB akhir kuartal keempat Senin - telah memperkirakan pemulihan dari ekspansi tahun lalu sebesar 0,7%, laju paling lambat dalam satu dekade.
Sembilan dari 10 analis yang disurvei oleh Bloomberg hingga 13 Februari mengatakan, kebutuhan ekonomi yang paling mendesak bagi anggaran untuk ditangani adalah upaya respon cepat untuk melawan penyebaran virus dan untuk menopang bisnis.
Ekonom di Citigroup Inc memperkirakan total paket yang akan digelontorkan dapat mencapai S$ 700 juta (US$ 503 juta) dan dapat mencakup dukungan di luar sektor transportasi dan pariwisata.
"Itu akan mengerdilkan S$ 230 juta yang disediakan sebagai tanggapan terhadap wabah SARS pada tahun 2003," analis Citi Wei Zheng Kit dan Kai Wei Ang mengatakan dalam catatan penelitian 11 Februari.(tribunbatam.id / Roma Uly Sianturi)