Bentrokan Prajurit TNI vs Polisi di Tapanuli, Komandan Kompi Yonif 123 Rajawali Dicopot
Komandan Kompi A Batalyon Infanteri (Yonif) 123 Rajawali dicopot dari jabatannya. Pencopotan Komandan Kompi tersebut sangat mengejutkan.
TRIBUNBATAM.id - Bentrok TNI-Polri di Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Kamis (27/2/2020) lalu berbuntut panjang.
Komandan Kompi A Batalyon Infanteri (Yonif) 123 Rajawali di copot dari jabatannya. Pen copotan Komandan Kompi tersebut sangat mengejutkan.
Pen copotan ini terjadi selepas bentrokan yang terjadi antara TNI-Polri di Pahae Jae, Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Pergantian tersebut diketahui dari akun resmi Instagram Batalyon Infanteri 123/Rajawali @yonif123rajawali, yang diunggah Sabtu (29/2/2020).
Rooy Sihombing mengatakan, proses alih tugas dan jabatan di lingkungan satuan Yonif 123/Rajawali adalah, suatu kebutuhan yang berkaitan dengan upaya pembinaan personel dan peningkatan kinerja satuan dalam rangka tour of duty dan tour of area.
Rooy juga menekankan, kepada komandan kompi yang baru agar mengendalikan dan meminimalisir pelanggaran sekecil apapun, serta dapat menjalankan perintah sesuai prosedur.
Dikonfirmasi mengenai adanya pergantian tersebut, Komandan Batalyon 123/Rajawali yang bermarkas di Kota Padang Sidempuan itu membenarkannya.
"Dalam rangka penyegaran organisasi," jawab singkat ketika dikonfirmasi lewat pesan singkat, Sabtu (29/2/2020).
Keributan antara anggota TNI dan Polri terjadi di Tapanuli Utara pada Kamis (27/3/2020).
Akibat kejadian ini, sejumlah personel polisi mengalami luka-luka.
Bukan hanya itu saja, Mapolsek Pahae Jae juga mengalami kerusakan akibat penyerangan.
Pangdam I Bukit Barisan Mayor Jenderal Fadhillah mengatakan, bentrokan itu berawalnya dari kesalahpahaman.
Seorang anggota Kompi A Batalyon 123 pada Kamis sekitar 14.30 WIB, melewati Jalan Lintas Sumatera titik Tarutung-Sipirok, Silangkitang, Kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara.
Di lokasi itu, ada kemacetan panjang disebabkan truk fuso terguling dan sedang diatasi Kapolsek dan terjadi antrean panjang.
"Anggota kita kelihatannya karena terburu-buru. mengambil jalur pintas, dengan melawan arah, itu lah yang menimbulkan kesalahpahaman dan akhirnya berefek pada akibat itu," kata Fadhillah.