BATAM KRISIS AIR
Disebut-sebut Jadi Solusi Atasi Krisis Air, Mantan Kepala BP Batam Tanggapi Soal Dam Tembesi
Mustofa bilang, di masa kepemimpinannya Dam Tembesi memang belum diserahkan pengelolaannya kepada ATB. Butuh waktu supaya air di dam bisa digunakan
"Tapi itu domain BP Batam," jawabnya saat Tribun Batam melakukan konfirmasi, Rabu (11/3/2020).
Maria mengakui, untuk pengelolaan Dam Tembesi sendiri, ATB telah mengikuti proses lelangnya. Namun, hingga saat ini belum ada kejelasan terkait pemenang lelang.
"Itu (lelang) dibuka untuk umum. Namun sekarang belum ada pengumumannya," sesal Maria.
Menurut Maria, untuk solusi sementara, ATB akan memaksimalkan pengolahan air baku dari tiga dam yaitu Dam Duriangkang, Mukakuning, dan Tanjungpiayu.
Ketiga dam itu memiliki kapasitas berbeda-beda. Dam Duriangkang sebagai salah satu dam terbesar diketahui memiliki luas tangkapan sebesar 7.259,10 hektare.
Mulai beroperasi sejak tahun 2001, Dam ini memiliki kapasitas produksi sebesar 2.710 liter per detik.
Sayang, kini Dam Duriangkang diketahui mengalami penyusutan sebesar 3,06 meter.
Sementara itu, Dam Mukakuning memiliki kapasitas produksi air sebesar 310 liter per detik dan Dam Tanjungpiayu sebesar 200 liter per detik.
Waduk Terus Menyusut
Saat ini, warga Batam sedang dihantui dengan krisis air bersih.
Pasokan air bersih di Batam sangat tergantung dengan curah hujan.
Celakanya kondisi waduk utama menyusut hingga batas ambang krisis.
PT Adhya Tirta Batam (ATB) selaku penyuplai air bersih berancang-ancang melakukan rationing alias penggiliran aliran air.
Skema yang diambil yakni lima hari mengalir dan dua hari mati dalam satu minggu.
Rationing di wilayah Piayu, Mukakuning akan dilangsungkan pada 15 Maret 2020 mendatang.