BATAM KRISIS AIR
Disebut-sebut Jadi Solusi Atasi Krisis Air, Mantan Kepala BP Batam Tanggapi Soal Dam Tembesi
Mustofa bilang, di masa kepemimpinannya Dam Tembesi memang belum diserahkan pengelolaannya kepada ATB. Butuh waktu supaya air di dam bisa digunakan
"Dua hari off dan lima hari on," ujar Head of Corporate Secretary PT Adhya Tirta Batam (ATB), Maria Jacobus, Kamis (5/3/2020).
Maria menegaskan penggiliran ini dilakukan untuk memperpanjang umur dam hingga 6 Juli 2020.
Lantas mengapa dilakukan penggiliran?
Tanpa penggiliran, stok air bersih diprediksi akan bertahan hanya sampai 13 Juni 2020.
Dari 228.900 pelanggan, sebanyak 196 ribu terdampak, komersial 30 ribu dan industri 3290 terdampak.
"Sebanyak 196 ribu dari 280 ribu yang terdampak, itu sama dengan 82 persen total dari semua pelanggan domestik di Batam. Kemudian, yang pelanggan komersil, 89 persen dari total komersil di Batam. Serta untuk industri, jumlahnya 98 persen dari industri di Batam," papar Maria.
Sementara itu untuk lokasi pelanggan yang terdampak rationing, terdampak di 17 lokasi pelanggan.
Maria meminta BP Batam turut serta memberikan edukasi hemat air dan sosialisasi secara proaktif.
Selain itu, kata dia, penting juga dilakukan screening pelanggan industri dan komersial. Misalnya pabrik plastik. Jadi penting melihat pelanggan yang menggunakan banyak air, terutama pabrik plastik.
Mengandalkan doa
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Hang Nadim Batam memprediksi rendahnya curah hujan sejak bulan Februari hingga akhir Maret 2020 nanti.
Jika tidak turun hujan, maka petaka krisis air bersih cepat terjadi.
Kondisi ini pun tak luput dari sorotan banyak pihak. Salah satunya anggota Komisi III DPRD Batam, Thomas Arihta Sembiring.
Menurutnya, Batam sangat bergantung dengan intensitas curah hujan.
Namun ia menegaskan, kondisi ini tak seharusnya membuat pihak-pihak terkait berpangku tangan.