BATAM KRISIS AIR

Rationing Air di Batam, Serikat Buruh Minta ATB Drop Air Pakai Tangki ke Area Terdampak

Suprapto menawarkan solusi, jika air mati bergilir, ATB harus bisa drop air pakai tangki ke area terdampak agar aktivitas masyarakat tak terganggu

Editor: Dewi Haryati
TRIBUNBATAM.ID/ISTIMEWA dok ATB
Kondisi air baku di waduk Duriangkang semakin surut dan memprihatinkan. ATB telah melakukan berbagai upaya efisiensi pengolahan air, guna meminimalisir dampak minimnya cadangan air baku Kota Batam. Namun, yang paling penting adalah upaya serius pemerintah dalam melaksanakan konservasi air baku. 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Kondisi Waduk Duriangkang di Batam mengalami penyusutan. Hal ini tidak lepas dari dampak kondisi cuaca Batam akhir-akhir ini musim kemarau.

Kasi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Hang Nadim Suratman menjelaskan, bulan Februari dan Maret tidak tahun ini saja. Tahun sebelumnya pun begitu.

“Berdasarkan catatan grafik BMKG, sejak periode tahun 1995 sampai dengan 2018, bulan Februari dan Maret memang curah hujan paling sedikit,” kata Suratman belum lama ini.

Sementara itu, pihak PT Adhya Tirta Batam (ATB) sebagai perusahaan pengelola air akan melakukan penggiliran atau rationing, dengan pola dua hari (48) jam mati dan lima hari hidup seperti biasa.

Hal ini dikatakan Head of Corporate Secretary ATB, Maria Jacobus pekan lalu. Terkait rencana ini mendapat protes dari sejumlah pihak. Salah satunya dari serikat buruh.





Pentolan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Kota Batam Suprapto menilai, baik pihak ATB dan Badan Pengusahaan (BP) Batam seakan tidak tanggap menghadapi krisis ini.

Ia mengatakan, harusnya ATB dan BP Batam bisa kerja sama dengan semua pihak. Termasuk pihak BMKG. Supaya diketahui kapan terjadi musim panas. Selain itu, ia menilai kurangnya peduli menggandeng ahli.

ATB Ungkap 2 Skenario Rationing Air di Batam; Off Kamis & Minggu atau Off Sabtu & Minggu

BREAKING NEWS - Batam Krisis Air, ATB Undang 150 Pelaku Industri dan Komersial

"Untuk itu, saran kami harusnya ATB dan BP Batam melakukan pengerukan terhadap dam-dam yang mengalami pendangkalan akibat lumpur. Sehingga saat hujan tiba bisa menampung lebih banyak lagi. Nah saya lihat hal ini belum dilakukan oleh ATB dan BP Batam," katanya, Kamis (12/3/2020).

ATB dan BP Batam dinilai kurang tanggap soal ini. Suprapto mengatakan, tidak salah dan jangan malu ATB dan BP Batam belajar dengan negara tetangga Singapura. Negara ini merupakan negara pengelolaan air terbaik sejagat. Letaknyapun strategis sangat dekat dengan Batam.

"Sekarang malah solusinya matikan air. Jika air mati bergilir, ATB harus bisa drop air pakai tangki ke area terdampak. Ini juga kami tawarkan solusi agar aktivitas masyarakat khususnya buruh pekerja tidak terganggu. Baik saat berangkat kerja maupun sudah pulang," katanya.

Menurut Suprapto, jika hal ini tidak dilakukan maka berpotensi terjadi kegaduhan. Ia mengingatkan, jangan sampai buruh atau masyarakat Batam bereaksi karena tidak mendapat air. Karena menurutnya, air adalah salah satu kebutuhan manusia paling utama.

(TribunBatam.id/leo halawa)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved