Bukan Ronda, Tiap Malam Ibu-ibu di Sagulung Batam Terpaksa Begadang Tunggu Aliran Air

Satu minggu belakangan ini, warga Kaveling Kamboja, kelurahan Sei Pelenggut, Kecamatan Sagulung Kota Batam, Kepri, harus begadang.

TRIBUNBATAM/IAN
Satu minggu belakangan ini, warga Kaveling Kamboja, kelurahan Sei Pelenggut, Kecamatan Sagulung Kota Batam, Kepri, harus begadang. 

TRIBUNBATAM.id - Satu minggu belakangan ini, warga Kaveling Kamboja, kelurahan Sei Pelenggut, Kecamatan Sagulung Kota Batam, Kepri, harus begadang.

Mereka menahan rasa kantuk demi sesuatu yang sangat berharga yakni air bersih.

Satu minggu belakang ini kondiai suplay air di wilayah Kamboja khususnya Blok A,B, dan C serta sebagian blok T mengalami gangguan suplay air.

Air baru hidup diatas pukul 02.00 WIB setiap harinya.

Hal tersebut membuat warga harus begadang layaknya ronda hanya untuk menunggu air hidup.

"Inilah sekarang derita kami, setiap malam harus begadang," kata Romi, Ketua RW 11 Kaveling Kamboja.

Dia mengatakan gangguan suplay air sudah terjadi satu minggu belakangan.

"Awalanya suplay air mati hanya siang hari, air hidup malam sekitar pukul 20.00WIB,"kata Romi.

Ibu-ibu di perumahan itu selalu ramai begadang setiap malam. Jadi malam itu sudah seperti siang, orang ramai menunggu air jalan.

Dia mengatakan warganya sudah mulai gerah dengan kondisi suplay air yang terganggu satu minggu belakangan.

" Ya kita tahulah kalau begadang terus lama lama warga kami ini akan jatuh sakit. Siapa yang bertanggung jawab," kata Romi.

Rationing ditunda

Pendistribusian (rationing) air bergilir akhirnya ditunda hingga waktu yang belum ditentukan.

Hal ini dibenarkan oleh Head of Corporate Secretary PT. Adhya Tirta Bafam (ATB), Maria Jacobus, Jumat (13/3/2020).

“ATB menerima instruksi baru dari BP Batam, untuk tidak melakukan penggiliran pada 15 Maret 2020 nanti. Sebagaimana telah disepakati sebelumnya,” ungkap Maria setelah mendapat surat secara resmi tertanggal 13 Maret 2020.

Menurutnya, penggiliran baru akan dilakukan saat level air di Waduk Duriangkang telah mencapai -3,4 meter di bawah bangunan pelimpah.

"Sebagai Informasi, saat ini elevasi air di waduk per tanggal 13 Maret telah mencapai -3,2 meter di bawah bangunan pelimpah," tambahnya.

Waduk Duriangkang sebagai waduk terbesar sendiri menurut Maria sebenarnya terus mengalami penurunan sekitar 2 cm setiap harinya.

Ia melanjutkan, jika dalam beberapa hari hujan juga tidak turun di Kota Batam, masih ada waktu hingga 14 hari ke depan sebelum penggiliran dilakukan.

Maria mengatakan, ATB saat ini tengah mempersiapkan berbagai hal terkait proses penggiliran Instalasi Pengolahan Air (IPA) di Waduk Duriangkang.

"Program penggiliran ini kesulitannya cukup tinggi juga. Kami harus mempersiapkan berbagai hal tentunya, agar dampak penggiliran dapat seminimal mungkin," katanya lagi.

ATB mengimbau agar masyarakat Kota Batam berdoa selama kurun waktu yang belum dapat ditentukan agar hujan turun dengan intensitas yang memadai agar elevasi -3,4 meter di bawah bangunan pelimpah tidak tercapai.

"ATB dan tentunya pelanggan mengucapkan terima kasih atas penundaan ini. Namun kita masih tetap perlu waspada karena ancaman krisis air belum berlalu. Mari kita selalu berdoa agar hujan bisa turun memenuhi waduk, dihindarkan dari potensi krisis air, sehingga penggiliran ini tidak kita rasakan," pungkasnya. 

Sementara itu, Kepala Biro Humas Promosi dan Protokol BP Batam Dendi Gustinandar mengatakan,keputusan penundaan rationing diambil oleh BP Batam.

Tujuannya agar aktivitas masyarakat dan dunia usaha terus berlangsung kondusif serta lebih siap untuk menghadapi rationing bila terpaksa dilakukan.

Selama proses penundaan ini BP Batam akan melakukan beberapa upaya untuk menambah ketersediaan air baku, di antaranya dengan pemasangan pipa penghubung dari Dam Tembesi ke Dam Duriangkang serta persiapan rekayasa hujan buatan bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). 

Hal ini juga dilakukan mengingat saat ini elevasi Tinggi Muka Air (TMA) Dam Duriangkang hampir mencapai level - 3,19 meter. Sementara titik kritis berada pada elevasi TMA -3,4 di bawah spillway, dimana jika hujan tak kunjung turun akan terjadi penurunan 2 cm per hari.

Minimnya curah hujan di Batam, mengakibatkan menyusutnya waduk-waduk yang merupakan tulang punggung ketersediaan air bersih di Pulau Batam. Hal ini menyebabkan harus dilakukannya pengaturan khusus untuk penyaluran air bersih kepada pelanggan.

"BP Batam mengimbau kepada masyarakat dan dunia usaha agar lebih bijak dan hemat dalam penggunaan air bersih sehari-hari," ujar Dendi.

(Tribunbatam.id, Ian Sitanggang)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved