BATAM TERKINI

Bukan yang Pertama, Kuburan di TPU Sei Temiang Terendam Air, Dinas Sebut Dikelola Pihak Ketiga

Catatan TribunBatam.id, kejadian ini bukan yang pertama terjadi. Jumat (24/4/2020) lalu, sejumlah makam diketahui terendam air setelah hujan lebat.

TribunBatam.id/Bereslumbantobing
Kuburan di TPU Sei Temiang, Kota Batam, Provinsi Kepri terendam air, Rabu (29/4/2020). Dinas Perkimtan Kota Batam menyebut, pengelolaan kawasan pekuburan di TPU Sei Temiang dikelola oleh yayasan. 

TRIBUNBATAM.id,BATAM - Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sei Temiang menjadi sorotan. Ini setelah kawasan kuburan di Kota Batam, Provinsi Kepri itu terendam air sejak hujan yang mengguyur kawasan itu.

Setidaknya, terdapat 7 makam yang terendam air. Catatan TribunBatam.id, kejadian ini bukan yang pertama terjadi. Jumat (24/4/2020) lalu, sejumlah makam diketahui terendam air setelah hujan lebat yang mengguyur wilayah itu.

Kawasan pemakaman yang terendam air ini, menyita perhatian warga. Tak sedikit warga yang menyaksikan.

"Kasihan ya, gimanalah perasaan keluarga melihat itu. Kuburannya tenggelam," ujar seorang warga, Riko, Rabu (29/4/2020).

Terkait kondisi itu, Kabid Pemakaman Dinas Permukiman Dan Pertamanan (Perkimtan) Kota Batam, Irwan Saputra yang dikonfirmasi menyebut, terdapat pihak ketiga yang mengelola komplek pemakaman TPU Sei Temiang.

Irwan mengakui pengelolaan pemakaman sudah dikelola oleh yayasan. Terkait adanya makam yang terendam air, Dinas Perkimtan akan melakukan koordinasi dengan pihak pengelola.

Dalam TPU Sei Temiang diketahui dikelola oleh 3 yayasan. Di antaranya yayasan pemakaman Kristen, Islam dan yayasan untuk pemakaman Budha.

"Langsung saja ke pihak ketiga, solanya yang mengurusi pemakaman ada di pihak ketiga, yakni yayasan," ujarnya.

Bukan yang Pertama

Setelah diguyur hujan, Tempat Pemakamam Umum (TPU) Sei Temiang, Batu Aji, Kota Batam terendam air alias banjir.

Pantauan TRIBUNBATAM.id, Jumat (24/04/2020) sore, seluruh makam tampak basah dan sebagian digenangi air.

Bahkan, sekitar 7 batu nisan terlihat tenggelam karena lokasinya berada di dataran bawah tepian aliran air mengalir.

Jika dilihat dari liang nisan kuburan, makam itu masih terbilang baru dikuburkan.

Sesekali makam yang terendam air itu menyita perhatian pengendara yang melintas.

Warganya Belum Terima Bantuan Sembako, Bupati Anambas Minta segera Lapor ke Perangkat Desa

VIDEO - Wali Kota Tanjungpinang Syahrul Wafat, Rahma: Ayah Adalah Pemimpin Terbaik

Cerita Penjual Bunga di TPU Sei Temiang

Pandemi virus Corona benar-benar memukul warga Kota Batam yang berharap pada penghasilan harian.

Nenek Diana misalnya. Wanita yang biasa berjualan bunga dan air untuk keperluan ziarah di TPU Sei Temiang harus berjuang keras agar dagangannya laku.

Tidak jarang, bunga yang ia jual terpaksa dibuang karena layu, tidak laku terjual. Seruan agar masyarakat lebih banyak berdiam diri di rumah makin menambah sulit pendapatannya sehari-hari.

Niatnya untuk mengumpulkan sedikit Rupiah berlebih saat bulan Ramadan ini harus pupus.

"Cari uang seratus ribu Rupiah saja sekarang sangat sulit. Dua bulan ini paling hanya dapat modal, ambil untung sangat sulit," ucapnya, Selasa (28/4/2020).

Ia menceritakan, mencari uang Rp 100 dari peziarah apalagi saat bulan Ramadan seperti sekarang tidak seulit seperti sekarang.

Bahkan menurutnya, bunga yang ia jajakan sampai tidak cukup akibat meningkatnya permintaan dari keluarga yang berziarah.

"Kalau sekarang zaman Corona ini sangat sakit. Kalau ada yang meninggal, paling yang datang hanya keluarganya, tidak lebih dari lima orang. Sementara kalau yang meninggal karena penyakit virus Corona, keluarganya pun tidak ada yang datang. Paling yang datang ke pemakaman dan menguburkan jenazah hanya orang -orang yang mengenakan seragam mirip robot. Ya mereka itu kayak robot pakaiannya putih, orangnya besar besar," kata Diana.

Kondisi hujan di Kota Batam sejak 4 hari terakhir di Kota Batam, cukup berpengaruh pada bunga yang ia jual.

Sudah dua bulan terakhir, bunga yang ia jual lebih banyak dibuang karena layu, dibandingkan yang terbeli.

"Kalau layu, terpaksa dibuang. Tidak mungkin dijual," sebutnya.

18 Tahun Jual Bunga di TPU Sei Temiang

Mencari nafkah dari berjualan bunga di kawasan TPU Sei Temiang sudah dijalani Nenek Diana sejak 18 tahun.

Banyak suka duka dalam menekuni profesinya ini. Termasuk saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini.

Dalam satu hari, ia hanya mampu membawa pulang Rp 30 ribu. Jangan harap hasil jualannya ini mendapat untung. Kembali modal saja belum tentu.

Bunga yang ia jual berasal merupakan hasil pesanan. Usia Nenek Diana yang sudah lanjut, tidak sanggup lagi untuk mengambil bunga sendiri.

"Biasa penghasilan lumayan. Alhamdulillah bisa memenuhi kebutuhan. Sejak beberapa bulan terakhir sejak Corona ini saja sulit betul. Balik modal saja sangat sulit," keluhnya.

Dia mengatakan sebelum adanya Corona, untuk mencari uang Rp 100 ribu cukup mudah. Dia mengatakan jumlah orang yang meninggal yang diantar ke Sei Temiang khususnya pemakaman muslim setiap hari jumlahnya sama saja.

"Setiap hari biasanya selalu ada. Jaranglah satu hari kosong. Kadang bisa sampai dua orang satu hari," tambahnya.

Sebelum virus Corona kalau ada yang meninggal biasanya pelayat atau orang yang mengantar selalu ramai. Hal itu menjadi keuntungan tersendiri baginya.

Tetapi semenjak adanya corona ini, pelayat dan pengantar mayatpun jarang. "Kalau ada yang meninggal paling yang ikut ke pemakaman hanya keluarganya,"kata Diana.

Bahkan sedihnya kata Diana, semenjak adanya virus Corona , kunjungan peziarah sangat jarang. Berbeda pada bulan Ramadan tahun sebelumnya dimana kunjungan peziarah ramai datang ke TPU Sei Temiang.

"Ini biasanya sebelum puasa kuburan pasti ramai, banyak peziarah tapi tahun ini, jumlahnya sedikit jauh dari tahun tahun sebulumnya," tambahnya.

Diana menceritakan ditengah Corona ini kondisi ekonominya sangat sulit. Dia menceritakan dirinya sudah lama berpisah, awalnya dirinya memiliki tiga orang anak.

Dua anaknya meninggal karena kecelakaan sementara satu lagi meninggal karena terjatuh.

Diana yang jauh merantau dari Kalimantan ke Batam tersebut berencana ingin pulang kekampung halamannya, di Kalimantan namun zaman corona saat ini rencana hatus dibatalkan.

"Ya gak bisa terpikirkan lagi, sudah lama. Ya gimanalah saya hanya seorang diri, suami tidak ada anak juga tidak ada," kata Nenek yang tinggal di Tiban Housing tersebut.(TribunBatam.id/Bereslumbantobing/Ian Sitanggang)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved