CORONA VIRUS

Bukan Imbauan, Singapura Tangkal Wabah COVID-19 dengan Bluetooth & Aplikasi di SmartPhone

Lawrence Wong, saat mengumumkan rencana 2 Mei 2020 lalu, bahwa SafeEntery ini akan memudahkan memantau kapan masa “circuit breaker", PSBB ala Jiran

dok_SafeEntry
SAFEENTRY - Seorang warga di fasilitas bisnis di Singapura, memindai SafeEntry di gerbang fasilitas bisnis di negara itu, Sabtu (9/5/2020). APlikasi akan dikembangkan dan menjadi aplikasi wajib bagi warga dan faslitas publik. 

Dengan aplikasi yang terkoneksi realtime dengan data kependudukan, rekor kesehatan, dan rute bepergian ini, dengan mudah akan memantau cluster baru.-

TRIBUNBATAM.ID, SINGAPURA — Bukan imbauan belaka, otoritas penangkal wabah coronavirus disease 2019 (COVID-19) di Singpaura, sudah memanfaatkan aplikasi digital mutakhir berbasis smartphone.

Dalam jumpa pers bersama, hari Sabtu (9/5/2020) kemarin, tiga otoritas utama penangkal wabah pandemi ini, mengumumkan resmi penggunaan aplikasi SafeEntry.

Tiga otoritas level menteri itu adalah Kementerian Kesehatan, Kementerian Smart Nation, dan kantor urusan digital.

Aplikasi terbaru ini melengkapi aplikasi smartgadget lainnya,  TraceTogether app, yang sudah digunakan sekitar 3,2 juta dari 5,4 juta total penduduk Singpapura, sejak Maret 2020 lalu.

Analis dari kampus milik pemerintah, menilai salah satu pemicu melonjaknya angka infeksi mild case sympton wabah COVID dalam tiga pekan terakhir di Singapura, karena aplikasi TraceTogather, yang sudah lebih sebulan diterapkan.

Aplikasi SafeEntry bisa diunduh di semua sistem operasi smartphone; Android, IOS, dan Windows.

TraceTogather adalah aplikasi unduhan juga berbasis smartphone.

800.000 Masker dan 20.000 Box Rapid Test Bakal Disalurkan ke Seluruh Kabupaten/Kota di Kepri

Model Baru Masker Reusable Gratis di Singapura Ternyata Diproduksi di Batam Center

 

Masker reusable produksi Ghim Li yang dirilis oleh organisasi People's Association Singapura, Rabu (6/5/2020).
Masker reusable produksi Ghim Li yang dirilis oleh organisasi People's Association Singapura, Rabu (6/5/2020). ((Courtsey CNA/People Association))

Pengguna arau warga cukup meng-ON-kan fasilitas Bluetooth di smarphonennya saat berada di luar rumah.

Lalu, saat masuk zona merah, atau berdekatan dengan orang di berjarak  2 meter hingga 5 meter, aplikasi akan mengirim notifikasi dan alarm ‘beeep-beep”, sebagai peringatan untuk jaga jarak dan waspad.

Sinyal ini akan terus mengingatkan pengguna hingga durasi 30 menit.

Hingga Minggu (10/5/2020) hari ini, aplikasi yang dikembangkan Government Technology Agency (GovTech) ini, gerbang pos pengecekan SafeEntry diklaim sudah menyebar di 16 ribu titik.

Dua hari ini, mulai tahap uji coba dan sosialisasi, atau public awarness. 

Rencananya, mulai Selasa (12/5) lusa, aplikasi ini akan serentak digunakan.

Menteri Pembangunan Nasional Lawrence Wong, saat mengumumkan rencana 2 Mei 2020 lalu, bahwa SafeEntery ini akan memudahkan memantau kapan masa “circuit breaker" atau PSBB ala Singapura berakhir.

Peta Sebaran Corona di Batam, Terbagi jadi Tiga Cluster, Bengkong Zona Merah Covid-19

Kemnaker Tegaskan Ada Sanksi Bagi Pengusaha Jika Tak Bayar THR ke Pekerja

5 Bulan Covid-19 Vaksin Nihil; Kasus Global Tembus 4 Juta di 212 Negara, Indonesia Bisa 14 Ribu

Di masa mendatang, semua faslitas publik di Singapura, akan meng-install aplikasi ini.

Jika kasus dari tracing contact sudah satu digit, selama sepekan, maka periode circuit breaker akan diakhiri, namun jika angkanya naik lagi, maka pemerintah akan membuka lagi, mengisolasi, dan perpanjang masa ‘PSBB’ itu.

Dilansir CNA, SafeEntry digital check-in system ini dipajang di tiap akses keluar masuk fasilitas bisnis, hotel, supermarket, cafe, pusat perbelanjaan, terminal, kantor, dan kawasan apartemen.

Pengguna smartphone cukup memindai QR code data diri melalui kamera pemundai ponselnya.

Di monitor gadget, lalu akan muncul contact tracing atau log travel record, yang merekam penggunanya dari wilayah mana saja.

Lalu jika memungkinkan, petugas SafeEntry memindai suhu tubuh pengunjung dengan thermal mobile scanner.

JIka dinyatakan safe alias tak punya track-record COVID, atau masuk kategori orang dalam pemantauan, atau berasal dari area ‘hijau”, maka pengguna dinyatakan safe.

“Sistem ini mereduksi cara manual yang dibutuhkan pelaku bisnis untuk mentracking pergerakan pengunjung, dan juga mengurai antrean panjang di gerbang,” demikian dilansir situs resmi SafeEntry.

QR CODE scanner TraceTogether yang dipindai warga untuk memantau pergerakan dan menjaga jarak. Pengguna aplikasi dengan fasilitas Bluetooth ini juga akan diperingatkan dengan notifikasi dan alarm jika masuk ke zona merah.
QR CODE scanner TraceTogether yang dipindai warga untuk memantau pergerakan dan menjaga jarak. Pengguna aplikasi dengan fasilitas Bluetooth ini juga akan diperingatkan dengan notifikasi dan alarm jika masuk ke zona merah. (dpk_GovTech)

Secara perlahan SafeEntry ini akan menyebar di area kantor, pabrik,  sekolah, fasilitas kesehatan, ruang komunitas, salan, supermarket,  pasar ‘basah’, mal hotel, dan destinasi wisata.

Awal pekan depan, semua unit taksi, dan angkutan publik berbayar, juga akan menerapkan pemindai SafeEntry.

“Nanti di aplikasi smartphone ini akan lebuh banyak pemindai kesehatan dari pada games,” kata Mahmud Halim, warha Tanah Merah seperti dilansir situs berita setempat.

Toko retail, seperti 7eleven, atau convenience stores ala AlfaMart atau Indomaret di Indonesia, apotik, dan warung take away, tidak dipaksakan menerapkan aplikasi ini, namun sangat disarankan untuk menggunakan SafeEntry.

“Dengan SafeEntry, karyawan, pengunjung, atau pemasok akan ditracking saat masuk atau keluar, termasuk dia dari cluster mana dan   mengecek mata rantai transimisi virusnya,”

Bahkan, disisi pemerintah, dengan aplikasi yang terkoneksi realtime dengan data kependudukan, rekor kesehatan, dan rute bepergian ini, dengan mudah akan memantau cluster baru,” demikian rilis itu.

Menteri Lawrence Wong  menyebutkan, dengan dua aplikasi kunci TraceTogather dan SafeEntry ini pemerintah bisa mengontrol penyebaran wabah ini setiap saat.

Tanggal 13 Juli 2020 Masa Sekolah Dimulai; Wacana dari Kemendikbud untuk Zona Hijau Covid-19

Menteri PANRB Akan Beri Apresiasi untuk Inovasi Penanganan Covid-19

Analis dari kampus milik pemerintah, menilai salah satu pemicu melonjaknya angka infeksi mild case sympton wabah COVID dalam tiga pekan terakhir di Singapura, karena aplikasi TraceTogather, yang sudah lebih sebulan diterapkan.

Bahkan, dengan SafeEntry ini, masih akan ditemukan banyak kasus baru, namun dengan cepat bisa teridentifikasi, lalu dikarantina, dan disiolasi.

Sekadar diketahui, hingga Minggu (10/5) din hari, Singapura dilaporkan tercatat 753 kasus baru. 

Sehingga kini, Negeri Jiran tercatat sebagai negara dengan kasus positif terbanyak dibanding 11 negara ASEAN lainnya, 22,460 orang.

Otoritas setempat lebih optimsitis, sebab dari 753 kasus baru itu, sekitar 87%-nya atau 739 orang dari kelas pekerja urban asing, yang dikarantina pada worker dormitori. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved