BP BATAM
Apapun yang Dihadapi, Kami Harus Solid
Mereka bekerja rangkap, menyembuhkan sakit yang diderita pasien serta menumbuhkan motivasi pasien untuk sembuh.
Eny setiap harinya menghabiskan waktu di ruang analis laboratorium bersama rekannya Rizky Yusdistira.
Selain mereka harus mempelototi seluruh spesimen itu, Eny juga terlibat langsung mengambil swab pasien, yakni kelenjar tenggorokan dan hidung bagian dalam menggunakan alat yang panjangnya 8cm.
“Ini tidak mudah. Ada beberapa tahapan, dan itu cukup sakit sehingga pasien harus dapat menahan rasa sakit,” katanya.
Eny mengaku kerap parno atau takut.
“Ya, tentu ada rasa takutlah. Soalnya mereka yang kita ambil swabnya itu pasien yang confirmasi covid-19, sebagian pasien PDP dan ada juga ODP serta memiliki riwayat penyakit,” katanya.
“Jadi, kita harus mampu melawan rasa takut, jijik dan harus bekerja ekstra,” ungkap wanita kelahiran kediri, Jawa Timur itu.
Ia bahkan pernah bekerja non-stop seharian karena memeriksa swab 29 pasien.
Menguburkan Jenazah Tak kalah menariknya adalah cerita Siti Amina atau yang kerap disapa Ninuk.
Ninuk juga sangat dikenal oleh wartawan karena sehari-haria ia bertugas di kamar mayat.
Banyak jenazah dengan berbagai latar belakang pernah diurusnya.
Mulai dari mayat korban kecelakaan, korban pembunuhan, mayat yang sudah membusuk dan banyak lagi.
Tentu saja, dari berbagai jenazah itu, tidak ada yang seseru dan menegangkan jenazah pasien Covid-19.
Sebab, penanganannya dengan protokol berbeda.
Ninuk bahkan memilikicerita yang lebih tragis yang disebutnya bak sinetron Sumanto.
“Pertama me-wrapping pasien covid-19 hingga menguburnya dengan menggunakan seragam APD sangat menegangkan. Kita berpakaian lengkap seperti robot dan ikut langsung mengantarkan ke pemakaman,” ujar Ninuk.