TRIBUN WIKI

Hari ini dalam sejarah, Istana Maimun Kesultanan Deli Selesai Dibangun Pada 1891

Hari ini dalam sejarah, proyek Istana Maimun Kesultanan Deli di Kota Medan rampung. Istana bersejarah ini selesai dibangun pada 18 Mei 1891.

Editor: Eko Setiawan
TRIBUN MEDAN/AQMARUL AKHYAR
Istana Maimun objek wisata medan yan terletak di Jalan Sultan Ma'moen Al Rasyid Nomor 66, A U R, Kecamatan Medan 

TRIBUNBATAM.id - Hari ini dalam sejarah, proyek Istana Maimun Kesultanan Deli di Kota Medan rampung.

Istana bersejarah yang selesai dibangun pada 18 Mei 1891 ini merupakan salah satu ikon kebanggaan masyarakat Medan.

Dengan luas mencapai 2.772 meter persegi, istana ini terdiri dari dua lantai.

Terdapat tiga bagian utama dalam istana ini, yakni bangunan induk, bangunan sayap kiri, dan bangunan sayap kanan.

Adapun total jumlah ruangannya sebanyak 30 ruangan.

Istana Maimun berlokasi di Jalan Brigadir Jendral Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Ma’moen.

Sejarah

Melansir Tribun Medan,  Istana Maimun didirikan oleh Sultan Deli, yakni Sultan Mahmud Al Rasyid.

Adapun arsitektur bangunannya didesain oleh arsitek Italia bernama Ferrari dan seorang tentara kerajaan Belanda kelahiran Ambon, Theodoor van Erp.

Pembangunan istana dimulai dari 26 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891.

Proyek ini menghabiskan biaya kurang lebih satu juta gulden.

Kono, nama istana ini mengadopsi nama istri Sultan Makmun, yakni Maimun.

Sedang sumber lain mengatakan jika kata Maimun diambil dari kata dalam bahasa Arab yakni Maimunah yang berarti berkah atau rahmat.

Arsitektur

Arsitektur bangunan Istana Maimun terbilang unik.

Konsep desainnya memadukan gaya Islam, Melayu, Spanyol, India, dan Italia.

Istana ini terdiri dari dua lantai dengan total 30 ruangan.

Terdapat tiga bagian utama dalam istana ini, yakni bangunan induk, bangunan sayap kiri, dan bangunan sayap kanan.

Ada 5 bagian inti dari istana ini :

1. Balai Room Sri Istana Maimun

Sebenarnya Istana Ma’moen dibangun sebagai Istana Kerajaan untuk tempat menerima tamu, tempat mengadakan kegiatan Kesultanan.

Dahulunya, ruangan Balai Room Sri Isatana Ma’moen berfungsi sebagai tempat menerima tamu.

Setelah dialihfungsikan menjadi tempat tinggal, ruangan ini dijadikan main hall sebagai tempat untuk menyelenggarakan acara kesultanan.

Ruangan ini dihiasi dengan ornamen-ornamen yang merupakan tiga perpaduan kebudayaan, yaitu kebudayaan Barat, Kebudayaan Timur dan Kebudayaan Melayu secara umum.

Hiasan dari kebudayaan Timur di tempat tersebut terdapat dari lekukan-lekukan arca dan bentuk-bentuk jendela, kemudian lukisan yang terdapat di langit-lagit atap dan pada sebagian dinding.

2. Singgasana

Singgasana yang terletak di ruangan Balai room ini dibuat pada tahun 1948.

Singgasana ini dibuat untuk acara pernikahan anak Sultan yang ke-11, yakni Sri Paduka Sultan Osman Al Sani Perkasa Alamsyah.

Saat itu, putri Sri Paduka Sultan Osman Al Sani Perkasa Alamsyah yang bernama Tengku Maheran menikah dengan anak Sultan Langkat, Sultan Abdul Aziz, yang nama anaknya Tengku Murad Aziz.

3. Balai Santapan

Balai Santapan merupakan tempat Sultan menjamu tamu-tamunya.

Balai dalam bahasa melayu berarti tempat berkumpul, sedang kata Santapan memiliki arti jamuan makanan.

Biasanya, Sultan menjamu para tamunya di ruangan ini dengan berbagai santapan khas Melayu seperti kari kambing, ayam dan daging, dan makanan laut.

Beberapa barang dalam ruangan ini didatangkan dari Italia, seperti keramik dan meja makan.

Adapun kursi makannya sendiri merupakan pemberian dari Kerajaan Hindia Belanda untuk Sultan Deli.

4. Panca Persada

Panca Persada ini terdapat di halaman Isatana Maimun yang berupa batu berbentuk lingkaran, dan tepat ditengahnya sejurus dengan jalan raya di depan.

Dulunya, Panca Persada digunakan untuk upacara yang berhubungan dengan acara Kesultanan.

Beberapa acara Kesultanan yang dilaksanan di sini yakni penobatan Sultan dan bersiram.

Kata Panca artinya lima dan Persada dalam kebudayaan Melayu memiliki arti tinggi, mulia, dan bermartabat.

Dulunya, budaya Melayu banyak menyerap budaya Hindu, jadi dahulu Panca Persada bersegi lima seperti bintang.

Akan tetapi setelah berjalannya waktu disesuaikan Sultan menjadi empat.

5. Mariam Puntung

Meriam Puntung merupakan benda pusaka dari peninggalan kerajaan Haru yang dulunya besar di Sumatera Timur.

Sebelum yang menduduki wilayah Sumatera Timur ini Kerajaan Deli merupakan wilayah Kerajaan Haru.

Namun, pada tahun 1632 Kesultanan Aceh berperang melawan Kerajaan Haru.

Kemudian, Kerajaan Haru kalah dan ditaklukkan oleh Kesultanan Aceh dan pada masa itu pimpinan perang Kesultanan Aceh, Tuanku Panglima Gocah Pahlawan yang merupakan juga Raja Deli pertama.

Dulu, terdapat pemikiran bahwa siapa saja yang menjaga atau merawat benda yang sakti maka kesaktiannya itu akan ikut dengan sang penjaga.

Meriam Puntung ini merupakan benda yang sakti, sehingga tetap dirawat oleh Raja Deli hingga kini.

(*/TRIBUNBATAM.id/Widi Wahyuning Tyas)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved