Isak Tangis Pecah saat Pemakaman, Keluarga Ungkap Pesan Terakhir Kapten Fredy: Alm Rindu Sang Ayah
Isak tangis keluarga pun pecah, saat Kapten Freedy hendak dimasukkan ke liang lahat, tempat peristirahatan terakhirnya.
"Waktu awal pendaftaran di TNI," katanya.
Ia pun terdiam, beberapa menit bergeming. Menatap jauh ke atas.
Matanya memerah dan tak sanggup lagi berkata-kata
"Awal pendaftaran. Yang tahu banyak perjuangannya isterinya, sudah ya," kenang dia.
Tiga Kali Gagal Masuk Penerbang, Kapten Freedy Akhirnya Lolos.
Terpisah, Paman Kapten CPN Freedy Febrianto Nugroho, Suwandi juga merasa kehilangan Freedy kecil.
Di mata Suwandi, Freedy tetaplah seperti anak kecil yang selalu riang dan mudah bergaul.
"Ya tetap seperti anak kecil bagi saya. Karena dia anak terakhir dari lima bersaudara. Setiap pekan dia selalu pulang dan berkunjung ke rumah saya.
Kalau sudah lepas baju korps nya ya tetap seperti anak kecil di mata saya," katanya, saat ditemui di rumah duka.
Ia mengatakan, Kapten Freedy memang berbeda dari lima saudaranya. Ia termasuk yang gigih dalam mengejar cita-cita.
Suwandi masih ingat, bagaimana proses perjuangan sang Kapten menjadi Kapten Penerbang.
"Selain angkatan darat dia tidak mau. Kemudian setelah lulus kuliah di jurusan olahraga, ia mulai daftar di pusat penerbangan," imbuhnya.
Pria berusia 67 tahun itu menambahkan, perjuangan Kapten Freedy untuk menjadi penerbang tidaklah mudah.
Kapten Freedy sempat tiga kali gagal mendaftar di angkatan darat sebagai penerbang.
"Seingat saya tahun 2008 itu baru dia diterima. Pokoknya sudah tiga kali gagal. Ya tekatnya memang besar, akhirnya berhasil," sambungnya.