TRIBUN WIKI
Dipelopori Sekolah Dokter Djawa, Simak Sejarah STOVIA, Sekolah Kedokteran Bagi Rakyat Pribumi
STOVIA merupakan sekolah untuk pendidikan kedokteran bagi rakyat pribumi pada zaman Hindia Belanda yang tokoh-tokoh pergerakan nasional.
Sehingga sempat dianggap sebagai sekolah orang miskin.
Awalnya lama pendidikan hanya ditempuh dua tahun, tapi pada 1875 menjadi enam tahun.
Dalam sistem pendidikan di STOVIA, pada 1902 kelulusannya dianggap sebagai dokter dengan gelar Inlandse Arts.
Pada 1913, apabila sebelumnya lulusannya memperoleh gelar Dokter Jawa diubah menjadi Inlandsch Arts yang artinya Dokter Bumiputera atau Pribumi.
Mereka mempunyai wewenang mempraktekkan ilmu kedokteran seluruhnya termasuk ilmu kebidanan.
Pada 1914, sistem pendidikan STOVIA ditingkatkan lagi, karena calon-calonnya harus diambil dari lulusan MULO (setingkat SMP).
Pada 1927, Pemerintah Hindi Belanda mendirikan Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hogeschool).
Sekolah tersebut menerima lulusan AMS (setingkat SMA) dan HBS.
Lulusannya memakai gelar Arts, dan setara dengan lulusan universitas di negeri Belanda.
Dalam perkembangannya, STOVIA menjadi sekolah yang mendidik dokter bumiputera dan bukan hanya dokter Jawa.
Pada awalnya bangunan STOVIA terletak di Hospitaalweg, kemudian pada 5 Juli 1920 seluruh pendidikan dipindahkan ke Salemba (sekarang dikenal dengan Fakultas Kedokteran Universitan Indonesia).
Sementara bangunan Hospitaalweg dipakai untuk asrama siswa.
Penggunaan Gedung STOVIA sebagai tempat kegiatan pembelajaran berakhir setelah pendudukan Jepang ada 1942.
Melahirkan tokoh pergerakan
Dalam situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), STOVIA menjadi tempat berkumpulnya pemuda pribumi yang cerdas dan kreatif.