Pendukung Anwar Ibrahim Tak Ingin Mahathir Mohamad Jadi PM Malaysia: 'Karakternya Menjengkelkan'
Di tengah politik Malaysia yang kian memanas, kelompok pendukung Anwar Ibrahim menyerukan penolakan terhadap Mahathir Mohamad. Berikut penjelasannya.
"Anda tahu, dia (Trump) memecat semua pegawai yang bukan untuknya. Kedengarannya seperti negara Dunia Ketiga."
"Di Malaysia, kita mungkin melakukan itu - kalau kita tidak menyukai pegawai, kita memecatnya. Tapi ini Amerika: sangat, sangat liberal dan toleran akan hal-hal seperti itu."
Mahathir lalu berkata, dia juga mengikuti perkembangan demonstrasi besar-besaran di AS akibat kematian George Floyd.
Dia mengaku terkejut dengan rencana Trump menerjunkan pasukan militer untuk mengatasi demonstran.
"Maksud saya, dia mengancam memakai tentara melawan orang-orang yang berunjuk rasa. Ini belum pernah terjadi," ucap Mahathir.
Kasus yang menimpa Martin Gugino juga tak luput dari perhatian Mahathir. Pria 75 tahun itu terluka parah akibat ulah polisi selama demonstrasi di Buffalo. Gugino diduga penyabot yang terkait dengan Antifa.
"Bagaimana Anda bisa mengatakan itu? Anda harus memiliki bukti yang jelas."
Trump dan pejabat-pejabat tinggi di pemerintahannya, seperti Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, juga menuduh Beijing tidak transparan atas peringatan dini wabah virus Corona.
Robert O'Brien penasihat keamanan nasional Trump, pada Mei menyamakan dugaan China yang tidak terbuka tentang virus Corona seperti upaya Uni Soviet menutup-nutupi kehancuran pembangkit listrik tenaga nuklir di Chernobyl pada 1986.
Namun Mahathir membela China, meski ia setuju "jika melihat ke belakang" seharusnya pemerintah "Negeri Tirai Bambu" bisa menangani situasi lebih baik.
"Jika ini terjadi di Malaysia, dan kami menemukan seseorang menderita penyakit aneh, kami tidak pergi ke kota dan berkata 'Oh ada penyakit aneh di sini!'."
"Orang-orang China dalam ancaman, Mereka harus mencari tahu dulu, dan ketika mereka sedang menyelidikinya, mereka tidak sadar bahwa itu akan mengakibatkan pandemi."
Mahathir lalu memuji respons Malaysia terhadap pandemi Covid-19, mengapresiasi keberhasilan rekan-rekannya di pemerintahan yang sukses membuat warga "taat hukum" sejak lockdown parsial dimulai 18 Maret sampai pekan lalu.
Lockdown parsial Malaysia sedang dilonggarkan bertahap, dan dijadwalkan akan dicabut sepenuhnya pada akhir Agustus.
Lebih dari 8.400 orang telah terinfeksi virus Corona di "Negeri Jiran", dengan 85 persen pasien dipulangkan dan korban meninggal mencapai 120 orang.