Pangkoarmada I Siagakan 4 KRI di Perairan Natuna, Antisipasi Situasi di Laut China Selatan
Laksda Ahmadi Heri Purwono bilang,walaupun Indonesia tidak terlibat dalam situasi di laut China Selatan, kesiapan para prajurit dan armada tetap siaga
Penulis: Endra Kaputra | Editor: Dewi Haryati
TRIBUNBATAM.id, TANJUNGPINANG - Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) I Laksda TNI Ahmadi Heri Purwono menyampaikan, telah menyiagakan 4 kapal di perairan laut Natuna Utara.
Hal itu disampaikannya saat meninjau protokol kesehatan di Pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP) Tanjungpinang.
"Ada empat kapal yang kita telah siagakan di perairan tersebut," ujarnya, Jumat (19/6/2020).
Ia pun saat berkunjung ke Natuna juga mengecek alat utama sistem senjata (Alutsista) beserta kesiapan prajuritnya dalam bertugas.
"Kapal dan prajurit kita bekerja dengan baik dalam menjaga keamanan daerah tersebut," ucapnya.
• LENGKAPI Syarat Naik Pesawat Terbang, Sejak Pagi Warga Datangi Klinik Husadatama Jalani Rapid Test
Menurutnya, walaupun Indonesia tidak terlibat dalam situasi di laut China Selatan, kesiapan para prajurit dan armada tetap siaga.
"Kita tetap stan by menjaga keamanan. Memang jaraknya sangat jauh kedepan dengan posisi kapal kita," tutupnya.
Dari informasi, Koarmada I sampai dengan saat ini telah mengerahkan 4 unsur KRI yakni KRI Bung Tomo-357, KRI Yos Sudarso-353, KRI Wiratno-379 dan KRI Bontang-907 untuk melaksanakan siaga di Perairan Laut Natuna Utara dan memantau perkembangan situasi di lapangan.
TNI AL Siagakan Kapal Perang
Konflik laut China Selatan memanas meningkatkan tensi politik dan pertahanan di kawasan Asia.
Untuk mengantisipasi kemungkinan bergesernya konflik terbuka ke wilayah maritim, Panglima Komando Armada I,
Pangkoarmad I meninjau langsung kesiagaan unsur KRI yang sedang melaksanakan patroli di wilayah Perairan Laut Natuna Utara di Selat Lampa, Natuna, Kamis (18/6/2020).
Pangkoarmada I menyampaikan bahwa saat ini situasi meningkatnya tensi di Laut China Selatan dengan ditandai hadirnya kekuatan Angkatan Laut negara-negara yang berkepentingan menimbulkan kekhawatiran di negara-negara kawasan.
“Mandala operasi kekuatan militer asing yang sedang memanas tersebut berpotensi bergeser ke selatan memasuki Perairan Indonesia Laut Natuna Utara.
