Kembali Memanas, Anwar Ibrahim Tolak Mahathir Mohamad Sebagai Calon PM Pakatan Harapan
Polemik politik Malaysia, antara Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim tuai sorotan. Anwar Ibrahim menolak pengajuan Mahathir sebagai calon PM Malaysia.
Politisi kawakan berusia 94 tahun itu sepakat akan mengangkat Anwar sebagai Deputi Perdana Menteri dan menandatangani perjanjian hitam putih menyerahkan kekuasaan kepada Anwar setelah 6 bulan menjabat.
Dr M, panggilan akrabnya, menilai dia masih memiliki tugas yang tidak terselesaikan setelah lengser dan bertekad akan membersihkan kembali Malaysia dari ketidakbecusan Muhyiddin.
Namun proposal ini ditanggapi dingin Anwar dan PKR yang menyalahkan pengunduran diri mendadak Mahathir sebagai biang kerok kolapsnya koalisi Pakatan Harapan yang berkuasa selama 22 bulan sejak kemenangan mengejutkan pada pemilu Mei 2018.
PKR juga masih berang dengan Mahathir yang tidak menepati janjinya untuk menyerahkan kekuasaan kepada Anwar setelah 2 tahun menjabat.
Sejauh ini diyakini Mahathir memiliki peluang yang lebih besar dibandingkan Anwar untuk melobi anggota parlemen PN untuk berpindah ke PH, khususnya dari blok Gabungan Partai Sarawak di Malaysia Timur yang mengontrol 18 kursi krusial.
Perpecahan di kubu oposisi tentunya adalah kabar baik bagi Muhyiddin yang masih sibuk menkonsolidasikan kursi PM setelah menjabat hampir 4 bulan.
Muhyiddin hanya mengontrol mayoritas tipis 2 kursi dengan dukungan 114 kursi. Pemerintahannya juga akan menghadapi mosi tidak percaya yang diajukan Mahathir ketika parlemen kembali bersidang bulan depan.
Perdana Menteri berusia 73 tahun itu diberitakan sedang mempertimbangkan menggelar pemilu dini dalam waktu dekat untuk mengakhiri ketidakstabilan politik di mana anggota parlemen berpotensi terus mengganti afiliasi dan dukungan politik mereka.
Bela China Soal Covid-19, Mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad Sebut Trump Sebagai 'Bencana'
Selama wabah virus Corona atau Covid-19, ketegangan antara Amerika Serikat dengan China terus memanas.
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad juga angkat bicara terkait hal ini.
Ia bahkan menyebut Presiden Amerika Serikat yakni Donald Trump sebagai "bencana" apabila terpilih lagi pada November nanti.
Saat diwawancarai South China Morning Post (SCMP) di program This Week in Asia, Mahathir juga menolak klaim pemerintahan Trump yang menuding China harus bertanggung jawab atas pandemi virus Corona.
Lebih lanjut, Mahathir yang dikenal anti-Barat mengatakan, "keributan" Presiden AS memperburuk ketegangan antara kedua negara adidaya tersebut.
"Saya tidak pernah mengira dia akan menang, tapi dia akhirnya menang," kata Mahathir dalam wawancara yang dilakukan melalui video call Zoom.