Korea Selatan Mendesak Untuk Berdamai, Korea Utara Sebut Siap Adu Nuklir dengan Amerika Serikat
Di tengah 'sikap perseteruan' dari Amerika Serikat, Korea Utara sebutkan tak punya pilihan selain adu nuklir. Berikut pernyataan dari Korea Utara.
TRIBUNBATAM.id, PYONGYANG - Pada Kamis (25/6/2020), Korea Utara mengungkapkan pernyataan tegas terhadap Amerika Serikat.
Di tengah 'sikap perseteruan' dari Amerika Serikat, Korea Utara sebutkan tak punya pilihan selain adu nuklir.
Pengumuman ini disampaikan Korea Utara bertepatan dengan peringatan ke-70 tahun Perang Korea yang pertama kali meletus pada Juni 1950 silam.
"Untuk menghilangkan ancaman nuklir dari Amerika Serikat, pemerintah Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) telah berupaya melalui dialog atau menggunakan undang-undang internasional, tapi semuanya berakhir sia-sia," demikian salah satu pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Luar Negeri bidang Perlucutan Senjata dan Perdamaian.
Kementerian itu menggunakan nama resmi negara Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.
"Satu-satunya pilihan adalah adu nuklir dengan nuklir," ungkap pernyaaan itu.
• Curigai Kondisi Kesehatan Kim Jong Un, Jepang Temukan Pergerakan Aneh di Korea Utara
Sementara itu diketahui bahwa pemerintahan Trump dan rezim Kim Jong Un pernah melakukan serangkaian diskusi untuk mengekang ambisi nuklir Korea Utara namun mereka gagal mencapai kesepakatan yang mengikat.
Korea Utara baru-baru ini juga telah meluncurkan uji coba rudal jarak pendek, meledakkan kantor penghubung antar-Korea dan memutus jalur komunikasi dengan Korea Selatan.
Namun begitu, Pyongyang pada Rabu kemarin mengatakan akan menunda aksi militer terhadap Seoul.
Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada upacara peringatan korban perang Korea mendesak Korea Utara untuk berdamai.
Dia bahkan mengatakan tidak punya niatan untuk memaksa pandangan politisnnya atau pun sistem ekonominya terhadap Pyongyang.
Melansir New York Post, Moon Jae-in berkata, "Kami akan terus mencari jalan yang menguntungkan kedua belah pihak melalui perdamaian," dia juga menambahkan, "Sebelum bicara soal unifikasi, marilah kita menjadi tetangga yang baik satu sama lain."
Perang 1950-1953 antar Korea berakhir dengan gencatan senjata dan bukan perjanjian damai.
Itu artinya perang secara teknis masih berlangsung.
Sementara itu, seorang veteran perang dari Korea Selatan mengatakan bahwa dirinya pesimis terhadap prospek perdamaian antar-Korea.