Kisah Polisi Sugianto, 34 Tahun Mengabdi, Pernah Bantu Turis Asing ke Pelabuhan Batam Center
Polisi lulusan Bintara tahun 1986 dengan pangkat Brigadir ini memulai tugas di Provinsi Riau kala itu Kepri masih kabupaten.
"Jadi waktu pun terus berjalan, masyarakat suku laut mulai maju. Hampir 6 tahun lebih saya bertugas di Kabil mereka mulai paham kehidupan di darat," sambungnya.
Kebiasaan pernikahan lewat agama dan mengenal salat di lingkungan tempat tinggal warga mulai tertanam.
Bahkan ada satu hal dari pengalamannya itu yang tak pernah dilupakan Sugianto. Ia sampai terkekeh sendiri mengingatnya.
"Warga suku laut waktu itu tidak ada yang sunat. Jadi pernah lah kita ada acara sunatan, sampai ada beberapa warga yang usianya sudah 40 tahun ikut sunatan," kata Sugi bercerita.
"Pastinya banyaklah kenangan yang tidak bisa saya lupakan kala itu, mulai dari mengajari mereka pernikahan lewat agama, mengajari mereka ngaji kita berikan guru ngaji dan mengajari mereka berdagang seperti hasil tangkapan ikannya dikelola dahulu sebelum dijual ke penampung," ujarnya.
"Masih ada bangunan mushala 9 x 9 meter yang saya dirikan di sana. Kalau saya ceritakan semua seakan tidak mungkin, namun memang seperti itu yang saya lalui ketika bertugas," katanya.
Bahkan sebelum menjadi polisi kala itu, tak pernah terlintas dibenaknya untuk jadi seorang abdi negara. Namun nasib berkata lain, keberuntungan berpihak padanya.
"Apa ya, memang tidak pernah bercita-cita jadi polisi, tamat sekolah dan dapat kerja saja itu sudah menjadi impian bagi saya. Saya sadar dari keluarga tidak mampu waktu itu," ujar Sugi sembari menunjukan foto kondisi rumah yang dihuni keluarganya di salah satu kampung perkebunan di Parlabian Sumatera Utara.
"Jadi menjadi polisi itu memang sebuah keberuntungan besar bagi saya, kala itu saya tahun 1984 saya tamat SMA, saya pun merantau ke Pekanbaru bekerja di PT Caltex, satu tahun bekerja di sana.
Suatu ketika saya dan teman mau salat Jumat, teman saya ini bilang ada buka penerimaan polisi dan minta saya ikut daftar. Dia beri saya semangat, saya bilang sama dia, ahk.. kamu ini mengada saja, karena saya berpikir masuk polisi itu harus punya uang banyak, sementara saya hanya orang miskin.
Namun beberapa hari kemudian, saya terpikir apa yang disampaikan teman saya, dan dengan penuh optimis akhirnya saya mendaftar dan berbuah hasil, saya dinyatakan lulus Bintara Polri 1986 di Pekanbaru," katanya.
"Bahkan saat saya lulus dan selesai pendidikan orang tua saya tidak mengetahui sama sekali. Jadi ada cuti habis pendidikan waktu itu saya pun pulang ke kampung halaman di Parlabian lalu saya sampaikan kepada mereka, bapak dan ibu.
Awal saya sampaikan mereka kaget dan tidak percaya namun saya tunjukkan dokumentasi dan seragam dinas saya," ujarnya.
Bahkan agar mendapat biaya kebutuhan sekolah polisi, Sugi pernah melakoni kenek mobil.
Pria kelahiran 19 April 1964 di Perkebuanan Parlibian ini menamatkan pendidikan di SD Parlabian 001, kemudian SMP Perisai Parlabian dan SMK STM pernah putus sekolah karena biaya, lalu pindah ke SMA Karya Parlabian.