TRIBUN WIKI

Identik dengan 3 Warna Cerah, Mengenal Pernikahan Adat Melayu di Kepri

Apabila menghadiri acara pernikahan khas Melayu, warna kuning, hijau dan merah sangat dominan sebagai dekorasinya.

TribunBatam.id/Istimewa/Dokumentasi Disbudpar Kota Batam
Tampilan dekorasi pelaminan adat Melayu. Warna dan bentuk pelaminan khas Melayu ini punya makna dan artinya tersendiri. 

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Budaya Melayu memang begitu kental dengan masyarakat di Provinsi Kepri, termasuk di Kota Batam.

Dari referensi beberapa catatan sejarah, wilayah Kepri pada zamannya masuk dalam wilayah Kesultanan Riau, Lingga, Johor dan Pahang yang berakhir pada 1913.

Maka tak heran jika jejak budaya Melayu yang dipengaruhi oleh Kesultanan itu masih diwarisi oleh Kota Batam hingga saat ini. Adat upacara perkawinan contohnya.

Apabila menghadiri acara pernikahan khas Melayu, warna kuning, hijau dan merah sangat dominan sebagai dekorasinya.

Tabir yang berwarna kuning, hijau dan merah tersebut dinamakan tabir belang.

Selain tabir yang digunakan untuk dekorasi sekeliling ruangan tempat dilaksanakannya perkawinan, ada pula hiasan seperti lidah yang berwarna keemasan, serta hiasan kondas yang menambahkan kesan mewah pada pelaminan.

Bagi masyarakat Melayu, pelaminan serupa tempat tidur pengantin yang disekelilingnya dihias tabir belang berwarna hijau, kuning dan merah tersebut.

Selain tabir belang, pelaminan juga dipasangkan tabir pukang ayam berjumlah tiga helai gulungan yang baru kelihatan jika sudah diturunkan pada saat pengantin hendak tidur.

Biasanya, tabir pukang ayam bersulan tekat, yaitu berupa motif dari kertas prada atau benang songket yang disulam. Motifnya menyerupai lambang islam, bulan bintang.

Sedangkan susunan bantal di pelaminan ada empat bantal gadok, delapan bantal seraga, banyal telur buaya dan bantal sandar.

“Pada zaman dulu, pelamin ini dengan tempat bersanding itu berhadapan seperti terdapat di Rumah Limas Potong di Batubesar, Nongsa, yang disekat menjadi dua. Dalam kamar itulah dibuat pelamin dan tempat bersanding, kemudian di sekelilingnya dihiasi tabir,” jelas Kepala Bidang Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Muhammad Zen, Minggu (5/6/2020).

Adapun tempat bersanding bagi pengantin disusun dalam beberapa tingkatan, yang biasa disebut dengan "peterakne".

Calon Penumpang Dapat Subsidi Rapid Test Covid-19, MV Putri Anggreini 05 Bakal Melaut ke Anambas

Promo at Ace Hardware Grand Batam Mall, Valid Until 28th July 2020

"Pe" artinya peti atau kotak, "rak" artinya bertingkat, dan "ne" artinya lebih dari satu. Jumlah tingkatan tersebut harus ganjil sesuai dengan budaya Islam yang sering menggunakan angka-angka ganjil.

Untuk jumlah tingkatannya sendiri disesuaikan dengan hadirin yang datang, yakni tiga tingkatan pada umumnya untuk para datuk, dan lima untuk kerabat Sultan.

Selain itu, terdapat bantal sadok di belakangnya serta tempat bersandar, kemudian tabir selak dipasang di kanan dan kiri.

Halaman
12
Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved