Tewaskan Sekitar 18 Orang, Tanah Longsor dan Banjir Besar Menerjang Jepang

Pada Sabtu (4/7/2020), banjir besar dan tanah longsor terjadi di Jepang. Dilaporkan telah menewaskan setidaknya 18 orang. 6 orang lainnya masih hilang

xinhuanet/Liao Zuping
ILUSTRASI banjir - Tanah longsor dan banjir besar terjang Jepang, tewaskan sekitar 18 orang. 

TRIBUNBATAM.id, KUMAMOTO - Setelah beberapa waktu lalu Singapura dilanda banjir bandang, kini Jepang turut mengalami bencana alam serupa.

Sejak Sabtu (4/7/2020), banjir besar dan tanah longsor terjadi di Jepang.

Bahkan bencana di Jepang ini telah menewaskan setidaknya 18 orang.

Dari 18 orang tersebut, 2 orang sudah dipastikan terenggut nyawanya sedangkan 16 lainnya dikhawatirkan tewas.

Keterangan tersebut disampaikan oleh media setempat pada Minggu (5/7/2020), sebagaimana dikutip kantor berita AFP.

Sementara itu Associated Press (AP) memberitakan, sekitar 20 orang dipastikan tewas atau masih dalam perkiraan tewas sampai hari ini.

(AFP)

 Tawaran Beasiswa Kuliah D2 dan D3 di Jepang, Beri Tunjangan Hidup Rp 15 Jutaan Per Bulan

Kedua korban tewas adalah lansia pria dan wanita berusia 80-an tahun di Kumamoto.

Mereka tewas akibat tanah longsor, demikian yang dilaporkan tv pemerintah Jepang NHK, tapi tidak memberi keterangan lebih rinci.

Sementara itu 16 lainnya masih dalam keadaan "henti jantung", kata NHK.

Istilah itu sering digunakan di Jepang sebelum dokter menyatakan kematian secara resmi.

Sebanyak 14 orang di antaranya adalah penghuni panti jompo, sebagaimana diumumkan Gubernur Prefektur Kumamoto Ikuo Kabashima pada Sabtu.

NHK melanjutkan, 6 orang lainnya masih hilang.

Sampai sekarang operasi pencarian dan penyelamatan masih terus dilakukan di rumah-rumah warga yang terdampak banjir.

Meski hujan telah reda di Kumamoto pada Minggu pagi, jembatan yang ambruk membuat akses jalan terputus dan membuat masyarakat di sana terisolasi.

Banjir juga merusak rumah-rumah serta kendaraan hanyut terbawa arus, dan lumpur ikut merendam Kumamoto.

AFP juga mewartakan, tanda besar "SOS" dibuat di sebuah sekolah kota Yatsushiro, lokasi di mana 10 orang melambaikan handuk putih meminta diselamatkan oleh helikopter.

(AFP)

Penyelenggara F1 Resmi Batalkan Grand Prix Singapura hingga Jepang, Dampak Wabah Covid-19

Berbagai kompetisi di dunia harus dibatalkan sebagai dampak dari penyebaran virus Corona atau Covid-19.

Termasuk acara Grand Prix yang biasa digelar oleh Formula 1 (F1).

Penyelenggara F1 resmi membatalkan Grand Prix Singapura, Azerbaijan hingga Jepang.

Kepastian tersebut diketahui lewat pernyataan yang diunggah pada laman resmi F1, Jumat (12/6/2020).

Alasan dibatalkannya ketiga Grand Prix tersebut masih berkaitan dengan pandemi virus Corona yang tengah melanda dunia.

Dengan demikian, GP Azerbaijan, Singapura, dan Jepang tak akan masuk ke dalam kalender F1 musim ini.

"Sebagai dampak tantangan yang ditimbulkan oleh Covid-19, kami dan para promotor di Azerbaijan, Singapura dan Jepang telah memutuskan untuk membatalkan balapan di sana untuk musim 2020," demikian pernyataan resmi F1.

Selain itu, promotor GP Azerbaijan dan Singapura juga mempertimbangkan waktu yang diperlukan untuk membangun sirkuit di negara masing-masing.

Pasalnya, kedua negara tersebut menggelar balapan di sirkuit jalan raya.

"Di Singapura dan Azerbaijan, lamanya waktu membangun sirkuit jalan raya membuat pihak penyelenggara merasa tidak mungkin untuk menggelar balapan di tengah masa yang serba tidak pasti ini," kata perwakilan F1.

Adapun Jepang masih menerapkan pembatasan perjalan yang membuat seri balap di Sirkuit Suzuka tak memungkinkan untuk digelar.

Jepang juga telah membatalkan Grand Prix MotoGP yang seharusnya berlangsung di Sirkuit Motegi pada 18 Oktober 2020, satu minggu setelah seri balap F1 di Sirkuit Suzuka.

Sebelumnya, F1 juga membatalkan empat seri balap lainnya, yakni seri pembuka di Australia, Monako, Belanda, dan Perancis.

Namun, baru-baru ini mereka telah merilis revisi kalender balap Formula 1 musim 2020.

Dalam revisi tersebut diketahui bahwa GP Austria akan menjadi seri pembuka F1 musim 2020 yang telah tertunda lama karena pandemi Covid-19.

Setelah menggelar GP Austria pada awal Juli 2020, seri balap akan dilanjutkan di Hungaria, Inggris, Spanyol, Belgia, dan Italia.

Bersama Jepang dan Taiwan, Inggris Setuju Penggunaan Remdesivir Untuk Tangani Covid-19

Berbagai cara dipilih untuk menangangi pasien virus Corona atau Covid-19.

Salah satu yang makin diminati adalah menggunakan Remdesivir.

Merupakan obat yang diproduksi Gilead Sciences, Amerika Serikat.

Pemerintah Taiwan pada Sabtu (30/5/2020) menyetujui penggunaan Remdesivir untuk mengobati penyakit yang disebabkan virus Corona.

Pemerintah berbagai negara sedang berlomba meningkatkan pasokan Remdesivir, yang mengantongi persetujuan regulator AS bulan ini untuk penggunaan darurat.

Gilead, yang berbasis di California, mengatakan akan menyumbangkan 1,5 juta dosis Remdesivir, cukup untuk mengobati sedikitnya 140 ribu pasien dalam memerangi pandemi global.

Pusat Komando Epidemi Taiwan (CECC) menyebutkan Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan Taiwan mempertimbangkan fakta kemanjuran dan keamanan Remdesivir telah didukung oleh bukti awal dan penggunaannya disetujui oleh sejumlah negara lain.

Atas dasar itu, CECC berpendapat persyaratan telah terpenuhi bagi persetujuan penggunaan Remdesivir pada pasien yang terkena infeksi Covid-19 kategori parah.

Taiwan sukses mencegah penyebaran virus Corona berkat deteksi dini, upaya pencegahan serta sistem kesehatan masyarakat tingkat pertama.

Hingga kini, Taiwan mencatat 442 kasus Covid-19 dan hanya tujuh kematian. Sebagian besar pasien telah sembuh dan hanya tersisa 14 kasus aktif.

Untuk saat ini, belum ada obat atau vaksin yang disetujui untuk Ccovid-19, namun negara-negara Uni Eropa telah memberikan Remdesivir pada pasien berdasarkan aturan penggunaan.

Jepang dan Inggris, mengizinkan penggunaan obat tersebut dan mulai memberikannya pada pasien Covid-19.

Amerika Serikat, pasar farmasi terbesar di dunia, telah memberikan kewenangan penggunaan darurat Remdesivir untuk Covid-19, namun belum menyetujui penggunaannya secara luas.

Gilead Sciences Inc telah mempublikasikan hasil studi yang menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara pengobatan Remdesivir selama 5 hari dan 10 hari untuk pasien Covid-19 yang parah.

Gilead mengumumkan temuan-temuan terpenting dari uji coba 29 April. Hasilnya diterbitkan di New England Journal of Medicine.

Uji coba Gilead melibatkan 397 pasien Covid-19 parah yang dirawat di rumah sakit, di mana sebagian besar tidak menggunakan ventilator.

Produsen tersebut mengatakan studi, yang tidak mencakup perbandingan plasebo, menunjukkan 14 hari setelah pengobatan dengan obat intravena, 64 persen pasien yang diobati selama 5 hari dan 54 persen yang diobati selama 10 menunjukkan beberapa pemulihan klinis.

Setelah 14 hari, 8 persen pasien dari kelompok 5 hari dan 11 persen dari kelompok 10 hari meninggal.

Gilead menyebutkan hasil tersebut jangan diinterpretasikan sebagai indikasi durasi yang lebih singkat bekerja lebih efektif sebab bukti hasil yang lebih baik terjadi sejak dini, mengarahkan para peneliti untuk menghubungkan perbedaan keseimbangan dalam status pasien saat pendaftaran.

Kejadian buruk selama pengobatan meliputi mual dan memburuknya gagal pernapasan.

Perusahaan menyebutkan 2,5 persen dari pasien di kelompok 5 hari dan 3,6 persen dari kelompok 10 hari menghentikan pengobatan akibat peningkatan enzim hati.

(*)

 Viral Foto Pre-wedding di Jepang dengan Pakaian Adat Jawa, Warga Lokal Ikut Heboh

 MEXT Tawarkan Beasiswa S1 di Jepang, Gratis Biaya Kuliah dan Tunjangan Hidup Rp 15 Jutaan

 Curigai Kondisi Kesehatan Kim Jong Un, Jepang Temukan Pergerakan Aneh di Korea Utara

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tanah Longsor dan Banjir Besar Terjang Jepang, Tewaskan Sekitar 18 Orang".

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved