HEADLINE TRIBUN BATAM

DBD dan TBC Saingi Covid-19

Penyebab meningkatnya kasus DBD karena Kepri masuk musim penghujan yang menimbulkan genangan air dan jadi tempat berkembangnya jentik nyamuk.

wahyu indri yatno
halaman 01 TB 

TRIBUNBATAM.id, TRIBUN - Di saat seluruh perhatian masyarakat dan pemerintah tertuju pada pandemi Covid-19, ada dua penyakit menular lain yang sedang merebak di Provinsi Kepri, yakni demam berdarah dengue (DBD) dan Tuberculosis atau TBC.

DBD, seperti kita ketahui, adalah virus yang biasa berjangkit di saat musim hujan karena pertumbuhan nyamuk aedes agepty yang membawa virus dengue.

Sedangkan TBC berasal dari bakteri yang menyerang paru-paru.

Widyaiswara Ahli Utama Bidang Kesehatan Tjetjep Yudiana mengakui kasus DBD dan TBC meningkat selama beberapa bulan terakhir di Kepri. Kasus-kasusnya menyebar hampir di seluruh kabupaten dan kota di Kepri.

Menurut Tjetjep, penyebab meningkatnya kasus DBD karena wilayah Kepri memasuki musim penghujan. Hujan menimbulkan genangan air yang menjadi tempat berkembangnya jentik nyamuk.

Tjetjep yang juga Kepala Dinas Kesehatan Kepri itu mengatakan, selama Juli, ada 75 kasus di Kepri. Terbanyak adalah Batam dan Tanjungpinang, masing-masing 23 dan 22 kasus.

Sempat Nonton Kuda Lumping, Siswi SMP di Batuaji Batam Sudah Lima Hari Menghilang

Namun di Tanjungpinang, satu orang meninggal. Kabupaten Karimun tercatat 31 kasus, Bintan (2), Natuna (5), Lingga (6), Anambas tidak ada kasus.

Sedangkan kasus TBC selama enam bulan terakhir cukup banyak di Kepri, secara akumulasi sekitar 1.300 pasien dalam beberapa kelompok penderita.

Ada TB Paru yang terkonfirmasi bakteriologis sebanyak 347 kasus; Terdiagnosis Klinis (155); Ekstraparu (129) serta pasien kambuh dari ketiga kategori itu sebanyak 72 kasus.

Kasus TBC juga mengalami peningkatan drastis hampir bersamaan dengan perkembangan kasus Covid-19 di Kepri. Tjetjep menjelaskan ada kesamaan antara TBC dan Covid-19. Kedua virus ini sama-sama menyerang pada paru-paru manusia.

“Namun, ada perbedaannya. Covid-19 masuk ke dalam tubuh, langsung menunjukkan gejala setelah satu pekan. Sedangkan DBD itu bisa lebih lama, bahkan sampai tiga bulan,” ungkap Tjetjep.

Juru bicara Gugus Tugas Covid-19 Kepri ini mengatakan, ada beberapa kasus TB dan Covid-19 memiliki keterkaitan.

Pasien yang terkonfirmasi sudah terpapar Covid-19 awalnya ternyata menunjukkan gejala TB. Atau sebaliknya, pasien yang terkonfirmasi Covid-19 juga ada yang memiliki riwayat penyakit TB.

Untuk DBD, di Kota Batam, misalnya, pada Bulan Juni 2020 ini, penderitanya naik dua kali lipat dibanding dua bulan sebelumnya. Pada April jumlah kasus 31, kemudian Mei 34 kasus dan Juni 69 kasus.

Angka tersebut, jika dibandingkan tahun lalu memang sedikit menurun.

Namun masalahnya, semua mata tertuju pada virus corona sehingga jika masyarakat abai akan kebersihan lingkungan, kasus DBD yang juga mengancam jiwa ini bisa melonjak.

Novi, Humas Rumah Sakit Umum Daerah Embung Fatimah (RSUD EF) mengakui bahwa pasien DBD yang dirawat di rumah sakit itu menunjukkan peningkatan sejak Mei hingga Juni ini. Peningkatan jumlah pasien tersebut memang dipicu oleh musim hujan dalam dua bulan terakhir.

''Kebetulan kita ini rumah sakit rujukan. Jadi, yang kita rawat itu rujukan dari Puskesmas atau klinik,” kata Novi.

Tidak hanya di Batam, kasus DBD juga mendapat perhatian pemerintah di kabupaten lain, seperti Bintan, Anambas dan Karimun.

Di Bintan, kasus DBD memang tidak tinggi, hanya 21 pasien sejak Januari hingga 10 Juni lalu. “Tertinggi Januari dengan 11 kasus,” kata Kadinkes Bintan,dr Gama Isnaeni.

Sementara di Karimun tercatat 114 kasus DBD dalam enam bulan terakhir dan satu orang meninggal dunia berusia 11 tahun pada akhir Mei lalu.

Kadinkes Karimun Rachmadi beberapa waktu lalu mengatakan, kasus-kasus DBD ini tersebar di sejumlah kecamatan, namun Meral dan Kundur paling rawan.

“Dari 114 kasus tersebut, di Meral 28 kasus dan Kundur 27 kasus,” katanya.

11 Meninggal

Hal yang tak kalah mencemaskan adalah Tuberkulosis atau TBC atau TB. Di Batam sendiri, kasus tuberkulosis (TBC) masih kerap ditemukan.

"Kasus TB merata di Batam," ujar Kasie Dinas Kesehatan Kota Batam, Yantri Wirmansyah kepada Tribun Batam, Rabu (15/7/2020).

Bulan Januari, jumlah penderita TB mencapai 330 orang, terbanyak di tahun 2020 ini.

Angka ini mengalami penurunan di bulan-bulan berikutnya. Februari jumlah penderita TB turun menjadi 248 kasus, Maret (224), April (179) dan Mei (149).

Namun Bulan Juni, kasus TB kembali meningkat sebanyak 161 kasus.

Berbeda dengan DBD yang tidak memakan korban jiwa, untuk TB, selama April, Mei dan Juni 2020, sudah ada 11 penderita TB yang meninggal dunia. Kendati demikian, Yantri mengatakan bahwa kasus TB di Batam masih tertangani.

Masalahnya, pekerjaan tim medis, terutama dokter spesialis paru TB bersamaan dengan pandemi Covid-19. Dua penyakit itu sama-sama menyerang paru pasien, sementara jumlah dokter paru sangat terbatas.

Di Kota Batam sendiri ada lima dokter spesialis paru yang tersebar di beberapa rumah sakit. Dua orang di RSEF, dan sisanya masing-masing satu dokter di RSBPRS Elisabeth, dan RS Awal Bros.

Di Anambas, angka TB juga menunjukkan peningkatan. Pada Januari ada suspect 38 kasus dan positif 5 kasus, Februari (47/11), Maret (42/4), April (18/3) dan Mei 17 suspect dan positif 7 kasus.

Masalahnya, kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Anambas Baban Subhan, di Anambas belum ada dokter spesialis paru.

Kepala Seksi Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular Dinas PPKB Sudarman mengatakan, masalah lain terkait penyakit TB ini adalah pada penanganan pasien.

Di masa pandemi Covid-19 ini, tim Puskesmas dan Dinkes agak kesulitan mendatangi rumah warga untuk melakukan pemeriksaan.

"Karena kondisi Covid-19 otomatis gerak mereka terbatas," pungkasnya. (tom/hsu/ian/ayf/tik/als)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved