WASPADA! Flu Babi Afrika Mulai Mewabah, Ratusan Ekor Babi di NTT Mati, Keluar Cairan dari Dubur

Menurut informasinya kematian babi itu akibat terserang virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.

Kompas.com
Ilustrasi babi - Nama flu babi dibuat karena gen virus penyebabnya, hampir mirip dengan virus flu yang meyebabkan penyakit flu pada babi. 

TRIBUNBATAM.id, KUPANG - Makin hari warga di Nusa Tenggara Timur diresahkan kasus kematian ternak babi.

Berdasarkan laporan, hingga akhir Juni 2020 lalu jumlah babi yang mati telah mencapai 22.000-an ekor.

Menurut informasinya kematian babi itu akibat terserang virus African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika.

Diketahui, ciri-ciri babi terjangkit flu babi afrika tersebut yakni berawal demam dan tak mau makan, hingga ada cairan keluar dari dubur, hidung dan mulut babi.

Ia membenarkan, jika 469 ekor babi di Ende mati akibat diserang flu babi Afrika.

Marianus menuturkan, kecamatan Maukaro tercatat pada angka tertinggi berdasarkan hasil rekapitulasi petugas pusat kesehatan hewan.

Kemudian disusul kecamatan dalam kota yakni, Kecamatan Ndona, Kecamatan Detusoko, dan beberapa kecamatan lainnya.

"Gejalanya memang sudah menciri ke virus ASF. Karena ciri-ciri itu seperti demam, tidak mau makan"

"ada cairan yang keluar dari dubur dan ada beberapa yang keluar dari mulut dan hidungnya," kata Marianus, kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu malam.

Marianus mengatakan, untuk memastikan penyebab kematian ratusan babi tersebut, pemerintah kini tengah menunggu hasil uji laboratorium sampel yang dikirim.

Selanjutnya, proses pencegahan akan diperketat, agar penyebaran virus tidak meluas.

Marianus mengimbau, seluruh peternak untuk menerapkan sistem bio security atau tata cara sanitasi yang baik.

"Ada dua penyebab yang kami duga seperti colera dan virus ASF. Tetapi, kami masih tunggu hasil laboratoriumnya seperti apa"

"Kalau sesuai ciri-cirinya memang sudah menjurus ke ASF," ungkap Marianus.

Marianus mengimbau kepada masyarakat Kabupaten Ende agar tidak mengkonsumsi daging babi yang telah mati meski tidak zoonosis.

Warga sebaiknya mengubur babi apabila mati dengan memiliki gejala-gejala tersebut.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved