Amerika Serikat Umumkan Kapal Perang Terbakar, Iran Beri Tanggapan: Hukuman dari Tuhan
Amerika Serikat ( AS) mengumumkan kebakaran yang melanda salah satu kapal perang miliknya. Iran menganggap kebakaran itu merupakan hukuman dari Tuhan.
TRIBUNBATAM.id, TEHERAN - Baru-baru ini Amerika Serikat ( AS) mengumumkan kebakaran yang melanda salah satu Kapal Perang miliknya.
Kapal Perang tersebut berada di Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di San Diego.
Tragedi ini mendapatkan tanggapan dari Komandan Pasukan Quds di Iran, Esmail Ghaani yang menganggap kebakaran itu merupakan hukuman dari Tuhan.
Kebakaran Kapal Perang Angkatan Laut AS USS Bonhomme Richard, pada Minggu (12/7/2020), menimbulkan korban luka sebanyak 21 orang.
“Apa yang terjadi di AS sekarang, terutama insiden (kebakaran) Kapal Perang, adalah hasil dari perbuatan, perilaku, dan kejahatan AS,” kata Ghaani sebagaimana dilansir dari Al Arabiya, Rabu (15/7/2020).
Dia menambahkan insiden tersebut merupakan hasil dari perbuatan AS sendiri.
• CHINA TERPOJOK Giliran Inggris Kirim Kapal Induk Tercanggih ke Pasifik, Gabung dengan AS dan Jepang
Ghaani berujar Tuhan menghukum AS melalui perbuatan AS.
“Ini adalah janji Tuhan bahwa penindas dan penjahat akan menderita hukuman Tuhan," kata Ghaani.
Dia memperingatkan AS dan Israel bahwa masa-masa sulit akan menunggu kedua negara tersebut.
Ghaani menambahkan bahwa AS seharusnya tidak membuang waktu mencari dalang di balik insiden tersebut. Pasalnya dia mengklaim insiden tersebut merupakan insiden yang mereka buat sendiri.
Pasukan Quds merupakan sayap pasukan elite dari Garda Revolusi Iran. Komandan Pasukan Quds sebelumnya, Qasem Soleimani, dibunuh oleh AS ketika berada di Baghdad, Irak, pada Januari 2020.
Ghaani diangkat sebagai Komandan Pasukan Quds pada Januari 2020 menggantikan Soleimani.
Ghaani sendiri sangat jarang menampilkan dirinya di depan media atau mengeluarkan pernyataan. Perilaku tersebut sudah menjadi kebiasaannya sebelum atau setelah menjadi komandan Pasukan Quds.
Menyusul kebakaran di USS Bonhomme Richard, beberapa akun pro-rezim Iran di media sosial serta beberapa media yang dikelola pemerintah telah mengisyaratkan bahwa Iran terlibat dalam insiden tersebut.
Namun menurut para pengamat, pernyataan tersebut merupakan tindakan putus asa atas sejumlah insiden ledakan di Iran akhir-akhir ini.
Hal itu dinilai pengamat sebagai upaya “menyelamatkan muka” Iran di depan umum.
Amerika Serikat dan China Berkonflik, Rusia Khawatir, Minta Keduanya Tempuh Jalan Diplomatik
Kekhawatiran atas konflik yang terjadi antara Amerika Serikat ( AS) dan China turut dirasakan oleh Rusia.
Terlebih, baru-baru ini semakin meningkat tudingan yang dilemparkan Amerika Serikat ( AS) terhadap China.
Tanggapan Rusia tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, pada Jumat (9/7/2020) lalu.
Lavrov menyorot beberapa pihak berwenang AS telah menyerang pejabat China sampai tahap penyerangan terhadap pribadi.
Hal itu menurutnya sangat mengkhawatirkan.
Lavrov berharap dua negara adidaya tersebut dapat menemukan solusi atas permasalahan mereka melalui jalan diplomatik sebagaimana dilansir dari CGTN News, Sabtu (11/7/2020).
Selain mengomentari masalah AS-China, Lavrov juga membahas perjanjian mengenai pembatasan senjata antara Rusia dengan China.
Pakta pengendalian senjata antara Rusia dan AS diatur melalui New Strategic Arms Reduction Treaty ( New START).
Rusia dan AS menandatangani perjanjian New START pada 2010. Perjanjian tersebut berisi penetapan batasan jumlah berbagai macam senjata strategis yang dimiliki oleh kedua negara itu.
Perjanjian tersebut akan kedaluwarsa pada Februari 2021 dan dapat diperpanjang hingga 5 tahun ke depan dengan persetujuan bersama.
Dia mengatakan Rusia telah siap untuk setiap perkembangan. Jika AS menolak untuk memperbarui perjanjian tersebut, Rusia mungkin akan mengambil langkah lain.
"Kami tahu, dan kami sangat percaya bahwa kami dijamin untuk menjamin keamanan kami untuk jangka panjang bahkan tanpa adanya perjanjian ini," ujar Lavrov.
Jika pihak AS membuka ruang untuk memperpanjang perjanjian New START, fokus dialognya akan seputar pada pengontrolan senjata baru, dalam konteks semua faktor yang memengaruhi stabilitas strategis.
Menurut Lavrov, Rusia tidak memerlukan perpanjangan perjanjian tersebut melebihi AS
Lavrov menambahkan jika Amerika Serikat dengan tegas menolak untuk memperpanjangnya perjanjian New START, Rusia tidak akan membujuknya.
WHO Akhirnya Kirim Tim Ahli ke China, Siap Menyelidiki Asal-usul Pandemi Covid-19
China merupakan negara pertama yang melaporkan penemuan kasus virus Corona atau Covid-19.
Badan Kesehatan Dunia ( WHO) akhirnya berangkat ke China untuk menyelidiki asal usul pandemi ini.
Delegasi tim ahli WHO berangkat ke China pada Jumat (9/7/2020).
Wabah virus Corona ini diyakini pertama kali muncul di pasar grosir di pusat kota Wuhan, China, pada akhir tahun lalu.
Sementara, penyebarannya diyakini berasal dari antar-spesies hewan ke manusia.
Melansir Reuters pada Jumat (10/7/2020), dua pakar WHO, spesialis kesehatan hewan dan epidemiologi, pergi ke China untuk bekerja sama dengan para ilmuwan "Negeri Panda".
Juru bicara WHO Margaret Harris mengatakan, WHO dan para ilmuwan China secara bersama-sama akan menentukan ruang lingkup dan jadwal penyelidikan virus Corona.
"Mereka sudah berangkat, mereka adalah para ahli penelitian lapangan," kata Harris.
Pertemuan para perwakilan WHO ini akan melibatkan negosiasi dengan para ilmuwan China, termasuk akan membahas komposisi tim penilitian yang lebih lengkap.
"Salah satu masalah besar yang membuat semua orang tertarik, dan menjadi alasan kami mengirim ahli kesehatan hewan, adalah untuk mengetahui apakah virus Corona ditularkan melalui antar-spesies hewan ke manusia.
Dan spesies apa yang menjadi mediatornya," kata Harris.
Harris mengatakan bahwa virus Corona ada kesamaan dengan virus kelelawar, tapi masih perlu dipastikan lagi perbedaannya.
“Tetapi apakah ia melewati spesies perantara? Ini adalah pertanyaan yang kita semua harus jawab,” katanya.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo mengatakan, ada kemungkinan virus Corona berasal dari sebuah laboratorium di Wuhan.
Namun pihak pemerintah AS, tidak menunjukkan bukti untuk dugaannya.
Sementara itu, China telah dengan keras membantah dugaan pemerintah AS.
Para ilmuwan dan agen intelijen AS juga mengatakan virus Corona itu muncul secara alamiah.
"Jika ada kekeliruan (penelitian kasus virus Corona), dan kita mungkin tidak pernah tahu pasti, itu akan sangat sulit untuk mengungkapnya," kata seorang profesor di Georgetown Law di Washington DC, Lawrence Gostin.
Gostin mengatakan para peneliti mengahadapi tantangan besar dalam menyelidiki asal-usul virus Corona sebagai formula untuk menanggulangi pandeminya.
Sebab, sejak pasar Wuhan ditutup setelah ada indikasi virus baru yang sekarang dikenal dengan nama Covid-19, tidak ada catatan independen, evaluasi atau investigasi terhadap potensi zoonosis.
“Jadi, akan sangat sulit untuk merunut ke awal mula kemunculan virus dan menyatukan hasilnya,” katanya.
(*)
• Ramalan Zodiak Asmara Jumat 17 Juli 2020, Capricorn Tenangkan Pikiran, Virgo Kebingungan
• WASPADA! Flu Babi Afrika Mulai Mewabah, Ratusan Ekor Babi di NTT Mati, Keluar Cairan dari Dubur
• Lagi-lagi tentang China, Giliran Malaysia Protes: 89 Kali Kapal AL Tiongkok Masuk Perairan Kami
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Iran: Kebakaran Kapal Perang AS adalah Hukuman dari Tuhan".