Laporkan 13 Kluster Covid-19 Baru, Malaysia Pertimbangkan Kewajiban Pakai Masker

Pemerintah Malaysia dikabarkan tengah mempertimbangan kebijakan tentang mewajibkan penggunaan masker untuk masyarakat karena menumkan 13 kluster baru.

Washington Times
Muhyiddin Yassin - Kasus Covid-19 terus naik, Malaysia pertimbangkan kewajiban pakai masker. 

Dampak dari wabah virus Corona atau Covid-19, permintaan produk sarung tangan medis dan APD buatan perusahaan Top Glove dikabarkan meningkat.

Sementara itu, wabah virus Corona telah memukul Negeri Paman Sam lebih keras daripada negara lain diseluruh dunia.

Bedasarkan situs real time virus Corona, Worldometers.info, Jumat (17/7/2020) pagi, AS mencatat kasus infeksi virus Corona mencapai 3.695.025 kasus.

Dari angka itu, sebanyak 1.679.633 orang sudah sembuh dan 141.118 dinyatakan meninggal dunia.

Sementara itu, 16.452 orang dalam kondisi kritis.

Situs resmi Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan (CBP) AS menunjukkan perusahaan Top Glove dan TG Medical masuk dalam daftar “Withhold release order” (WRO) pada Rabu (15/7/2020).

Artinya, Bea dan Cukai AS menahan semua barang-barang impor dari perusahaan itu karena masalah-masalah kerja paksa.

Melansir dari Reuters, dalam pernyataan yang dikirim melalui email, Bea dan Cukai AS mengatakan bahwa melalui konsultasi antar-lembaga yang luas, mereka telah menemukan bukti praktik kerja paksa, termasuk ikatan hutang di antara praktik-praktik lain di unit Top Glove.

"WRO ini mengirimkan pesan yang jelas dan langsung kepada importir AS bahwa praktik perbudakan modern yang ilegal, tidak manusiawi, dan eksploitatif tidak akan ditoleransi dalam impor AS," kata pernyataan itu.

Bagaimana pun, Bea dan Cukai AS sadar akan kebutuhan kritis saat ini untuk sarung tangan medis sekali pakai dan akan terus mengizinkan masuknya sarung tangan yang diproduksi oleh semua produsen lain.

Diperkirakan bahwa pesanan terhadap entitas Top Glove di Malaysia tidak akan berdampak signifikan terhadap total impor AS dari jenis sarung tangan itu.

Selain di Malaysia, Perusahaan Top Glove juga memiliki pabrik di China dan Thailand.

"Kami menjangkau Bea dan Cukai AS melalui kantor kami di AS, pelanggan dan konsultan, untuk memahami masalah ini dengan lebih baik dan bekerja menuju penyelesaian masalah yang cepat, dalam perkiraan 2 minggu," katanya.

Dalam sebuah konferensi pers, bos Top Glove mengatakan bahwa pengiriman dari dua unitnya mewakili setengah dari penjualan AS, dan 12,5% dari penjualan grupnya.

Namun, kelompok itu mengatakan anak perusahaan lain masih bisa menjual ke AS dan bahwa negara-negara lain akan dengan mudah menyerap pengiriman yang dikembalikan.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved