BATAM TERKINI
Soal Resesi Singapura, Kadisperindag Sebut Tak Berimbas pada Ketersediaan Bahan Pokok di Batam
Menurut Gustian, menurunnya pertumbuhan ekonomi negara tetangga, kemungkinan berdampak lebih signifikan di bidang manufaktur.
Sepertinya pameo itu berlebihan karena resesi yang dialami Singapura hanya sementara.
Pembukaan kembali dunia usaha secara bertahap serta stimulus besar-besaran Perdana Menteri Lee Hsien Loong, hampir Rp 1.000 triliun atau sekitar 20 persen dari PDB negara itu.
Meskipun ekonomi Batam lebih lambat dibanding tahun sebelumnya, 4 persen lebih, namun Bank Indonesia memperkirakan masih positif sekitar 1,5-1,9 persen.
Hanya saja, pengamat ekonomi Unrika Batam, Dr Sri Langgeng Ratnasari SE, MM mengingatkan pemerintah agar pemerintah menggencarkan investasi masuk ke Batam dan mengurangi ketergantungan ekspor pada Singapura.
Sebab, salah satu sektor andalan Kota Batam, yakni pariwisata, mengalami kondisi yang sangat parah selama pandemi Covid-19 ini.
Meskipun ekonomi Singapura diperkirakan bergerak naik pada kuartal III dan IV, namun perjalanan wisata warga Singapura ke Kepri belum tentu dibuka dalam waktu dekat.
“Industri wisata harus mencari peluang untuk wisatawan lokal Kota Batam sendiri,” katanya kepada TRIBUNBATAM.id.
Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Provinsi Kepri, Buralimar mengakui, hantaman kebijakan Singapura sangat besar bagi Kepri karena sekitar 49 persen dari jumlah kunjungan wisman berasal dari Singapura.
Ia juga mengamini bahwa pelaku wisata harus membuka peluang bagi wisatawan lokal meskipun tarif yang dikenakan jauh lebih rendah.
“Kita harus perkuat potensi wisatawan dalam negeri dan tidak terlalu berharap dengan Singapura,” ujar Buralimar.
Jika terus menunggu Singapura untuk membuka pintu pelabuhan, maka akan banyak pelaku wisata yang mati suri. Buralimar yakin potensi wisatawan nusantara (wisnus) atau wisatawan lokal tak kalah menarik untuk dimaksimalkan untuk saat ini.
Seperti diketahui, Kementerian Perdagangan Singapura (MTI) sudah mengkonfirmasi bahwa negara itu mengalami resesi ekonomi pada tengah tahun 2020 ini akibat pandemi Covid-1.
Dalam istilah makroekonomi, resesi terjadi jika pendapatan domestik bruto (PDB) sebuah negara mengalami minus selama dua kuartal atau lebih secara berturut-turut.
Nah, Singapura –juga Indonesia– sedang mengalami hal itu. Pertumbuhan ekonomi negara itu mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut sejak awal tahun 2020.
Pada kuartal pertama, Januari-Maret,PDB Singapura minus 10,6% dibanding Kuartal IV 2019 (qtq), sedangkan jiga dibandingkan periode yang sama tahun 2019(YoY/year on year), minus 2,2%. Kuartal kedua, April-Juni, akibat kebijakan pemutusan sirkuit --semacam PSBB di Indonesia– ekonomi Singapura semakin terjun bebas. Minus 41,2% (qtq) dan YOY minus 12,6%.