VIRUS CORONA DI BATAM

Orang Tua Murid Keluhkan Belajar Mengajar Sistem Online, Berbagi Waktu Hingga Keluarkan Biaya Ekstra

Anak-anak cenderung kesulitan mengakses fitur-fitur daring penunjang belajar, seperti aplikasi Classroom dan Zoom meeting.

TribunBatam.id/Hening Sekar Utami
Orangtua murid SD Kartini, Vina Oktoraviana. Penerapan belajar dari rumah bagi pelajar di Kota Batam jadi tantangan tersendiri bagi orang tua. 

Editor: Septyan Mulia Rohman

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Kegiatan belajar mengajar yang masih diterapkan di rumah secara daring, dikeluhkan orang tua wali murid.

Mulai dari kesulitan menyediakan akses internet, hingga kebutuhan sekolah yang kian bertambah seperti pemenuhan gadget, dirasakan oleh para orangtua wali murid.

Hal ini yang dialami seorang wali murid SD Kartini, Vina Oktoraviani.

Bagi dirinya yang bekerja, kegiatan membimbing anak selama belajar daring di rumah sukar dilakukan.

Sebab, sebagian besar waktu ia habiskan di tempat kerjanya.

"Saya dan suami bekerja pagi sampai sore, anak-anak biasa dititipkan ke nenek mereka," ujar Vina, Minggu (26/7/2020).

Vina memiliki dua orang anak yang tengah mengenyam jenjang pendidikan Sekolah Dasar di salah satu sekolah swasta di Batam.

Kebijakan belajar di rumah turut diterapkan di sekolah Kartini tersebut.

Pada minggu pertama anak masuk sekolah, ia mengaku kewalahan karena harus bekerja sembari membimbing anak belajar dari kantornya.

Kedua anaknya yang masih kecil belum begitu paham dengan konsep belajar di rumah yang diterapkan oleh pemerintah.

Salah satu kendalanya adalah, kesulitan mengakses fitur-fitur daring penunjang belajar, seperti aplikasi Classroom dan Zoom meeting yang seharusnya disosialisasikan terlebih dulu.

Kepada Polisi, Pelaku Jambret di Tanjungpinang Nekat Berbuat Kriminal Untuk Bayar Cicilan Motor

Bertemu Satu Panggung, Rossa dan Yoyo Terlihat Canggung, Drummer Padi Goda Soal Transferan

"Pas minggu awal itu sempat kewalahan. Saya lagi di kantor, sebentar-sebentar anak menelepon nanya gimana caranya buka Zoom, gimana caranya pakai Classroom dan lain-lain," tutur Vina.

Demi menunjang aktivitas anak belajar di rumah, Vina pun terpaksa menyiapkan fasilitas dengan biaya yang tidak sedikit.

Ia harus menyediakan tablet bagi masing-masing anaknya, serta memasang Wi-fi di rumah.

Fasilitas itu mungkin saja bagi Vina serta suami yang sama-sama bekerja, masih bisa tersedia.

Namun Vina menyayangkan, apabila kebutuhan ini memberatkan para orang tua murid lainnya yang kurang mampu secara finansial.

"Kami pun terpaksa harus membelikan dua tablet untuk anak. Soalnya kalau tidak ada gadget, bagaimana mau belajar daring?" jelas Vina.

Oleh karena kendala dan biaya yang tidak sedikit untuk menyelenggarakan kegiatan belajar di rumah, Vina berharap kepada pemerintah dan pihak sekolah untuk meringankan sedikit beban para orangtua murid, terutama masalah biaya SPP.

Menurutnya, masih banyak sekolah swasta yang membebankan SPP normal kepada orangtua wali murid, meski situasi dan dampak Covid-19 masih terasa.

"Harapannya, kegiatan belajar mengajar ini bisa segera tatap muka. Karena menurut saya, lebih efektif. Tapi tentunya ya pakai protokol kesehatan yang ketat," tambah Vina.

Sebagai orang tua yang bekerja, Vina juga menilai kegiatan belajar mengajar tatap muka lebih efektif dan memudahkan.

Selain karena dirinya juga sibuk bekerja, sang anak, yang bernama Zahra, juga mengaku lebih mudah jika diajari oleh guru di sekolah.

Zahra mengatakan, pelajaran menjadi lebih sulit jika dilakukan secara daring.

"Belajar di rumah susah. Karena nggak ada yang ngajarin," jawab Zahra.

Pusing Dampingi Anaknya Belajar

Tidak hanya Vina, keluhan orang tua yang mendampingi anaknya belajar menggunakan sistem online juga dialami orang tua pelajar di Perumahan Anggara, Kelurahan Sagulung, Restina.

Dua minggu semenjak sekolah masuk, sesuai dengan kalender Pendidikan yang ada di Indonesia.

Ia cukup dibuat pusing dengan tugas tugas sekolah yang setiap dikirim oleh guru di sekolah.

Selain banyak yang tidak mengerti dengan bahan pelajaran yang diberikan kepada anaknya, orang tua tidak bisa melepas anak belajar sendiri, khususnya anak yang masih duduk di sekolah dasar.

"Gimana bilangnya ya, anak saya kebetulan belum bisa baca. Sementara dari sekolah minta agar anak diajari membaca. Tahulah anak kita sendiri sama orang tuanya. Kita ajarin malah banyak kali tingkahnya," kata Restiana.

Yang paling parahnya lagi kata Restiana, kalau anaknya dimarahi. Malah anaknya tidak mau belajar.

Dia juga mengatakan pembelajaran Daring ini sangat menyiksa orang tua.

"Mungkin saya masih enak, karena suami yang kerja, saya yang jaga anak. Kalau sempat kedua orang tua anak kerja bagaimana pula," ucapnya.

Warga Kaveling Kamboja Kelurahan Sei Pelenggut, Kecamatan Sagulung, Mutia ikut merasakan hal serupa.

Memiliki dua orang anak yang saat ini duduk di kelas VIII SMPN dan kelas XI SMA di Sagulung, hampir setiap hari ia disibukkan dnegan pelajaran kedua anaknya itu.

"Kalau anakku yang SMAN, masih enaklah. Kadang di pergi ke sekolah. Anak saya yang masih SMP ini, pelajarannya juga susah," sebutnya.

Dia mengatakan pelajaran yang dikirim sekolah setiap hari sangat banyak.

Jika tidak diawasi, ia khawatir anaknya bukan belajar dari ponsel, namun malah bermain game.

Dia juga mengaku stres mendampingi anaknya setiap hari. "Ini sudah dua minggu, memang stres juga nemanin mereka belajar. Kalau anak kita tidak tahu kita yang ditanya, sementara kita juga tidak tahu," keluhnya.

Dia berharap virus Corona cepat berlalu agar anak -anak bisa kembali belajar di sekolah.

"Semenjak anak belajar di rumah, memang orangtua sangat pusing. Pusing semuanya lah," ucap Mutia.(TribunBatam.id/Hening Sekar Utami/Ian Sitanggang)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved