Merapat ke Rusia, China Sebut Amerika Serikat 'Tak Tahu Diri' jadi Biang Kisruh di Negara Lain

Rusia dan terutama China, kini menanggap Amerika Serikat negara "tak tahu diri" karena melakukan berbagai serangan terhadap negara lain.

AFP
Presiden China, Xi Jinping dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. 

Editor: Danang Setiawan

TRIBUNBATAM.id - Ketegangan China vs AS yang terjadi akhir-akhir ini kembali menghangat.

Setelah aksi saling usir kantor konsulat di kedua negara, kini China menunjukkan hubungan diplomatik dengan Rusia.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan, Beijing dan Moskow akan bekerjasama dalam perang informasi.

Langkah ini dilakukan di tengah pertarungan ideologis antara China dengan Amerika Serikat yang semakin meningkat.

Presiden China, Xi Jinping dan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Presiden China, Xi Jinping dan Presiden Rusia, Vladimir Putin. (AFP)

South China Morning Post memberitakan, dalam kritik terselubung terhadap AS, Hua Chunying, yang juga menjabat sebagai direktur departemen pers kementerian, dan rekannya dari Rusia Maria Zakharova mengatakan negara-negara tertentu telah menyebarkan disinformasi karena bias ideologis dan kebutuhan politik.

Rusia dan terutama China, kini menanggap Amerika Serikat negara "tak tahu diri" karena melakukan berbagai serangan terhadap negara lain.

"Mereka telah mendistorsi sejarah, menyerang sistem sosial negara lain dan jalur pembangunan, mempolitisasi pandemi, menempelkan label pada virus dan membatasi dan menindas media asing karena melakukan pekerjaan mereka", kata kementerian luar negeri China dilansir South China Morning Post.

Pernyataan yang dibuat pada hari Jumat tersebut, muncul ketika konfrontasi antara China dan AS terus berkobar di berbagai bidang.

Mulai dari penanganan awal Beijing terhadap penyebaran virus corona, hingga pengenalan hukum keamanan nasional di Hong Kong.

Bahkan, dalam langkah yang belum pernah terjadi sejak dimulainya hubungan diplomatik resmi pada 1979, Beijing memerintahkan AS untuk menutup konsulatnya di Chengdu pada Jumat sebagai balasan atas keputusan Washington untuk menutup konsulatnya di Houston di mana pejabat AS menuduh konsulat Houston digunakan sebagai "pusat penelitian" pencurian oleh militer Tiongkok di AS.

Melansir Reuters, suasana tegang bahkan tampak pada Senin pagi, di mana para pejabat China mengambil alih gedung konsulat Chengdu setelah staf diplomatik AS meninggalkan gedung tersebut.

Konsulat Chengdu merupakan satu dari lima kantor konsulat di China daratan.

Langkah ini menimbulkan kecemasan bahwa ketegangan antara dua negara dengan perekonomian terbesar dunia tersebut mungkin terlalu dalam untuk diperbaiki.

Selama konferensi video pada hari Jumat, Hua dan Zakharova mengatakan negara-negara lain harus bergabung dengan upaya mereka untuk "menolak disinformasi".

"Negara-negara seharusnya tidak mengadopsi standar ganda, mencampuri urusan dalam negeri orang lain atau tuduhan tanpa dasar yang sama pada sistem politik negara lain, jalur pembangunan dan pemerintahan negara berdasarkan ideologi dan prasangka politik," kata mereka.

Saling menutup konsulat

Halaman
123
Sumber: TribunnewsWiki
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved