TRIBUN WIKI

Mengenal Kebaya Labuh, Pakaian Tradisional Kepulauan Riau, Dulu Dipakai Wanita Kerajaan

Provinsi Kepulauan Riau memiliki pakaian tradisional berupa Kebaya Labuh yang dikenakan oleh para wanita.

sejarahnegara.com
Kolase Kebaya Labuh, pakaian tradisional Kepulauan Riau. 

Editor: Widi Wahyuning Tyas

TRIBUNBATAM.id, BATAM - Setiap daerah umumnya memiliki pakaian tradisionalnya masing-masing.

Pakaian tradisional ini tak hanya menjadi ciri khas, namun juga mencerminkan identitas dari daerah itu sendiri.

Lebih dalam lagi, pakaian tradisional juga biasanya memiliki nilai dan filosofi tertentu.

Provinsi Kepulauan Riau memiliki pakaian tradisional berupa Kebaya Labuh yang dikenakan oleh para wanita.

Pakaian ini lazimnya dikenakan pada saat upacara adat maupun acara resmi masyarakat setempat.

Sekilas, kebaya labuh tak jauh berbeda dengan kebaya pada umumnya.

Hanya saja, ukuran kebaya ini lebih panjang dan menjuntai hingga ke lutut. 

Konsep busana ini sejenis dengan baju kurung yang sama-sama panjang.

Untuk desain dan ornamennya pun relatif sederhana.

Bagian depan kebaya ini berbentuk A dengan potongan yang mengerucut ke atas.

Bentuk potongan tersebut dipasangkan dengan kancing sebagai pengait yang umumnya hanya berjumlah 3 buah.

Paduan tersebut membuat bagian bawah kebaya labuh terlihat lebih terbuka dan melebar.

Sehingga, meskipun bentuknya memanjang ke bawah tetap memberikan kesan ramping pada tubuh pemakainya.

Kebaya ini biasanya dipakai bersama dengan kain songket sebagai bawahannya.

Untuk memperindah tampilan, perempuan Melayu juga sering memadupadankan dengan perhiasan emas, hingga aksesoris seperti tas dan kipas.

Sejarah

Kebaya labuh awalnya merupakan warisan kebudayaan yang berasal dari masa kejayaan Islam di Riau.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kebaya ini juga banyak digunakan oleh masyarakat Kepulauan Riau.

Dulu, kebaya yang biasa dikenakan saat upacara kebesaran Melayu ini hanya bisa dimiliki oleh kaum perempuan di lingkungan kerajaan.

Sebuah catatan dari Tiongkok menyebutkan bahwa pada abad ke 13, masyarakat Melayu, hanya menggunakan penutup tubuh bagian bawah.

Lama kelamaan, para wanita Melayu menggunakan penutup atas tubuhnya dengan melilitkan sarung di sekeliling dada.

Saat itu, celana model gunting Aceh juga sudah mulai banyak digunakan.

Model celana ini panjangnya hanya sedikit di bawah lutut.

Meski tak terlalu panjang, celana ini sudah menutupi aurat laki-laki, yakni lutut.

Semakin ramainya perdagangan di wilayah ini membawa pengaruh budaya asing dari pedagang China, India, dan Timur Tengah.

Masyarakat Melayu pun mulai mengadopsi Islam sebagai agamanya.

Hal ini secara otomatis juga mempengaruhi cara berpakaiannya, dimana dalam agama Islam terdapat kewajiban untuk menutup aurat.

Puncaknya yakni sekitar tahun 1400.

Pada saat itu, pakaian Melayu digambarkan dengan jelas dalam karya kesusasteraan Sejarah Melayu.

Saat itu, orang Melayu sudah mulai terbiasa memakai pakaian berbentuk baju kurung dengan model tunik.

Dulu, baju kurung digunakan oleh pria maupun wanita.

Namun, kini cenderung lebih sering digunakan oleh wanita.

(*/TRIBUNBATAM.id/Widi Wahyuning Tyas)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved