Tak Berhenti Berjuang, 30 Tahun Pencarian Akhirnya Wanita ini Menemukan Anak Lelakinya yang Hilang

Seorang ibu bernama Li Jingzhi menceritakan kisahnya selama 30 tahun dalam mencari sang anak, Mao Yin, yang diculik pada 1988 dan menjadi korban perd

Editor: Eko Setiawan
ABC
Pertemuan Mao Yin dan dua keluarganya, Senin (18/5/2020) 

Putranya adalah hal pertama yang dia pikirkan ketika bangun setiap pagi, dan di malam hari dia bermimpi anaknya menangis dan memanggil "Mama, mama!" - seperti dia meninggalkannya jika pergi bekerja.

Atas saran mantan teman sekelasnya yang merupakan seorang dokter, dia memeriksakan dirinya ke rumah sakit.

"Dokter mengatakan sesuatu yang berdampak besar pada saya. Dia mengatakan kepada saya: 'Saya bisa mengobatimu kalau Anda sakit fisik, namun jika itu penyakit hati, itu terserah Anda.'

Kata-katanya membuat saya berpikir sepanjang malam. Saya merasa tidak bisa terus seperti ini. Jika saya tidak mencoba mengendalikan emosi saya, saya mungkin bisa benar-benar gila. Jika saya gila, saya tidak akan bisa pergi keluar untuk mencari anak saya dan suatu hari jika anak saya kembali dan melihat ibu yang gila, itu akan sangat menyedihkan baginya, "kata Jinghzi.

Sejak saat itu dan seterusnya, dia berupaya untuk tidak marah-marah, dan memusatkan seluruh energinya untuk mencari anaknya.

Sementara itu, kakak perempuan Jingzhi mengemas semua pakaian dan mainan Jia Jia ke dalam sebuah kotak, karena melihatnya membuat Jingzhi sangat sedih.

Saat itu, Jingzhi menyadari banyak orang tua yang anak-anaknya hilang, tidak hanya di kota Xi'an tapi juga di kota-kota lain, dan dia mulai bekerjasama dengan mereka. Mereka membentuk jaringan yang menjangkau sebagian besar provinsi di China. Mereka saling mengirim tas besar berisi brosur-brosur dan menempelkannya di berbagai provinsi yang menjadi tanggungjawab mereka.

Jaringan tersebut juga menghasilkan lebih banyak petunjuk, meski sayangnya belum ada yang berhasil menemukan Jia Jia. Secara keseluruhan, Jingzhi mengunjungi 10 provinsi di China dalam pencarian putranya.

Sudah 19 tahun berlalu, sang anak belum ditemukan juga. Jingzhi mulai bekerja sebagai relawan untuk laman, Baby Come Home, yang membantu mempertemukan kembali keluarga dengan anak-anak mereka yang hilang.

"Saya tidak lagi merasa kesepian. Ada begitu banyak relawan yang membantu kami menemukan anak-anak kami - saya terharu," kata Jingzhi.

Ada manfaat lain juga: "Saya pikir meskipun anak saya tidak ditemukan, saya dapat membantu anak-anak lain kembali ke rumah mereka."

Kemudian pada tahun 2009, pemerintah China membuat database DNA, para pasangan yang kehilangan anak atau diduga diculik dapat mendaftarkan DNA mereka. Ini adalah sebuah langkah besar, dan telah membantu menyelesaikan ribuan kasus.

Sebagian besar anak-anak hilang yang yang diketahui Jingzhi adalah anak laki-laki. Pasangan yang membelinya tidak memiliki anak, atau memiliki anak perempuan tetapi tidak memiliki anak laki-laki, dan kebanyakan dari mereka berasal dari pedesaan.

Lewat laman Baby Come Home dan berbagai organisasi lain selama 20 tahun terakhir, Jingzhi sudah membantu menghubungkan 29 anak dengan orangtua mereka. Dia mengatakan sulit untuk menggambarkan perasaan yang dia alami ketika dia menyaksikan reuni antara para orangtua dan anak-anaknya.

"Saya bertanya pada diri sendiri: 'Mengapa ini bukan anak saya?' Namun ketika saya melihat para orangtua itu memeluk anak mereka, saya merasa bahagia. Saya juga merasa bahwa jika mereka bisa memiliki hari ini, saya pasti bisa memiliki hari ini juga. Saya memiliki harapan. Melihat anak mereka kembali kepada orangtuanya, saya berharap suatu hari anak saya akan kembali kepada saya, "kata Jingzhi.

Namun, ada saat-saat dia hampir kehilangan harapan.

"Setiap kali ada petunjuk namun tidak menghasilkan apapun, saya merasa sangat kecewa," katanya. "Tapi saya tidak ingin terus merasa kecewa. Jika saya terus merasa kecewa, sulit bagi saya untuk melanjutkan hidup. Jadi saya terus berharap."

Ibunya yang sudah lanjut usia juga mengingatkan untuk terus mencari putranya.

"Ibu saya meninggal pada tahun 2015 di usia 94 tahun, tapi sebelum meninggal dia masih sangat merindukan Jia Jia. Suatu kali ibu saya memberitahu, dia bermimpi Jia Jia kembali. 'Sudah hampir 30 tahun, dia harus kembali, kata ibunya kepada Jingzhi.

Ketika ibunya tak sadarkan diri sesaat sebelum kematiannya, Jingzhi menduga dia sedang memikirkan cucunya.

"Saya berbisik di telinga ibu saya: 'Bu, jangan khawatir, saya pasti akan menemukan Jia Jia,'. "Bukan hanya untuk memenuhi keinginan saya sendiri, saya ingin memenuhi keinginan ibu saya dan menemukan Jia Jia. Ibu saya meninggal dunia pada tahun 2015 pada tanggal 15 Januari, di kalender lunar - itu adalah hari ulang tahun Jia Jia. Saya merasa itu adalah cara Tuhan mengingatkan saya untuk tidak melupakan ibu yang melahirkan saya dan anak laki-laki yang saya lahirkan. Pada hari yang sama seseorang meninggal dan seseorang dilahirkan.

Kemudian pada 10 Mei tahun ini - Hari Ibu - dia mendapat telepon dari Biro Keamanan kota Xi'an dengan berita luar biasa: "Mao Yin telah ditemukan."

"Saya tidak berani untuk mempercayai kabar ini begitu saja," kata Jingzhi.

Pada bulan April, seseorang telah memberinya petunjuk tentang seorang pria yang diambil dari kota Xi'an beberapa tahun yang lalu. Orang itu memberikan foto anak laki-laki ini saat dewasa. Jingzhi memberikan foto itu kepada polisi, dan mereka menggunakan teknologi pengenalan wajah untuk mengidentifikasi dia sebagai seorang pria yang tinggal di Kota Chengdu, di provinsi Sichuan, yang jaraknya sekitar 700 kilometer.

Polisi kemudian meyakinkannya untuk melakukan tes DNA.

Pada 10 Mei hasilnya ternyata cocok.

Minggu berikutnya, polisi mengambil sampel darah untuk melakukan tes DNA baru dan tidak diragukan lagi hasilnya membuktikan bahwa mereka adalah ibu dan anak.

"Saat saya mendapatkan hasil DNA itulah saya benar-benar yakin bahwa putra saya benar-benar telah ditemukan," kata Jingzhi.

Setelah 32 tahun dan lebih dari 300 petunjuk palsu, pencarian akhirnya berakhir.

Senin 18 Mei dipilih sebagai hari pertemuan mereka. Jingzhi gugup.

Dia tidak yakin bagaimana perasaan putranya tentang dia. Dia sekarang sudah dewasa, menikah, dan menjalankan bisnis dekorasi interiornya sendiri.

"Sebelum bertemu, saya memiliki banyak kekhawatiran. Mungkin dia tidak akan mengenali saya, atau tidak menerima saya, dan mungkin di dalam hatinya dia telah melupakan saya. Saya sangat takut ketika nantinya memeluk anak saya, dia tidak akan balas memeluk. Saya merasa itu akan membuat saya merasa lebih sakit hati, bahwa anak yang saya cari, selama 32 tahun, tidak akan menerima cinta dan pelukan saya, "kata Jingzhi.

Karena sering tampil di televisi untuk membicarakan masalah kehilangan anak, kasusnya menjadi terkenal dan media-media pun heboh memberitakannya.

Di hari pertemuan mereka, stasiun televisi China Central Television (CCTV) menyiarkan siaran langsung yang memperlihatkan Jia Jia berjalan memasuki ruangan pertemuan di kantor Biro Keamanan Umum kota Xi'an, berteriak "Ibu!" saat dia berlari ke pelukannya. Ibu, anak, dan ayah semuanya menangis bersama.

"Persis seperti itulah dia dulu berlari ke arah saya ketika dia masih kecil," kata Jingzhi.

Belakangan Jingzhi mengetahui bahwa Jia Jia telah dijual kepada pasangan tanpa anak di provinsi Sichuan seharga 6.000 yuan satu tahun setelah dia diculik. Orang tua angkatnya mengganti namanya menjadi Gu Ningning dan membesarkannya sebagai anak tunggal mereka.

Dia bersekolah di sekolah dasar, sekolah menengah dan perguruan tinggi di kota Chengdu. Ironisnya, dia telah melihat Jingzhi di televisi beberapa tahun sebelumnya, dan mengira dia adalah orang yang ramah. Dia juga mengira foto putranya yang dia tunjukkan tampak seperti dia ketika dia masih kecil. Tapi dia tidak menghubunginya.

Adapun siapa yang memberi Jingzhi petunjuk tentang keberadaan putranya, orang itu lebih memilih untuk tidak disebutkan namanya.

Setelah pertemuan tersebut, Jia Jia menghabiskan waktunya selama sebulan di kota Xi'an, dia bergiliran tinggal bersama ibu dan ayah kandungnya.

Mereka menghabiskan waktu dengan melihat foto-foto lama, keduanya berharap akan membangkitkan kenangan Jia Jia tentang masa kecilnya sebelum dia menghilang.

Namun sayang, Jia Jia tidak mengingat apapun yang terjadi pada dirinya saat berumur dua tahun.

"Ini membuat saya hati saya terluka," kata Jingzhi.

"Dia juga ingin mencari foto-foto atau kenangan sewaktu dia masih bersama saya, namun hingga kini, dia masih belum menemukannya."

Jingzhi juga sadar mustahil baginya menghidupkan kenangan lama, ketika mereka kembali mengunjungi sebuah tempat yang indah di kota Xi'an.

"Hari itu kami naik gunung dan dalam perjalanan pulang saya berteriak, 'Jia Jia, biarkan Mama menggendongmu.' Tapi saya tidak bisa menggendongnya karena badannya terlalu besar.

"Saya pikir jika dia kembali lagi ke sisi saya, kami bisa memulai lagi dari awal seperti halnya ketika dia masih kecil, kita bisa mengisi kekosongan selama 32 tahun ini. Saya berkata kepada anak saya: 'Jia Jia, bisakah kamu menjadi anak kecil lagi seperti sebelumnya? Kita mulai kehidupan lagi. '"

Namun Jingzhi sadar semua ini tidak mungkin.

Jia Jia melanjutkan hidupnya tinggal di kota Chengdu, sementara Jingzhi tetap tinggal di kota Xi'an. Banyak orang menyarankan agar dia membujuk putranya untuk kembali ke kota Xi'an tinggal bersamanya.

Namun meski Jingzhi menginginkannya, dia tidak ingin membuat hidup putranya menjadi kian rumit.

"Dia sudah dewasa sekarang. Dia punya cara berpikirnya sendiri. Dia punya kehidupannya sendiri. Jia Jia sudah menikah dan punya keluarga sendiri. Jadi saya hanya bisa mendoakannya, dari kejauhan. Saya tahu dimana di mana anak saya. Saya tahu dia masih hidup. Itu sudah cukup. "

Mereka bisa saling berkomunikasi setiap hari di aplikasi media sosial China, WeChat.

"Kami memiliki kepribadian yang sama. Dia selalu memikirkan saya, begitupun saya," kata Jingzhi. "Setelah bertahun-tahun, dia masih sangat menyayangi saya. Rasanya kami tidak bisa dipisahkan. Kami sangat dekat."

Jia Jia memilih untuk tidak diwawancarai dan polisi tidak mengungkapkan informasi tentang orang tua angkatnya.

Mengenai siapa yang membawa pergi Jia Jia 32 tahun lalu dan bagaimana mereka melakukannya, Jingzhi mengatakan dia berharap polisi akan menyelesaikannya. Dia ingin melihat pelakunya dihukum karena membuatnya bersedih selama 32 dan mengubah hidupnya.

Kini mereka sibuk mengisi waktu dengan berfoto bersama.

Ibu dan anak ini tampak bahagia.

Jingzhi mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, berkat upaya pemerintah dan media China mempublikasikan masalah tersebut, jumlah kasus penculikan anak telah menurun.

Tetapi masih banyak keluarga yang mencari anak mereka yang hilang dan banyak anak yang sudah dewasa mencari orangtua kandung mereka. Dan ini berarti masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan Jingzhi.

"Saya akan terus membantu orang-orang itu menemukan anggota keluarga mereka," katanya.

Artikel ini telah tayang di BBC Indonesia dengan judul Kisah seorang ibu mencari anaknya yang diculik: 'Selama 32 tahun saya mencarinya dan akhirnya bertemu'

Sumber TribunWow Judul: Cerita Ibu Bertemu dengan Anaknya yang Diculik 32 Tahun Lalu: Rasanya Kami Tidak Bisa Dipisahkan

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved