Topan Bavi Melanda Korea Utara, Kim Jong Un Ungkap Hanya Menyebabkan Kerusakan Kecil
Topan Bavi menyerang Korea Selatan dan Korea Utara. Kim Jong Un menyebutkan Korea Utara "beruntung" hanya mengalami kerusakan yang tidak signifikan.
Editor: Putri Larasati Anggiawan
TRIBUNBATAM.id, PYONGYANG - Bencana alam berupa Topan Bavi menyerang Korea Selatan dan Korea Utara.
Topan Bavi diketahui telah menumbangkan pepohonan di jalan-jalan ibu kota Korea Utara
Namun Kim Jong Un menyebutkan Korea Utara "beruntung" hanya mengalami kerusakan yang tidak signifikan, pada Jumat (28/8/2020) kemarin.
Melansir media Perancis AFP, badai itu dikategorikan sebagai topan yang parah, telah menghantam semenanjung pekan ini dan menimbulkan kekhawatiran akan membawa malapetaka saat mendekati wilayah Utara.
Pepohonan tumbang di Pyongyang, termasuk di sepanjang Jalan Ilmuwan Mirae, salah satu pengembangan barang pameran milik Kim.
Media negara itu juga menunjukkan gedung di Sariwon ke arah selatan kehilangan beberapa jendela.
• Berlangsung Sejak Februari, AS Sebut Peretas Korea Utara Makin Sering Bobol Bank di Dunia
Namun, kantor berita resmi KCNA tidak menyebutkan adanya korban jiwa, hanya Kim Jong Un yang memberikan penilaian optimis setelah badai topan itu ketika dia memeriksa langsung ke wilayah pertanian di barat daya Pyongyang.
Kerusakan itu "lebih kecil dari yang diperkirakan", KCNA mengutip perkataan Kim, menambahkan dia "sangat khawatir" meski akhirnya dia anggap "beruntung".
Foto Kim dimuat di surat kabar Rodong Sinmun pada Jumat memegang tongkol jagung saat dia mendiskusikan situasinya dengan pejabat.
Ketika topan melanda pada Rabu malam hingga Kamis, televisi pemerintah menyiarkan liputan langsung tentang lintasan dan dampaknya, yang terkadang mengganggu program reguler dengan laporan cuaca dan peringatan, serta menayangkan rekaman kejadian dalam beberapa jam setelah difilmkan.
Penyiaran seperti itu sangat tidak biasa di Utara dan rupanya telah berlanjut semalaman seperti yang dikatakan pengamat sebagai langkah yang mungkin belum pernah terjadi sebelumnya. Siaran biasanya berakhir sebelum tengah malam.
Bencana alam cenderung berdampak lebih besar di Utara daripada di Selatan karena infrastrukturnya yang kerap berderit.
Utara juga rentan terhadap banjir karena banyak gunung dan perbukitan yang telah lama digunduli, memungkinkan air mengalir menuruni bukit tanpa terkendali.
Sementara para pekerja relawan bantuan internasional di negara itu saat ini tidak dapat melakukan perjalanan ke luar Pyongyang karena pembatasan yang diberlakukan pihak berwenang untuk berjaga-jaga terhadap wabah virus corona.
Sampai saat ini Korea Utara tidak mengonfirmasi adanya satu pun kasus infeksi virus corona. Meski begitu, 3 dari 4 pejabat Korut yang menemani Kim memakai masker sementara Kim tidak seperti yang ditunjukkan Harian Rodong Sinmun.
Amerika Serikat Sebut Korea Utara Menyimpan 60 Bom Nuklir, 2.500 Sampai 5.000 Ton Senjata Kimia
Korea Utara diyakini menyimpan 60 bom nuklir di negaranya.
Pernyataan ini dikeluarkan oleh militer Amerika Serikat ( AS) pada sebuah laporan.
Selama ini memang Korea Utara dikenal di mata dunia dengan kekuatan nuklirnya.
Selain senjata nuklir, negara yang menganut ideologi Juche itu juga disebut sebagai negara dengan senjata kimia terbanyak di dunia.
Dalam laporan bertajuk "North Korea Tactics", Korea Utara menyimpan bom nuklir sebanyak itu agar negara lain tak coba-coba mengusik rezim Kim Jong Un.
Dilansir The Sun Selasa (18/8/2020), Korut diketahui mengembangkan dan menguji coba senjata pemusnah massal mereka dalam beberapa tahun terakhir.
Total, negara tertutup itu sudah meluncurkan enam yes. Masing-masing satu di 2006, 2009, 2013, dua pada 2016, dan sisanya pada 2017.
Presiden AS Donald Trump bertemu Kim Jong Un sebanyak tiga kali pada 2018 dan 2019 untuk membahas denuklirisasi. Namun, belum ada progres memuaskan.
"Diyakini, Korut mempunyai 20-60 bom nuklir, dengan kemampuan memproduksi enam hulu ledak baru setiap tahun," demikian laporan militer AS.
Dalam laporan itu, disebutkan Pyongyang begitu gigih mengejar kapasitas senjata nuklir mereka agar tak ada yang melakukan pergantian rezim.
Berdasarkan pengamatan mereka, negara yang didirikan oleh Kim Il Sung tersebut diprediksi bakal mempunyai 100 hulu ledak nuklir pada akhir 2020.
Selain itu, Korea Utara juga diduga menyimpan setidaknya 2.500 sampai 5.000 ton senjata kimia. Menjadikannya pemilik terbanyak ketiga dunia.
"Sangat besar kemungkinannya pemerintah negara itu menggunakan senjata kimia jika konflik militer sampai terjadi," ulas laporan militer AS.
Washington juga menuding Korut mampu menyebarkan racun senjata kimia seperti antrax, karena satu kilo saja mampu membunuh 50.000 orang.
AS juga menduga negara tetangga Korea Selatan tersebut mengembangkan jaringan berisi 6.000 peretas, yang bisa meretas dana dari pihak lain.
"Korea Utara juga bisa melakukan aktivitas invasi komputer dari wilayah mereka sendiri," ujar militer dalam pengamatan mereka.
Laporan tersebut menyusul temuyan PBB bahwa Korut diyakini bisa mengembangkan peralatan nuklir yang muat ke dalam rudal balistik.
Dalam Satu Jam, Amerika Serikat Sebut Serangan Korea Utara Bisa Sebabkan 200 Ribu Korban Jiwa
Amerika Serikat ( AS) kembali angkat bicara terkait kekuatan militer Korea Utara.
Kali ini, Amerika Serikat menyebut jika serangan militer Korea Utara bisa menyebabkan lebih dari 200.000 korban hanya dalam waktu satu jam saja.
Hal tersebut disampaikan oleh RAND Corporation, lembaga penguji atau think tank asal Amerika Serikat.
Diwartakan oleh Yonhap, RAND Corporation melaporkan hasil pengujiannya pada Jumat, (7/8/2020) lalu.
Lembaga tersebut juga menjelaskan bahwa saat ini Korea Utara diprakirakan telah memiliki hampir 6.000 sistem artileri.
Sistem tersebut diprakirakan dapat menjangkau hampir seluruh bagian Korea Selatan yang padat penduduk.
Mengejutkan, angka yang dirilis oleh sang think tank belum termasuk dengan serangan senjata nuklir yang dimiliki oleh Korea Utara.
Bahkan jika Korea Utara menggunakan senjata kimia, angka jumlah prakiraan korban bisa menjadi lebih banyak.
Pengujian dilakukan dengan lima skenario serangan
Sebelumnya, RAND Corporation melakukan pengujian dari skenario lima jenis serangan yang mungkin dilakukan oleh Korea Utara.
Selain dari prakiraan jumlah sistem artileri yang dimiliki Korea Utara, think tank juga memperhitungkan berbagai faktor dalam pengujian.
Satu diantaranya adalah jumlah populasi daerah target potensial.
RAND Corporation kemudian melakukan perhitungan dari asumsi apakah penduduk di lokasi target sedang berada di dalam atau di luar ruangan.
Termasuk kemungkinan penduduk sedang berada di bangunan bawah tanah seperti stasiun kereta bawah tanah.
Dari faktor tersebut diketahui 5.700 artileri jarak jauh milik Korea Utara bisa menjangkau hingga Seoul dan Incheon.
Tak hanya itu, basis militer Angkatan Darat Amerika Serikat Camp Casey di Dongducheon juga akan terimbas.
Padahal jarak antara Seoul dengan Dongducheon adalah sejauh 60 kilometer.
Memiliki luas 10 kilometer persegi, Camp Casey disinggahi oleh ribuan personel militer AS.
Jika serangan benar dilakuakan oleh Korea Utara, maka 205.600 orang menajadi korban terdampak.
RAND Corporation juga menerangkan skenario serangan lainnya.
Skenario lain diantaranya serangan lima menit dengan target sekotor industri, dan satu menit di wilayah demiliterisasi atau perbatasan militer kedua negara (DMZ).
Think tank juga memiliki skenario serangan satu menit dan satu jam ke ibu kota negara Korea Selatan, Seoul.
Berdasarkan skenario tersebut, jumlah korban terendah adalah jika serangan satu menit dilakukan di DMZ.
Tantangan bagi Korea Selatan, Amerika Serikat dan aliansinya
Melalui laporan yang dirilis, lembaga think tank RAND Corporation mengatakan hasil pengujian mengarah pada Korea Selatan, Amerika Serikat dan aliansinya.
Terutama dalam meminimalisir konflik di Semenanjung Korea agar serangan militer dapat dihindari.
"Tujuan dari pengujian lima skenario tersebut adalah untuk menunjukkan tantangan terbesar yang akan dihadapi oleh Korea Selatan, Amerika Serikat dan sekutu mereka jika Korea Utara melakukan serangan dengan artileri konvensional yang mereka miliki," kata laporan itu sepert yang diwartakan oleh Yonhap.
"Jika Korea Utara menyatakan akan melakukan serangan, maka Korea Selatan. Amerika Serikat dan aliansinya harus menghentikannya sekaligus menghindari adanya eskalasi konflik," lanjut laporan RAND Corporation.
Dikatakan oleh RAND Corporation, pengujian ini menjadi catatan penting bagi semua aktor negara yang terkait dengan konflik di Semenanjung Korea.
Sehingga aksi provokasi bisa diturunkan dan dapat menghindari konflik yang mengarag pada serangan militer.
"Jika serangan militer terjadi, imbasnya akan sangat mahal dan berdarah," tegas RAND Corporation.
(*)
• Sosok Kim Pyong II, yang Disebut-sebut Akan Menggantikan Kim Jong Un Pimpun Korea Utara
• Bagi Kekuasaan di Korea Utara ke Kim Yo Jong, Kim Jong Un Dikabarkan Dalam Keadaan Koma
• Jika Bukan Karena Kepemimpinannya, Trump Sebut AS Bakal Perang dengan Korea Utara
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kim Jong Un: Topan Bavi Hanya Sebabkan Kerusakan Kecil di Korea Utara".