PILKADA BINTAN
Ini yang Bakal Ditempuh KPU Bintan Jika Hanya Satu Paslon Mendaftar di Pilkada Bintan
Apabila nanti terjadi hanya satu paslon yang maju melawan kotak kosong, suara sah yang harus dicapai sebesar 50+1 persen dari jumlah sah.
Penulis: Alfandi Simamora | Editor: Septyan Mulia Rohman
Rumah panggung berukuran sekitar 7 x 5 meter yang dibeli AWe, sapaannya itu tak berbeda jauh dari rumah warga di sekitarnya.
Tiangnya terbuat dari beton dan bagian atasnya seperti lantai dan dinding terbuat dari kayu yang sudah dimakan usia.
AWepun menegaskan, tak lama lagi dia akan berdomisili di Bintan.
Diketahui, Alias Wello dan Dalmasri Syam akan maju di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bintan sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bintan 2021-2024.
Untuk memudahkan pergerakannya menjangkau masyarakat yang membutuhkan pelayanan, AWe membeli sebuah rumah yang diberinya nama 'Rumah Perubahan'.
"Insya Allah, dalam waktu dekat, saya sudah berdomisili di Bintan. Saya sudah membeli 1 unit rumah panggung di Kampung Mentigi," ungkap AWe ketika dikonfirmasi Minggu (30/8/2020).
AWe mengaku tak risih tinggal di rumah yang jauh dari kata layak untuk ukuran seorang pejabat dan berbaur dengan masyarakat meski statusnya saat ini masih menjabat sebagai Bupati Lingga.
"Tak ada yang perlu dibangga-banggakan. Bupati itu juga manusia biasa. Seorang Alias Wello itu, ya begini orangnya. Juga terlahir dari orang tua dengan kondisi yang sangat terbatas," katanya.
AWe menceritakan masa kecilnya yang suram karena hanya mengandalkan penghasilan dari seorang bapak dengan status sebagai pekerja rendahan di PT. Timah yang beroperasi di Singkep, Kabupaten Lingga.
"Umur 13 tahun saya sudah ditinggal ibu dengan 5 orang adik yang masih kecil-kecil. Bapak saya buta huruf. Bayangkan, apa yang harus dibuat dalam kondisi seperti ini? Ya, saya jualan kue," katanya.
Sebagai anak tertua, tak jarang AWe berperan sebagai ibu untuk 5 orang adik-adiknya yang masih kecil. Setiap pagi sebelum pergi sekolah, AWe harus memastikan adik-adiknya sudah mandi dan memberinya sarapan.
"Ya, itulah sekilas kehidupan saya di masa kecil yang sangat membekas dan selalu menjadi spirit dalam setiap perjuangan saya menapaki kehidupan. Jadi, dalam kondisi dan status apapun, saya sudah terbiasa," kisahnya.
Sementara itu, untuk menuju rumah yang diberi nama oleh AWe sebagai "Rumah Perubahan" itu, pengunjung harus berjalan kaki di atas pelantar beton dan kayu sekitar 100 meter.
"Rumah itu saya beri nama Rumah Perubahan. Tak perlu mewah-mewah. Yang penting, ada tempat untuk istirahat dan mengikat speedboat," jelasnya.(TribunBatam.id/Alfandi Simamora)