Kabur Dari Negaranya, Ribuan Warga Korut Jadi Wanita Penghibur di China, Ada yang Masih 12 Tahun
Dalam hal politik kenegaraan, antara Kerea Utara dan Korea Selatan sempat terjadi perang dan permusuhan yang cukup panjang.
Cap tato Penyintas dari perdagangan manusia menyatakan, pelacur di Shanghai dicap dengan tato seperti singa dan kupu-kupu.
Lambang itu menunjukkan kepemilikan dan mencegah penculikan oleh para saingan.
Mereka bercerita tentang perempuan yang meninggal dunia karena menderita penyakit menular seksual dan mengalami penganiayaan.
Sementara perempuan yang diperbudak di markas cybersex biasanya berusia antara 12-29 tahun, namun ada juga yang lebih muda dari itu.
Sebuah siaran langsung yang menampilkan seorang gadis muda dapat ditarik tarif 110 dollar AS atau Rp 1,5 juta.
Para peneliti menyebutkan, banyak pelanggan tersebut berasal dari Korea Selatan.
Seorang perempuan bernama Choi menceritakan bagaimana dia dibawa ke sebuah apartemen dan terkejut melihat anak-anak perempuan.

"Ada tempat tidur di depan meja komputer dengan kamera.
Empat orang memperkosa saya," ucapnya.
Laporan itu juga menyebutkan, perempuan yang dipaksa menikah sebagian besar dijual di daerah pedesaan dengan harga 1.000-50.000 yuan.
Hingga kini, diperkirakan ada 50.000 hingga 200.000 warga Korut di China.
Yoon menilai, kebijakan China untuk menahan dan memulangkan warga Korut memaksa mereka hidup dalam bayang-bayang, hingga berisiko tinggi mengalami eksploitasi.
Beberapa pelaku perdagangan manusia telah ditangkap polisi.
Namun, masih ada yang menjadi korban penipuan oleh penyelundup yang menawarkan mereka pergi ke negara suaka.
Para peneliti menyatakan, beberapa jaringan perdagangan manusia menyebar ke Korut dengan kelompok yang menjelajahi pasar, desa, dan pusat transportasi untuk mengambil gadis-gadis yang terlihat miskin.