160 Juta Orang Terancam Masuk Jurang Kemiskinan, Asia Hadapi Resesi Pertama Kalinya dalam 60 Tahun
Bank Pembangunan Asia (ADB) mengatakan 45 negara di kawasan Asia mengalami kemerosotan ekonomi akibat pandemi covid-19
TRIBUNBATAM.id - Bank Pembangunan Asia (ADB) mengatakan 45 negara di kawasan Asia mengalami kemerosotan ekonomi akibat pandemi covid-19.
Pandemi Covid-19 telah menjerumuskan ekonomi berkembang di kawasan Asia ke dalam resesi.
"Sebagian besar ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik dapat memperkirakan jalur pertumbuhan yang sulit untuk sisa tahun 2020," kata kepala ekonom ADB Yasuyuki Sawada dalam sebuah pernyataan seperti yang dikutip BBC.
Prediksi ADB, ekonomi negara berkembang Asia akan menyusut 0,7% pada 2020.
Akan tetapi, kawasan regional diperkirakan akan pulih dengan kuat pada 2021, dengan mencatatkan pertumbuhan 6,8% tahun depan.
Pembaruan Prospek Pembangunan Asia yang dirilis ADB menunjukkan, sekitar tiga perempat dari ekonomi kawasan diperkirakan merosot tahun ini.
• Utang Indonesia Terus Bertambah di Tengah Pandemi Covid-19, Bagaimana Pemerintah Melunasinya?
• Bertambah 3.963, Total Covid-19 di Indonesia jadi 228.993, DKI Jakarta Catat 1.294 Kasus Baru
Ini merevisi proyeksi sebelumnya dari pertumbuhan 0,1% dalam produk domestik bruto (PDB) kawasan itu untuk tahun 2020.
Asia Selatan kemungkinan akan terkena dampak paling parah, sementara ekonomi China diramal melawan tren.
Ekonomi India diperkirakan akan berkontraksi 9% tahun ini, sementara pertumbuhan China diperkirakan 1,8%.
ADB memprediksi, Asia Tenggara akan melihat penurunan ekonomi sebesar 3,8%.
Ekonomi pulau yang bergantung pada pariwisata, khususnya, telah mengalami kontraksi ekonomi yang memilukan.
Ekonomi Fiji diperkirakan akan menyusut sebesar 19,5%, sementara Maladewa kemungkinan akan mengalami kontraksi 20,5%.
Kabar baiknya, wilayah tersebut diperkirakan akan pulih tahun depan, dengan pertumbuhan 6,8%.

Ekonomi China diperkirakan akan pulih 7,7% pada 2021, sementara India juga akan bangkit kembali dengan pertumbuhan 8% tahun depan, kata ADB.
Tetapi bank memperingatkan bahwa pemulihan dapat digagalkan oleh pandemi yang berkepanjangan dan tindakan penutupan yang lebih keras.