Sepak Terjang Pierre Tendean yang Jarang Diketahui, Pernah 'Nyamar' Jadi Turis Asing di Malaysia

Pierre Andries Tendean meninggal di usia muda pada peristiwa 1 Oktober 1965

KOMPAS.COM
Foto Ade Irma Suryani Nasution bersama Lettu Pierre Tendean di Museum DR. A.H Nasution, Jakarta, Selasa (26/9/2017)(KOMPAS.COM/Wienda Putri Novianty) 

TRIBUNBATAM.id - Pierre Andries Tendean, begitu nama bayi pasangan Aurelius Lammert (AL), yang berdarah asli Minahasa, Sulawesi Utara dan Maria Elizabeth (ME) Cornet, keturunan Prancis-Belanda tersebut.

Pierre Andries Tendean lahir  Selasa, 21 Februari 1939.

Hidupnya sebagai seorang prajurit cukup singkat, meninggal di usia muda dalam sebuah peristiwa berdarah di pagi buta jelang Subuh, 1 Oktober 1965.

Kelak peristiwa itu dikenal sebagai Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30 S PKI) 1956.

Walaupun begitu, Pierre Andreas Tendean tetap teguh pada tekadnya menjadi seorang prajurit TNI.

Ia masuk Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di Bandung pada 1958 dan lulus pada 1961.

Setelah lulus, Pierre Andreas Tendean berpangkat letnan dua.

Setahun bertugas di Meda, Pierre Tendean pun menjalani pendidikan intelijen di Bogor.

Usai mengenyam pendidikan intelijen Pierre Andreas Tendean menjadi seorang mata-mata.

Ia sempat ditugaskan melakukan penyusupan saat adanya konfrontasi Indonesia-Malaysia.

Berkat kerja keras dan kemampuannya, Pierre Andreas Tendean dipandang sebagai TNI yang unggul.

tribunnews
Diorama penculikan Pierre Tendean di museum Dr. A. H. Nasution, Jakarta Pusat, Selasa (26/9/2017) (KOMPAS.COM/Wienda Putri Novianty)

Dikutip tribunjambi.com dari Kompas.com, hal ini terbukti dari berebutnya tiga jenderal untuk menjadikan Pierre Tendean sebagai ajudan.

Mereka adalah Jenderal AH Nasution, Jenderal Hartawan, dan Jenderal Kadarsan.

Dari ketiga jenderal itu, Jenderal AH Nasution-lah yang mendapatkan sosok Pierre Andreas Tendean.

Hal ini disebabkan Jenderal AH Nasution disebut sangat menginginkan Pierre Tendean menjadi ajudannya.

Akhirnya, Pierre Andreas Tendean pun menggantikan ajudan sebelumnya, Kapten Manullang.

Kapten Manullang gugur saat bertugas di Kongo untuk menjaga perdamaian.

Sumber: Tribun Jambi
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved