Gegara Kluster 2 PT di Muka Kuning, Batam Catat Rekor Baru; 119 Kasus Positif COVID-19

Gugus Tugas Covid-19 Kota Batam, Selasa (22/9/2020), sudah bersurat ypenutupan sementara (temporary lockdown) kawasan industri modern tertua di Batam

Penulis: ronnye lodo laleng |

Hingga Selasa kemarin, dua perusahaan itu masih beraktifitas. PT Infineon yang berasal dari Jerman itu masih beroperasi.

Juru bicara perusahaan, Yulis, mengatakan, dari hasil rapid test massal yang diikuti dengan tes swab (PCR), tidak ada karyawan di tim produksi yang positif sehingga perusahaan beroperasi seperti biasa.

Sementara itu, dari pihak PT Philips, belum diperoleh konfirmasi terkait karyawannya yang terpapar.

Pantauan Tribun, di parkiran PT Infenion, puluhan sepeda motor milik karyawan terparkir rapi. Di halaman perusahaan juga terlihat tenda putih. 

Saat pergantian jam kerja, puluhan pekerja yang terlihat mengenakan masker medis, berseragam hijau tua dan jaket biru, terlihat berjalan beriringan keluar dari pabrik.

Seorang karyawan ketika ditanya Tribun mengaku tertekan oleh penularan virus yang terjadi di perusahaannya.

Namun karyawan yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan, penularan yang terjadi saat ini bukan di pabrik tempat ia bekerja. 

“Infineon itu ada empat pabrik. Di tempat saya tidak ada,” katanya.

Seluruh karyawan Infineon sudah menjalani rapid test dua hari lalu. Menurut dia, karyawan yang terkena virus hanya dari satu pabrik saja. “Tempat saya negatif senua,” katanya.

Kadinkes Didi mengatakan, rapid test massal tersebut wewenang penuh internal perusahaan. "Perusahaan melakukannya sendiri," ujar Didi yang mengaku tidak mengetahui perkembangan hasil rapid test tersebut. “Kita belum mendapat laporan.”

Kepala Dinas tenaga Kerja Rudi Syakyakirti mengatakan, kasus di dua pabrik itu memang dilema. Sebab, perusahaan memiliki target produksi yang harus mereka jalankan.

Sementara di sisi lain, virus juga tidak bisa dipandang enteng karena ribuan karyawan itu bekerja di ruangan tertutup selama delapan jam.

Bahkan, jika tidak bisa diputus, wabah tersebut bisa menular ke sejumlah karyawan perusahaan lainnya karena mereka umumnya tinggal berkelompok, di dormitori, rumah susun atau tempat kos di sekitar Mukakuning, Tanjungpiayu dan Batuaji.

Menurut Rudi, ada sejumlah opsi yang bisa dilakukan perusahaan. Jika tidak bisa di-lockdown seluruh pabrik, bisa di-lockdown sebagian. “Jika mereka pempunyai empat pabrik, dua pabrik dulu yang ditutup dan dua pabrik beroperasi,” katanya.

Namun yang penting, kata Rudi, seluruh karyawan harus di-rapid test atau tes swab. Selain itu, mendisiplinkan seluruh karyawan untuk menghindari kontak dengan orang lain saat di luar perusahaan.

“Kita tak perlu berdebat dari mana asal virus itu, dari dalam atau luar kawasan. Yang penting, saat ini, seluruh karyawan harus diwanti-wanti betul untuk menghindari kontak di luar pabrik,” katanya. (dna/hsu/yan)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved