China Longgarkan Aturan Masuk Negeranya, Terutama Bagi Pemegang Izin Tinggal Untuk Bekerja
China meringankan pembatasan masuknya beberapa orang asing ke negaranya. Orang asing yang memiliki izin tinggal untuk bekerja diperbolehkan masuk.
Aliansi ini dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
WHO mengatakan pada Senin (21/9/2020), negara adidaya China dan Amerika Serikat tidak ikut mendaftar.
Pemerintah Presiden AS Donald Trump telah mengamankan pasokan di masa depan melalui kesepakatan bilateral.
Memicu tuduhan perilaku egois yang merugikan negara-negara miskin.
China, tempat virus Corona bermula, juga tidak ada dalam daftar 64 negara kaya yang bergabung dengan rencana yang disebut COVAX itu.
COVAX memiliki rencana untuk mengirimkan 2 miliar dosis vaksin ke seluruh dunia pada akhir 2021.
Dengan memprioritaskan petugas kesehatan dan mereka yang rentan.
Tetapi pejabat aliansi mengatakan dialog dilanjutkan dengan Beijing.
Skema tersebut akan mencakup sekitar dua pertiga dari populasi dunia, menurut aliansi vaksin WHO dan GAVI, yang menerbitkan daftar penandatangan setelah batas waktu untuk komitmen yang mengikat berakhir pada hari Jumat.
Lusinan vaksin sedang dalam pengujian untuk virus Corona yang telah menginfeksi sekitar 31 juta orang di seluruh dunia dan membunuh hampir 1 juta, seperlima dari mereka di Amerika Serikat.
"COVAX akan memberikan kepada dunia portofolio kandidat vaksin terbesar dan paling beragam," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada sebuah pengarahan virtual.
"Ini bukan amal, ini untuk kepentingan terbaik setiap negara. Kita tenggelam atau berenang bersama. Ini bukan hanya hal yang benar untuk dilakukan, ini adalah hal yang cerdas untuk dilakukan," tambahnya.
Dengan beberapa negara kaya yang enggan menggunakan COVAX, rencana tersebut telah menyoroti tantangan untuk mendistribusikan vaksin secara adil di seluruh dunia kaya dan miskin.
Aliansi vaksin mengatakan pihaknya mengharapkan 38 negara kaya lainnya untuk bergabung dalam inisiatif dalam beberapa hari mendatang.
Dikatakan telah menerima komitmen sebesar US $ 1,4 miliar untuk penelitian dan pengembangan vaksin, tetapi US $ 700 juta-US $ 800 juta sangat dibutuhkan.