Terapkan Kebijakan yang Agresif, Xi Jinping Berhasil jadikan China sebagai Negara Adidaya

Dengan meningkatnya perlawanan di beberapa kawasan di Asia, Xi Jinping telah memperkuat pasukan militer dan meningkatkan anggaran belanja di sektor ..

(Instagram: @realxijinping)
Presiden China, Xi Jinping 

TRIBUNBATAM.id, NEW YORK - Presiden China, Xi Jinping berhasil menjadikan China sebagai negara adidaya dengan menerapkan kebijakan luar negeri yang agresif di Asia. 

Dari Laut China Selatan hingga Himalaya, China terlibat sengketa wilayah dengan berbagai negara, baik bilateral ataupun unilateral, dan sukses melipatgandakan kawasannya. 

Dengan meningkatnya perlawanan di beberapa kawasan di Asia, Xi Jinping telah memperkuat pasukan militer dan meningkatkan anggaran belanja di sektor pertahanan. 

Tahun lalu, China sempat bersitegang dengan India di wilayah Himalaya. 

"Kita perlu menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan negara, apapun risikonya", ujar Xi. 

China memasang sistem misil anti-kapal dan anti-pesawat di tiga titik di Laut China Selatan. Hal itu diungkap seorang sumber dari badan intelijen Amerika Serikat (AS). 

Pemasangan alat pertahanan militer itu menandai peluncuran sistem misil canggih milik China. Wilayah itu masih menuai sengketa dengan Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Taiwan. 

Sejauh ini, laporan tersebut tidak dapat diverifikasi. Namun, China tidak pernah menyatakan telah menerjunkan sistem misil ke Laut China Selatan

Mereka sebelumnya menggunakan pernyataan umum seperti pembangunan fasilitas militer untuk kepentingan pertahanan di wilayah yang dianggap sebagai kedaulatan mereka. 

Selama Debat Perdana Pilpres AS, Donald Trump Tercatat 73 Kali Menginterupsi Rivalnya, Biden

Kementerian Pertahanan (Kemhan) China tidak memberikan komentar mengenai laporan terbaru itu. Adapun Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China menyatakan memiliki kedaulatan di Kepulauan Spratly. 

Penerjunan sistem pertahanan militer semata-mata untuk keamanan dan tidak ditujukan menyasar negara tertentu. 

"Bagi mereka yang tidak berniat berlaku agresif tidak perlu khawatir atau takut", ujar Juru Bicara (Jubir) Kemlu China, Hua Chunying kepada awak media di Beijing, China. Kami berharap pihak terkait dapat melihat sistem militer ini secara objektif dan tenang,” sambung diplomat perempuan China itu sperti dikutip Associated Press. 

Pakar Laut China Selatan dari Washington Center for Strategic and International Studies think-tank, Greg Poling mengatakan, penerjunan misil di Laut China Selatan penting bagi China untuk mempertahankan kedaulatannya.

"Dan itu akan menjadi misil pertama di Spratly, baik darat ke udara atau anti-kapal", terang Poling. 

Poling menambahkan penerjunan sistem pertahanna militer seperti itu sudah diduga akan dilakukan China di Laut China Selatan mengingat China membangun fasilitas militer dalam beberapa tahun terakhir. 

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved