Wisata Halal Taiwan Berkembang Pesat, Punya Lembaga Mirip MUI dan Lantunan Azan Hal Wajar
Taiwan, negara kepulauan yang wilayahnya diklaim China saat ini ramah dengan pelancong Muslim dan mengembangkan wisatawan halal
Berkembangnya pariwisata halal di Taiwan secara pesat terjadi lantaran negara tersebut menciptakan kebijakan New Southbound Policy (NSP) dengan 18 negara.
Adapun negara-negara tersebut adalah Australia, Bangladesh, Bhutan, Brunei, Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Selandia Baru, Pakistan, Filipina, Singapura, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam.
Kebijakan memang lebih difokuskan untuk meningkatkan kerja sama Taiwan dengan negara lain, agar tidak bergantung pada daratan China.
• Teror Invasi CHINA Ancam TAIWAN, Gelar Latihan Perang Terbesar hingga Dekati Jepang dan Amerika
Namun, ternyata kerja sama itu juga memengaruhi pariwisata halal.
"Muslim di Taiwan hanya sekitar satu persen dari 23 juta penduduknya.
Justru yang menambah Muslim adalah migran.
Ada sekitar 300.000 migran Indonesia di sana," kata Rita.
Melihat adanya permintaan akan fasilitas dan layanan ramah Muslim dari sejumlah besar migran di Taiwan, termasuk dari Indonesia, negara tersebut mengembangkan pariwisata halal yang berfokus pada dua hal.
• Rekomendasi 4 Tempat Wisata Halal di Turki, Lihat Megahnya Bangunan Blue Mosque
Adapun, dua hal yang dimaksud adalah pemberian sertifikasi halal dan menciptakan lingkungan ramah Muslim.
"Di awal perkembangan pariwisata halal pada 2016–2017, wisatawan Muslim yang datang relatif sedikit.
Hanya dua persen.

Kebanyakan dari Malaysia, Singapura, Indonesia dan India," ujar Rita.
• Sekdaprov Minta ASN Tak Adakan Open House, Halal Bihalal dan Mudik Selama Pandemi Covid-19
Fenomena itu wajar terjadi lantaran konsep wisata halal masih cukup asing dan baru berkembang saat itu.
Ketersediaan restoran halal dan hotel yang menyediakan fasilitas alat ibadah, petunjuk kiblat, dan tempat wudhu pun sangat terbatas.
"Pada 2014–2018 mulai (wisata halal) meningkat sangat cepat.