Sosok Guru yang Dibunuh dengan Brutal karena Perlihatkan Kartun Nabi Muhammad

guru sejarah dan geografi bernama Samuel Paty (47) dibunuh dengan cara dipenggal pada Jumat (16/10/2020) setelah memperlihatkan kartun kontroversial

Mirror
Guru Tewas saat Berjalan Kaki, Pelaku Remaja 18 Tahun, Sempat Diancam, Ini Kronologinya. Guru sejarah dan geografi Samuel Paty 

TRIBUNBATAM.id - Seorang guru tewas dibunuh dengan cara sangat brutal di sebuah jalan di Perancis sebelumnya sempat diancam.

Melansir The Sun, guru sejarah dan geografi bernama Samuel Paty (47) dibunuh dengan cara dipenggal pada Jumat (16/10/2020) setelah memperlihatkan kartun kontroversial Nabi Muhammad kepada murid-muridnya.

Atas insiden tersebut, polisi menangkap 9 orang termasuk orang tua dari seorang murid di sekolah tempat Samuel Paty mengajar.

Pembunuhan itu juga terjadi ketika persidangan kasus serangan militan yang mengatasnamakan Islam pada tahun 2015 terhadap majalah satir Perancis, Charlie Hebdo karena menerbitkan kartun Nabi Muhammad.

Presiden Perancis, Emmanuel Macron mengatakan serangan itu memiliki semua ciri "serangan teroris Islam" dan guru bernama Paty telah dibunuh karena dia "mengajarkan kebebasan berekspresi".

Berbicara di tempat kejadian beberapa jam setelah peristiwa nahas itu terjadi, dia menekankan persatuan nasional.

"Mereka tidak akan menang, mereka tidak akan memecah belah kita," kata Macron.

Detik-detik serangan terjadi

Serangan itu terjadi sekitar pukul 17:00 waktu setempat di dekat College du Bois d'Aulne, tempat Paty mengajar, di kota Conflans-Sainte-Honorine, sekitar 30 km barat laut pusat kota Paris.

Ketika sedang berjalan, Samuel Paty diserang Abdullakh Anzorov yang memegang pisau dapur besar.

Abdullakh Anzorov itu menyerang Samuel Paty yang malang dan langsung memenggal kepala guru itu.

Abdullakh Anzorov kemudian ditembak mati oleh polisi, ketika dia kabur usai membunuh guru berusia 47 tahun itu dan menolak untuk ditahan.

Penyerang kemudian lari dari tempat kejadian tetapi dikejar oleh polisi setempat yang telah dipanggil oleh saksi.

Ketika petugas menemukan pelaku dan meneriakinya, Abdullakh Anzorov malah mengancam petugas.

Petugas polisi pun menembak Abdullakh Anzorov dan dia meninggal tak lama kemudian.

Setelah melakukan perbuatan brutalnya, foto guru yang tewas itu beredar di media sosial.

Penyelidik masih belum mengetahui apakah itu ulah si pelaku atau kaki tangannya.

Juru bicara Kedutaan Besar Rusia untuk Perancis, Sergei Parinov, kepada TASS dikutip AFP menyatakan bahwa Abdullakh Anzorov tak ada sangkut pautnya dengan negaranya.

"Kejahatan ini tak kaitannya dengan Rusia karena orang ini sudah hidup di Perancis selama 12 tahun terakhir," ungkap Parinov.

Dia menjelaskan bahwa remaja 18 tahun itu datang ke "Negeri Anggur" bersama keluarganya berumur enam tahun, di mana saat itu mereka mencari suaka.

Abdullakh Anzorov diketahui mendapatkan izin tinggal pada tahun ini.

"Dia sama sekali tidak menghubungi Kedutaan Rusia," lanjut Parinov.

Di Perancis, Abdullakh Anzorov tinggal di Normandy.

Kakek dan saudara laki-lakinya juga ikut ditangkap polisi.

Atas insiden nahas itu, semua guru di Perancis mengemukakan ketakutan mereka.

Karena takut dengan pembunuhan seperti itu.

Nilai-nilai nasional di Perancis seperti kebebasan, kesetaraan, persaudaraan dipandang sebagai tugas inti sistem pendidikan yang harus dilanjutkan.

Sempat diancam

Samuel Paty, korban yang berprofesi sebagai guru sejarah dan geografi tengah mengajar tentang kebebasan berekspresi di awal Oktober.

Samuel Paty dilaporkan telah menunjukkan kartun Nabi Muhammad saat berbicara tentang kasus Charlie Hebdo, dan dilaporkan telah menyarankan muridnya yang Muslim untuk meninggalkan ruangan jika mereka merasa akan tersinggung sebab materi itu.

Namun, ada satu siswa yang tinggal di kelas.

Siswa tersebut kemudian menceritakan pengajaran Samuel Paty kepada ayahnya, yang marah dan kemudian melayangkan keluhan ke sekolah.

Orangtua dari murid yang tidak disebutkan identitasnya itu menggalang kampanye daring menuntut Paty dipecat, dan meminta bertemu pemimpin sekolah.

Si ayah itu kemudian menjabarkan baik identitas Samuel Paty maupun alamat sekolah putrinya itu ke internet, dan bersikeras "ini harus dihentikan".

Salah seorang kolega mengungkapkan, Samuel Paty langsung mendapatkan ancaman mati beberapa hari setelah dia memberikan materi tersebut.

"Samuel sudah membuat marah orangtua murid karena menunjukkan karikatur itu dalam kelasnya, sehingga dia mendapatkan ancaman," ujar si kolega.

Berdasarkan keterangan jaksa anti-teror Jean-Francois Ricard, Abdullakh Anzorov diketahui sudah datang ke sekolah pada Jumat sore, dan bertanya di mana Samuel Paty.

Atas kematiannya, karangan bunga diletakkan di pintu masuk College du Bois d'Aulne pada hari Sabtu (17/10/2020).

Menunjukkan karikatur Nabi Muhammad

Akar masalah pembunuhan terhadap Paty dimulai sepuluh hari lalu, ketika dia menunjukkan karikatur itu sebagai bagian dari materi kebebasan berekspresi.

Saat itu, Paty memersilakan siswa Muslim yang tidak suka dengan pengajarannya untuk meninggalkan kelas.

Namun, ada satu siswa yang tinggal di kelas.

Siswa tersebut kemudian menceritakan pengajaran Paty kepada ayahnya, yang marah dan kemudian melayangkan keluhan ke sekolah.

Orangtua dari murid yang tidak disebutkan identitasnya itu menggalang kampanye daring menuntut Paty dipecat, dan meminta bertemu pemimpin sekolah.

 Si ayah itu kemudian menjabarkan baik identitas Paty maupun alamat sekolah putrinya itu ke internet, dan bersikeras "ini harus dihentikan".

Salah seorang kolega mengungkapkan, Paty langsung mendapatkan ancaman mati beberapa hari setelah dia memberikan materi tersebut.

"Samuel sudah membuat marah orangtua murid karena menunjukkan karikatur itu dalam kelasnya, sehingga dia mendapatkan ancaman," ujar si kolega.

Berdasarkan keterangan jaksa anti-teror Jean-Francois Ricard, Anzorov diketahui sudah datang ke sekolah pada Jumat sore, dan bertanya di mana Paty.

Begitu Paty tewas dipenggal dan Anzorov ditembak mati, polisi bergerak cepat dengan menahan sembilan orang yang dianggap bertanggung jawab.

Empat di antaranya dilaporkan merupakan kerabat Anzorov, kemudian salah satu dari lima orang tersisa adalah orangtua murid yang membeberkan identitas Paty.

"Pendengar yang baik"

Menteri Pendidikan Jean-Michel Blanquer mengutuk video yang diunggah oleh ayah murid, dengan menyebutnya sebagai "skandal terhebat".

"Setiap anak harus mendapatkan pemahaman bahwa mereka beruntung bisa bersekolah di Perancis dan hidup di negara demokrasi," kata dia.

Para orangtua murid maupun siswa sekolah tempat Samuel Paty mengajar pada Sabtu meletakkan bunga dan menunjukkan solidaritas.

Hugo, mantan muridnya mengungkapkan, Samuel Paty termasuk sosok yang hebat, sangat mendukung, serta seorang pendengar yang baik di kelas.

"Semua orang memberikan opininya ketika dia mengajar, dan itu sangat menyenangkan. Kini, dia telah tiada. Kami tak boleh menyerah," jelas murid anonim.

"Super menyenangkan"

Nordine Chaouadi, yang anaknya mendapatkan pengajaran dari Paty berujar, si guru tidak pernah memprovokasi saat menunjukkan karikatur Nabi Muhammad tersebut.

"Putra saya bahkan mengatakan dia adalah sosok yang super menyenangkan.

Dia tidak pernah membangun argumen yang sifatnya melecehkan," kata Chaouadi.

Para pelajar sekolah itu mengatakan merasa putus asa atas pembunuhan brutal yang dialami guru yang mereka sayangi. 

Pemerintah Perancis mengadakan penghormatan nasional untuk guru Paty, dan tagar #JeSuisSamuel (Saya Samuel) mulai menjadi tren di media sosial, menggemakan seruan #JeSuisCharlie untuk solidaritas setelah serangan terhadap Charlie Hebdo.

Perancis telah menyaksikan gelombang kekerasan Islam sejak serangan Januari 2015, yang menewaskan 12 orang termasuk kartunis terkenal.

Tiga minggu lalu, saat persidangan berlangsung, seorang pria menyerang dan melukai dua orang di luar bekas kantor majalah itu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Identitas Guru yang Dipenggal di Perancis Terungkap, Disukai oleh Muridnya"

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved