Prancis Tingkatkan Kewaspadaan di Tengah Aksi Protes Muslim, Emmanuel Macron Menolak Mundur
Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan pada Jumat (30/10/2020), lebih banyak serangan militan di negaranya kemungkinan besar terjadi.
Kepala jaksa anti-terorisme Prancis mengatakan pria yang diduga melakukan serangan Nice adalah seorang Tunisia yang lahir pada tahun 1999 yang telah tiba di Eropa pada 20 September di Lampedusa, merupakan titik pendaratan utama bagi para migran dari Afrika.
Sumber keamanan Tunisia dan sumber polisi Prancis menyebut tersangka sebagai Brahim Aouissaoui.
Sumber peradilan Prancis kemarin mengatakan bahwa seorang pria berusia 47 tahun telah ditahan pada Kamis malam karena dicurigai telah melakukan kontak dengan pelaku serangan itu.
Sementara itu, di Pakistan, polisi menembakkan gas air mata ke arah ribuan demonstran yang berbaris menuju Kedutaan Besar Prancis di Islamabad.
Puluhan ribu orang melakukan pawai serupa di seluruh Dhaka, meneriakkan "Boikot produk Prancis" dan membawa spanduk yang menyebut Macron "teroris terbesar di dunia".
Di distrik mayoritas Muslim di pusat keuangan India, Mumbai, sekitar 100 poster yang menunjukkan Macron dengan sepatu bot di wajahnya dan menyebutnya "setan" ditempel di trotoar dan jalan.
Protes juga digelar di Afghanistan, Lebanon, wilayah Palestina, dan Somalia.
Tetapi beberapa pemimpin menyatakan dukungan untuk Prancis.
"Itu hanya tindakan barbarisme yang paling tidak berperasaan dan pengecut dan kejam oleh teroris dan harus dikutuk dengan cara sekuat mungkin," kata Perdana Menteri Australia Scott Morrison.
Perdana Menteri India Narendra Modi juga menyuarakan dukungan untuk posisi Macron dan mengutuk kekerasan tersebut.
Kepala hak asasi manusia PBB Michelle Bachelet kemarin mengecam serangan "keji" di Prancis, tetapi mendesak para pemimpin politik untuk mengambil sikap keras terhadap "pidato kebencian".
Gara-gara Emmanuel Macron, MUI Serukan Boikot Produk Prancis
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan sikap dan mengimbau umat Islam Indonesia dan dunia untuk memboikot semua produk asal Prancis.
Boikot dilakukan sampai Presiden Emmanuel Macron meminta maaf kepada umat Islam mencabut ucapannya yang menghina dan melecehkan Nabi Muhammad SAW.
Hal itu berdasarkan rilis pernyataan dan imbauan MUI bernomor Kep-1823/DP-MUI/X/2020 ini yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal Anwar Abbas dan Wakil Ketua Umum Muhyiddin Junaidi, Jumat (30/10/2020).