TRIBUN WIKI
Asal-usul Nama Kampung Tua Tanjung Uma Batam, Ternyata Berasal dari Bahasa Ini
Ada 37 titik kampung tua yang tersebar di sejumlah wilayah Batam, salah satunya adalah kampung tua Tanjung Uma
Editor: Widi Wahyuning Tyas
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Tanjung Uma adalah salah satu dari banyak kampung tua di Kota Batam.
Ada 37 titik kampung tua yang tersebar di sejumlah wilayah Batam.
Kampung tua merupakan perkampungan yang disebut sudah ada ada sejak dulu, bahkan sebelum kota Batam berdiri.
Satu di antaranya Kampung Tua Tanjung Uma Batam.
Tanjung Uma termasuk dalam wilayah kecamatan Lubuk Baja, kota Batam.
Kampung ini terletak di pesisir pantai, pinggiran kota Batam.
Baca juga: Banjir di Tanjung Uma Batam, Warga Semalaman Tak Bisa Tidur

Oleh karena itu, sebagian besar mata pencaharian masyarakatnya adalah nelayan.
Namun, tak sedikit juga yang menggantungkan hidup sebagai pedagang, karyawan, hingga buruh pabrik.
Mayoritas masyarakatnya beragama Islam, sehingga untuk tempat ibadah berupa masjid dan mushola cukup banyak dijumpai di kampung ini.
Di kampung ini juga terdapat pasar tradisional sebagai pusat penggerak ekonomi bagi masyarakat.
Ada pula bangunan sekolah dasar negeri sebagai pusat pendidikan, dan sebuah puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan di sini.
Baca juga: Sampah Menumpuk di Tanjung Uma Minim Perhatian, Mulai Timbulkan Bau Tak Sedap
Sejarah

Dilansir situs resmi Disbud Kepri, nama Tanjung Uma sejatinya diambil dari frasa tempat kediaman atau tempat tinggal yang disederhanakan pengucapannya menjadi uma.
Di kawasan Tanjung tersebut, banyak dibangun rumah-rumah panggung bertiang kayu.
Karena posisi kampung ini berada diantara dua Tanjung yaitu Tanjung Pangkal Leppu dan Tanjung Kubur, maka orang tempatan atau warga asli kampung ini menamai kampungnya dengan tambahan kata Tanjung.
Pendapat lainnya adalah bahwa kata 'uma' berasal dari frasa rumah dalam bahasa Inggris yakni home.
Kata home diucapkan oleh masyarakat dulu sebagai (h) Ome dengan menghilangkan huruf h di bagian depannya.
Baca juga: Sampah Berserak hingga Badan Jalan Raya Tanjung Uma, Warga: Orang Naik Motor Langsung Lempar Sampah
Kata ome berubah menjadi ume, hingga akhirnya tempat ini dikenal menjadi tanjung ume atau tanjung uma.
Pada mulanya, kampung ini dihuni oleh orang-orang Melayu dan Bugis yang berasal dari keluarga raja Riau Lingga.
Sebagian besar masyarakatnya mengandalkan hidup dari melaut serta bercocok tanam, terutama tanaman kelapa.
Dulu, menjual hampir seluruh hasil tangkapan ke Singapura menggunakan sampan sederhana sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Tanjung Uma.
Biasanya, mereka berangkat saat pagi hari dan pulang saat sore hari.
Terdapat makam atau kuburan yang diperkirakan telah berusia ratusan tahun di kampung ini.
Makam tersebut terletak persis di area bukit ramai yang dikenal dengan sebutan Bukit Kubur.
Makam ini kerap diziarahi dan jadi tempat bagi warga untuk menggelar acara jejak tanah bagi bayi yang mulai belajar berjalan.
Selain itu terdapat juga makam yang berada di samping Masjid Baitussyakur.
Baca juga: KEBAKARAN DI BATAM - Tak Cuma Harta, Surat Berharga Milik Korban Kebakaran Tanjung Uma Juga Ludes
Hingga kini, tidak ada satu pun warga yang mengetahui pemilik makam tersebut.
Namun, berdasarkan cerita dari turun temurun, orang yang terkubur di situ adalah saudara Habib Nuh yang dimakamkan di sebuah kawasan bernama Tanjung Pagar di Singapura.
Versi lainnya mengatakan bahwa makam tersebut adalah makam Panglima Hitam yang gugur sewaktu berperang melawan Belanda. (TRIBUNBATAM.id/Widi Wahyuningtyas)