TRIBUN WIKI
Mengenal Baju Kurung Cekak Musang, Dikenakan Isdianto dan Ansar Ahmad saat Debat Pilkada Kepri 2020
Berdasarkan pengamatan Tribun Batam, tampak Isdianto dan Ansar Ahmad mengenakan baju kurung Cekak musang.
Editor: Widi Wahyuning Tyas
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Debat publik calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Riau kini tengah berlangsung, Jumat (20/11/2020).
Acara ini digelar di Radisson Golf & Convention Center, Batam.
Ketiga paslon berusaha menunjukkan penampilan terbaiknya dalam menyampaikan gagasannya untuk Kepri ke depan.
Selain materi debat, pemilihan busana juga menjadi satu poin yang diperhatikan.
Pasalnya, busana yang dikenakan juga menjadi penunjang penampilan.
Hadir ke venue acara, masing-masing paslon kompak mengenakan pakaian pilihannya.

Soerya-Iman dengan kemeja paduan vertikal warna merah putih, Isdianto-Soeryani dengan Baju Kurung Melayu berwarna keemasan, dan Ansar-Marlin tampil simpel dengan baju bernuansa putih.
Bicara soal baju kurung, masyarakat Melayu tentu tidak asing dengan model baju ini.
Baju Kurung Melayu sering digunakan dalam berbagai kesempatan, baik untuk sehari-hari, menghadiri acara penting, bahkan seragam sekolah pun menggunakan model baju kurung.
Lantas, bagaimana sejarah baju ini?
Baca juga: Video Hasil Debat Calon Gubernur Kepri, Soerya Respationo vs Isdianto vs Ansar Ahmad
Sejarah dan filosofi Baju Kurung Melayu

Menurut catatan sejarah, masyarakat Melayu, baik pria maupun wanita dulu hanya mengenakan penutup tubuh bagian bawah.
Lambat laun, gaya busana itu mulai berkembang.
Kaum wanita mulai melilitkan sarung di bagian dada untuk dijadikan kemben.
Para pria pun sudah mulai mengenakan celana panjang untuk sehari-hari.
Potongan celana itu menggunakan model 'Gunting Aceh' dengan panjang hanya sedikit di bawah lutut.
Seiring perkembangan zaman, pakaian masyarakat Melayu pun semakin berkembang.
Apalagi dengan adanya arus perdagangan Tiongkok, India, hingga Timur di wilayah Melayu.
Baca juga: Cantiknya Kebaya Labuh, Pakaian Tradisional Wanita Khas Kepulauan Riau, Ini Sejarahnya
Model pakaian para pedagang asing itu juga mulai diadopsi oleh masyarakat Melayu.
Baju Kurung umumnya lebih dikenal dengan Baju Melayu pada model pakaian pria.
Baju ini telah banyak digunakan pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad Shah (1424-1444).
Sultan Ketiga Kesultanan Melayu Malaka itu memerintahkan rakyatnya, terutama laki-laki untuk mengenakan baju yang rapi dan bersih saat pergi shalat jumat.
Dulu, baju Melayu dibuat agak pendek dan ketat seperti baju pesilat.
Namun, lama kelamaan dibuat sedikit lebih longgar seperti sekarang.
Bukan tanpa alasan, potongan maju model kurung yang sedikit memanjang menyerupai model tunik ini memiliki filosofi tersendiri.
Melansir situs Disbud Kepri, ketika seseorang memakai baju kurung, maka ia sudah terikat dengan perbagai macam aturan atau rambu-rambu yang seharusnya dipatuhi.
Baju Kurung mengandung makna bahwa orang yang memakainya dikurung oleh adat dan syariat Islam.
Maka, mereka yang mengenakan baju kurung hendaknya memelihara kehormatan dan menjaga aib.
Apabila memakai baju Melayu, duduk jangan membuat malu, tegak jangan mencari seteru, berjalan jangan mengharu biru, bercakap jangan lidah berbulu.
Baca juga: Debat Pilkada Kepri, Soerya-Iman Dapat Kesempatan Pertama, Ini Visi Misi Mereka
Baju Kurung Melayu Cekak Musang

Berdasarkan pengamatan Tribun Batam, tampak calon Gubernur nomor urut 2 dan 3 mengenakan baju kurung Cekak musang.
Isdianto tampil dengan baju kurung keemasan dengan kain songket berwana senada.
Baju panjang itu tampak berkilau karena menggunakan bahan satin.
Sedang Ansar Ahmad tampil elegan dengan baju kurung Melayu berwarna putih.
Simpel dengan paduan kain songket kuning.
Baju kurung Cekak Musang berasal dari Telung Belanga, Singapura.
Awalnya, jenis baju ini bernama 'baju Wan'.
Nama itu diambil dari nama seorang penduduk Teluk Belanga, yakni Haji Wan Othman.
Menurut catatan sejarah, dia pernah mengenakan baju kurung jenis cekak musang untuk menghadap raja.
Baju itu sangat indah dengan kancing yang terbuat dari emas dan permata.
Tak pelak, sang Raja terpesona dengan baju yang dikenakan oleh Wan Othman.
Baca juga: Debat Pilkada Kepri Angkat Persoalan Status Lahan di Batam, Soerya Sebut Faktor Penghambat Investasi
Sejak saat itulah baju itu menjadi primadona dan banyak dikenakan oleh anak-anak raja dan pemuka istana.
Baju Kurung Cekak Musang memiliki model leher yang tegak.
Pada belahan depan baju ini dilengkapi dengan tiga, lima, tujuh, hingga sembilan anak kancing.
Kata cekak musang menggambarkan leher baju yang memiliki model cekak dan tinggi dengan panjang 2,5 cm yang melingkari bagian leher.
Bentuk potongan leher ini dipengaruhi oleh budaya India dan Timur Tengah.
Baju ini lebih cocok digunakan untuk acara resmi.
Cara pakainya pun dimasukkan ke dalam kain samping untuk menutupi bagian bawah baju.
Pemakaian seperti itu memberikan kesan formal pada si pemakai.
(TRIBUNBATAM.id/Widi Wahyuning Tyas)
Baca berita lainnya di Google.