HARI IBU
Kumpulan Puisi Menyentuh untuk Ibu saat Peringatan Hari Ibu 22 Desember 2020
Puisi menyentuh untuk ibu merupakan salah satu cara untuk memperingati Hari Ibu 2020 pada 22 Desember nanti.
Saat usiaku lebih muda dari kini
Ku tak pernah benar-benar paham
Atas semua yang kau katakan
Ku juga tak begitu menyadari
Berapa banyak pengorbananmu
Kau ajariku banyak hal
Dan menjadikanku seperti ini
Tapi aku selalu sadar
Sejak sedari awal
Bahwa cintamu untukku tak terbatas
Dari segenap hatimu tentu
Di keistimewaan hari
Ku hanya ingin yakinkan
Betapa ku menghargai semua yang kau beri
Aku sayang padamu, Ibu
Di atas ranjang tidurku, kau seorang pengasih
Di dapur kau adalah juru masak terhebat
Terhadap anak-anakmu, kau laksana dokter
kapan gerangan ibu, engkau beristirahat?
Di lapangan, kau adalah pelatihku
di kolam renang, kau pelindungku
Di taman bermain, kau penjagaku
Apakah ada yang tidak bisa kau lakukan, Ibu?
Aku memang tak pernah tahu
Akan semua pekerjaan yang kau kerahkan
tapi dari sekian banyak yang kau punya
Izinkan ku berikan cinta terbaikku
Terima kasih atas semua pengorbananmu, Ibu
Kerja keras di tiap harimu
Menjaga dan merawatku
Tak akan lekang oleh waktu
Berikut kumpulan puisi Hari Ibu, dikutip dari katamutiara.org
1. Puisi Ibu yang Menyentuh Hati
Sembilan bulan, anakku tersayang kukandung
Ke mana pun aku pergi, ia selalu kubawa
Meski lelah, aku tidak kan pernah mengeluh
Bayi yang kukandung adalah buah hati kami.
Oh, anakku, kutunggu engkau tiba di bumi
Terlahir dari rahim seorang ibu yang menanti bertahun-tahun.
Ya, anakku, akan memberikan kami kebahagiaan lahir-batin.
Hatiku yang kosong akan penuh kembali.
Meski aku payah bekerja sementara engkau tumbuh semakin besar
Aku tidak akan pernah menghitung beban di perutku.
Ia, anakku, buah hati kami, adalah matahari yang menerangkan hidup
Ia menjadi bulan yang menerangkan gelap gulita malam.
Jika anakku terlahir, ia akan kutimbang-timbang saban pagi
Di siang aku kutemani tidur, dan di malam akan kuceritakan dongeng.
Tapi aku kan sedih jika anakku tumbuh semakin besar.
Kuharap ia tak kan lupa pada bundanya yang mengandung
dan mencitainya sepenuh hati. Kuharap jika ia sudah besar nanti
ia akan selalu ingat jalan pulang, jalan kerinduan bundanya.
2. Puisi Ibu yang sudah Meninggal
Bunda, ketika engkau sudah tiada, aku merasa sendiri di dunia ini.
Meski banyak orang yang aku kenal, tapi hatiku tetap merasa kosong.
Ibu, anak lanangmu ini merindukan suaramu.
Engkau adalah perempuan pertama yang kukenal ketika aku melihat dunia.
Engkau adalah perempuan pertama yang mencintaiku segenap jiwa.
Demi waktu, aku merasa rugi tidak bisa membahagiakanmu
Aku belum memberangkatkan engkau ke tanah suci,
Padahal engkau begitu merindukan tanah suci itu.
Oo, ibuku, bundaku, perempuan terkasihku, aku mohon maaf
Jika selama ini telah banyak berbuat dosa kepadamu.
Aku ingin sekali bersimpuh di kakimu,
Aku ingin sekali mencium keningmu,
Aku ingin sekali mengucapkan kata-kata rindu.
Meski kini engkau sudah tiada, tapi aku yakin
Bahwa engkau terus mencintaiku, menyayangiku selamanya.
3. Contoh Puisi Ibu Aku Rindu
Ibu, kerinduanku sebesar gunung
Sudah bertahun-tahun aku tak menemuimu.
Rasanya seperti berabad-abad tak berjumpa denganmu.
Maafkan, anakmu ini masih merantau jauh, ke belantara kota.
Bunda, belantara kota tidak ramah seperti di desa.
Di sini aku mengabdi pada waktu dan tenaga.
Hampir tidak ada waktu untuk bersenda gurau
Sebagaimana dulu kita masih hidup satu atap.
Aku rindu suaramu, bunda. Aku rindu belaian tanganmu
Mengusap dahiku yang payah.Aku rindu masakanmu ibu
Meski sederhana, tapi sudah cukup
Menghilangkan lapar tubuh dan jiwaku.
Bunda, aku tuliskan sajak ini untuk mengenangmu
Untuk mengingatmu di kala aku bosan
Pada ketidakramahan kota.
Bunda, ingin sekali kutemui dirimu
Kubacakan sajak-sajakku untukmu.
Kuharap engkau di desa masih tetap sehat
Dan selalu menunggu anakmu ini.
4. Puisi Ibu untuk Anak Merantau
Bunda, aku telah merantau jauh, jauh sekali
Ke dunia yang tidak pernah engkau lihat.
Di sini setiap akhir tahun ada musim dingin.
Ada salju yang turun bagai kapas.
Engkau pasti menyangka itu adalah pohon kapuk
Yang berguguran.
Bundaku tersayang, dari tanah rantau ini akun ingin bercerita
Bagaimana kerinduanku untuk pulang ke tanah leluhur.
Aku rindu rumah, aku rindu masakan ibu,
Aku rindu bermain dengan adik,
Dan mendengar nasihat ayah.
Aku ingin sekali salat di surau
Mendengar gemericik air di sungai.
Mendengar suara anak-anak bermain
Yang menyejukkan hati.
Di negara asing ini, aku merasa sendiri
Meski banyak orang lalu lalang
Tapi aku tetap merasa duniaku tidak di sini.
Bunda, aku ingin sekali membawamu ke sini
Mengenalkan dunia yang belum pernah
Engkau liat seumur hidupmu.
Tapi apa daya, aku di sini harus bertarung
Dengan waktu dan tenaga.
Aku belum bisa membawamu ke tanah rantau ini.
Tapi suatu ketika, aku ingin sekali mengajakmu
Jalan-jalan ke tepi sungai Rheine
Sambil bersantai, menyeruput kopi,
Dan mengenangkan tanah leluhur.
5. Puisi Ibu Bertema Pengalaman
Aku akan selalu belajar kepadamu, Bunda.
Belajar apa pun. Karena pengalamanmu
Adalah pengalaman yang tak bisa dijelaskan
Dengan makna dan pengertian.
Pengalamanmu tak terukur jarak tahun cahaya
Karena dengan itu aku selalu takzim kepadamu.
Jadikanlah anakmu ini seorang yang pandai
Dalam memilih dan memilah segala hal.
Jadikanlah anakmu ini seorang piawai
Menentukan arah dan tujuan.
Itulah kenapa engkau adalah pengalaman
Yang terbentang bagai kaki langit
Yang terjuntai, menggapai pagi.
Ya, engkau adalah pagi pertama
Engkau adalah hujan pertama
Engkau adalah seorang bijak
Yang datang untukku, Bunda.
9. Puisi Ibu Single Parent
Bundaku, tidak terbayang betapa beratnya kehidupan
Meski ayah sudah lama tak ada, engkau tetap berjuang.
Berjuang melawan nasib dan takdir.
Engkau sekolahkan anak-anakmu hingga lulus.
Engkau bekerja tak kenal lelah.
Itu semua engkau lakukan demi kesejahteraan anakmu.
Meski kadang kulihat engkau kepayahan
Tetapi di depan anak-anakmu engkau begitu tegar.
Bagai pohon tinggi yang diterpa angin kencang
Engkau tetap tegak dan berdiri di atas kakimu.
Bunda, engkau adalah sumber inspirasi kami
Engkau adalah mutiara bagi hari depan kami.
Kadang aku merindukan saat-saat kita semua
Berkumpul bersama ayah di ruang tamu.
Aku merindukan saat-saat kita bercanda
Di akhir pekan yang menyenangkan.
Tapi seperti pesanmu kepadaku
Bahwa kita harus terus berjalan
Jangan pernah patah semangat.
Harus tetap tegas dengan apa pun kondisinya.
Itulah hakikat manusia
Jangan pernah goyah oleh keadaan.
Kita harus bersumpah pada diri kita
Bahwa kehidupan esok kelak lebih baik
Dari kehidupan yang sekarang.
Akan terus kuingat pesanmu itu, Bunda.
Anakmu yang tidak punya pegangan
Akan berlajar bagaimana tidak berpangku tangan.
Terima kasih Bunda atas segala kebaikan
Dan ketulusan cintamu kepadaku.