HUMAN INTEREST

Kisah Hasan Asal Buton Mengadu Nasib di Batam, Pernah Jadi Tukang Parkir Kini Pemulung

Hasan bilang, sebenarnya pekerjaan sebagai tukang parkir di Batam enak. Namun karena suatu hal, ia beralih jadi pemulung

Editor: Dewi Haryati
tribunbatam.id/Muhammad Ilham
Hasan seorang pemulung di Batam, sedang mengemas barang-barangnya untuk dibawa ke penampung menggunakan motor butut, Kamis (17/12/2020). Hasan merupakan perantau asal Buton 

Dari tukang parkir, ia terpaksa kerja sebagai pemulung. Alasannya karena mencari pekerjaan di Batam sangat sulit, sehingga ia terpaksa menjadi pemulung di TPS.

"Susah nyari kerja di Batam, bang. Kalau tak ada orang dalam mana diterima sama perusahaan," kata Hasan.

Akhirnya iapun memilih pekerjaan itu,

"Sebenarnya apa pun pekerjaannya tak masalah bagi saya. Yyang penting halal dimakan sama anak istri saya," imbuhnya

Hasan memiliki seorang istri dan tiga anak. Istrinya hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan anak-anaknya ada yang masih bayi dan sekolah.

Anak pertamanya kini hendak masuk sekolah di salah satu SMP yang ada di kawasan rumahnya di RCTI Tanjung Sengkuang Batam.

"Sebenarnya anak saya itu sekarang masih belum sekolah, karena tahun kemarin dia baru tamat SD. Cuma pas mau lanjut ke SMP duit saya kurang jadi dia nganggur dul. Mudah-mudahan bulan 6 nanti ini saya sudah ada duit, jadi dia sudah bisa sekolah di SMP dekat rumah," katanya.

Sementara anaknya yang nomor 2 masih duduk di bangku SD kelas 2, sedangkan si bungsu belum sekolah.

Untuk menghidupi istri dan tiga anaknya, Hasan rela menjadi seorang pemulung di TPS Bengkong.

Hasil yang ia dapat dalam satu hari sangatlah kecil, jika melihat tanggungannya.

"Biasanya dapat Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu," ujarnya.

Meskipun demikian, Hasan merasa cukup untuk menghidupi keluarganya.

"Alhamdulillah, meskipun hasil tidak seberapa, yang penting cukup untuk makan anak beranak," ujarnya kembali.

Dari hasil memulung itu, jika banyak ia jual ke PT namun jika sedikit dijual ke penampung yang ada.

Upah sampah yang dikumpulkannya bervariasi. Untuk sampah plastik, ia diupah Rp 2 ribu per kilogram, kardus Rp 1700 per kilogram, kaleng susu Rp 1000 per kilogram, almunium seperti kaleng minuman Rp 14 ribu per kilogram, besi Rp 2 ribu sampai 3 ribu per kilogram dan tembaga Rp 70 ribu per kilogramnya.

(Tribunbatam.id/Muhammad Ilham)

Baca juga berita Tribun Batam lainnya di Google

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved