LINGGA TERKINI
Yuk Simak Tahapan Pernikahan Adat Melayu di Lingga, Mulai Tari Inai Sampai Silat Pengantin
Berikut tahapan pernikahan adat Melayu di Lingga, tepatnya di Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat.
Penulis: Febriyuanda | Editor: Septyan Mulia Rohman
LINGGA, TRIBUNBATAM.id - Yuk Simak tahapan pernikahan adat Melayu di Lingga, Mulai dari Tari Inai sampai Silat Pengantin.
Warga Desa Sungai Buluh, Kecamatan Singkep Barat, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepri punya cara sendiri dalam melestarikan budaya Melayu, khususnya mengenai adat istiadat dalam pernikahan.
Angka pernikahan yang cenderung meningkat pada akhir tahun, mereka manfaatkan untuk melestarikan budaya Melayu itu, agar tak mati dimakan zaman.
Melalui Sanggar Seni Diram Perkase, Desa Sungai Buluh memanfaatkan momen perkawinan tersebut dengan cara melestarikan adat istiadat nikah kawin.
Pelestarian tersebut dengan dilakukannya Budaya tari inai dan tepuk tepung tawar pada malam bertepuk dan juga silat pengantin pada acara khataman Quran pada paginya. Berikut tahapannya:
1. Tari Inai
Tari inai merupakan serangkaian acara yang dilaksanakan pada malam bertepuk, yang biasanya dilakukan seusai acara akad nikah/ijab kabul.
Tari inai sendiripun telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 2017.
Tari inai biasanya dilangsungkan pada malam hari, atau keesokan harinya jika teri inai tidak dilakukan pada malamnya.
Namun, seiring berjalannya waktu tari inai hanya dilakukan pada malam saja.
Bagi masyarakat Melayu Kabupaten Lingga, tari Inai bukan hanya hiburan bagi pasangan pengantin, namun merupakan tradisi secara turun temurun, dan acara khusus yang harus dilaksanakan dalam rangkaian Berinai Besar dan Tepung Tawar.
Tari inai sendiri diiringi dengan dua buah gendang dan gong, dan bisa ditambahkan serunai sebagai pembawa melodi. Untuk penarinya sendiri memakai pakai melayu lengkap, dengan properti lilin yang dibalut dengan inai.

Untuk Tari Inai dari Sanggar Seni Diram Perkase sendiri, dilatih langsung oleh Zainudin (61), yang kerap disapa Pak Long Awang sekira sejak 2007, sebelum Sanggar Seni Diram Perkase sendiri terbentuk.
Selain melatih tari inai, Awang juga melatih cara memukul gendang dan juga melatih silat pengantin, terkhususnya pada anak-anak.
Awang menilai bahwa untuk tari inai sendiri lebih bagus dilakukan oleh anak-anak, karena akan membuat acara tepuk tepung tawar lebih meriah.